Vol. 4, No. 2

Apa yang Terjadi Ketika Mengkombinasikan Beberapa Obat ?

Majalah Farmasetika, 4 (2) 2019, 41-44 DOI: https://doi.org/10.24198/farmasetika.v4i2.22534

Download PDF

Amelia Soyata
Program Studi Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat.

email: amelia18015@mail.unpad.ac.id

(Submit 12/6/2019, Revisi 16/7/2019, Diterima 18/7/2019)

Abstrak

Interaksi obat menyebabkan sekitar 2,2% sampai 30% terjadi pada pasien rawat inap dan 9,2% sampai 70,3% terjadi pada pasien-pasien rawat jalan.Satu-satunya cara mendapatan informasi interaksi obat ini adalah dengan menggali berbagai sumber data sebanyak-banyaknya, untuk memahami kapan obat-obatan ini aman digunakan secara bersamaan dan kapan tidak terlalu aman. Dalam mini review ini dibahas bagaimana cara mencari database interaksi obat dan terobosan terbaru kedepannya.

Kata kunci : interaksi obat, kombinasi obat, database

Pendahuluan

Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat akibat  obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga keefektifan  atau toksisitas satu obat atau lebih berubah (Fradgley, 2003).

Sebuah studi melaporkan bahwa interaksi obat menyebabkan sekitar 2,2% sampai 30%  terjadi pada pasien rawat inap dan 9,2% sampai 70,3% terjadi pada pasien-pasien rawat  jalan (Herdaningsih dkk., 2016).

Kombinasi Dua Obat Ketika orang – orang ke dokter dan menerima serangkaian tes, lalu dinyatakan memiliki  penyakit kolesterol maka akan diberikan obat dan meminumnya, pasien dan dokter  anda yakin bahwa pengobatan ini akan berhasil, produsen obat ini juga sudah  melakukan pengujian dan diajukan ke FDA.

FDA sudah menguji dan meloloskan izin edarnya, mengetahui mekanisme kerjanya dan  efek sampingnya. Dilain sisi, beberapa pasien mendatangi dokter kembali karena  merasa gelisah dan sedih, ternyata dokter mendiagnosa bahwa mereka depresi dan  diberikan sekotak pill anti depresi, dan dokter memberikan obat lain. Jadi ada dua obat  sekarang yang sudah banyak digunakan jutaan orang.

FDA sudah memberikan izinnya, dan aman, harusnya semuanya baik-baik saja tapi  sudah sejauh apa kita mempelajari penggabungan keduanya? Hal ini Sangat jarang  dilakukan, kita hanya tergantung pada evaluasi post marketting.

Satu-satunya cara mendapatan informasi interaksi obat ini adalah dengan menggali  berbagai sumber data sebanyak-banyaknya, untuk memahami kapan obat-obatan ini  aman digunakan secara bersamaan dan kapan tidak terlalu aman. Nick, melakukan  penelitian untuk mengerti bagaimana obat -obat ini bekerja bersamaan dan terpisah. FDA sudah memiliki database yang luar biasa, yaitu database tentang efek samping obat,  informasi ini tersedia di web dapat dilihat dan didownload kapan saja, ratusan ribu  laporan efek samping telah dilaporkan dari pasien, dokter, industri dan apoteker,  laporannya sangat sederhana berupa daftar penyakit yang diderita pasien, obat-obat  yang digunakan, dan efek samping yang mereka alami dari ratusan ribu obat.

Database Efek Samping Obat sebagai awal Penemuan Adanya  Interaksi Paroxetine dan Pravastatin

Nick mengambil contoh glukosa sebagai parameternya, glukosa ini sangat penting dan  berhubungan dengan diabetes, Nick mengelompokkan obat berdasarkan database yang  dikelompokkan menjadi obat-obat yang mempengaruhi gukosa dan yang tidak  mempengaruhi glukosa, lalu “apakah perbedaan dari kedunya ? tingkat kelelahan, selera  makan, kebiasaan buang air kecil, saya bisa memprediksi 93% apakah obat dapat  mengubah glukosa”. Ujar Nick

Dilakukan pemeriksaan terhadap pasien yang menggunakan dua obat dan diperiksa  tanda yang sama terhadap perubahan glukosa untuk orang yang memakai dua obat ,  hasilnya ketika menggunakan salah satu obat saja ternyata tidak mengubah glukosa  tetapi ketika bersamaan ada sinyal perubahan nilai glukosa.

Dari banyaknya obat tersebut ada dua obat yang menarik perhatian yaitu paroxetine  atau paxil sebagai obat anti depresi dan pravastatin atau pravachol yaitu obat  antikolesterol, diketahui 15 juta orang amerika menggunakan paroxetine dan 15 juta  menggunakan pravastatin dan diprediksi sejuta orang menggunakan keduanya, jadi ada  1 juta orang yang mengalami masalah glukosa jika riset Nick berdasarkan data base ini  benar, tapi hal ini tidak cukup untuk publikasi sehingga selanjutnya dilakukan  penelusuran lebih lanjut.

Berdasarkan rekam medis elektronik Stanford, ada ribuan orang yang memakai  paroxeine dan pravastatin, tapi kita membutuhkan pasien khusus, dibutuhkan pasien  yang menggunakan salah satunya dan diukur glukosanya, lalu menggunakan obat yang  kedua dan diukur glukosanya dalam periode tertentu misalnya 2 bulan, hasilnya  ditemukan 10 pasien, 8 dari 10 pasien mengalami kenaikan glukosa sebesar 20 mg/dL,  tapi ini masih belum cukup untuk publikasi karena haya 10 pasien, selanjutnya dilakukan  penelusuran kembali dari Vanderbilt sebanyak 40 pasien dan Harvard 100 pasien  sehingga ada 150 pasien dari pusat medis yang berbeda, hasilnya pasien yang  mengkonsumsi 2 obat ini mengalami kenaikan glukosa yang berarti, kenaikannya  mencapai 60 mg/dL untuk pasien yang menderita diabetes.

Berdasarkan temuan ini maka dilakukan percobaan ke hewan uji tikus. Kelompok 1  diberikan obat kolesterrol kelompok 2 obat antidepresi dan kelompok 3 diberikan  keduanya, dan kadar glukosa meningkat 20-60 mg/dl pada tikus. Selain itu hal ini juga  didukung oleh hasil penelitian Li et al., (2013) bahwa pengobatan bersamaan dengan  pravastatin dan paroxetine meningkatkan nilai rata-rata serum glukosa dari 113,2  menjadi 132,1 mg / dL dan rasio normalisasi internasional (INR), masing-masing dari 2,18  menjadi 2,52. Ini juga menurunkan nilai rata-rata perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR)  dari 43 menjadi 37 mL / menit / 1,73 m3 dan kadar CO2 dalam darah dari 24,8 menjadi  23,9 mEq / L. Temuan ini menunjukkan bahwa ko-medikasi pravastatin dan paroxetine  mungkin memiliki dampak signifikan pada anti-koagulasi darah, fungsi ginjal, dan  homeostasis glukosa. Paroxetine menghambat sekresi insulin melalui penurunan 5-HT  intraseluler dan biosintesis insulin dihasilkan dari supresi mRNA Tph-1 dan Insulin-2 (Li  et al., 2014).

Pencarian Kata di Google Dapat Menjadi Landasan untuk  Temuan Interaksi Obat

Biasanya orang-orang mengetik 2 obat ataupun satu obat yang diminumnya dan  mengetik efek sampingnya di google, hal ini menarik perhatian Nick dan Russ sehingga  mereka ingin membuktikan itu, mereka meminta data pencarian pada google apakah  pasien melakukan pencarian seperti ini, tapi google menolak research ini, tapi dari Eric  Horvitsz yang bekerja di microsoft , orang-orang yang mencari pencarian dengan google  bing yahoo itu disimpan datanya selama 18 bulan untuk penelitian, ini menarik sekali,  dan dilakukan penelitian dengan menetapkan 50 kata yang akan diketik orang awam  kalau mereka memiliki gejala hiperglikemia seperti kelelahan, kehilangan nafsu makan,  sering buag air kecil, sehingga dijelompokkan menjadi ada 50 frase kata , hasilnya kata-  kata diabetes ternyata 0,5 – 1 persen pencarian data di internet menggunakan salah satu  kata tersebut, ketika mengetik paroxetin atau paxil temuan naik menjadi 2 persen yang termasuk kata-kata diabetes, sedangkan dengan pravastatin naik menjadi 3 persen,  ketika paroxetin dan pravastatin dalam pencarian naiknya hingga 10 persen meningkat  3-4 kali lipat, penelitian ini layak diperhatikan, karena pasien memberi tahu efek  samping mereka secara tidak langsung lewat pencarian ini.

Penelitian ini dibawa ke FDA dan mereka tertarik untuk membuat program pengawasan  di media sosial yang bekerjasama dengan microsoft, dilakukan pencarian dari twitter ,  facebook dan mesin pencarian, untuk mencari informasi sebagai tanda tanda awal ketika  dua obat ini menimbulkan efek samping ketika digunakan bersamaan atau terpisah.

Kesimpulan

Temuan yang bisa dihasilkan dengan data yang diberikan  sukarela melalui apoteker, ataupun dokter, orang-orang yang mengizinkan  megakses database di Stanford, Harvard, Vanderbilt, yang dapat digunakan untuk  penelitian harusnya sistem itu tidak menutup akses kita pada data, karena ini adalah  sumber informasi yang sangat kaya akan inspirasi inovasi dan penemuan bagi bidang  kesehatan.

Penemuan ini menunjukkan obat ini menimbulkan efek yang merugikan yaitu  meningkatkan kadar glukosa dan dapat menyebabkan seseorang terkena diabetes  sehingga perlu hatihati dalam menggunakan obat ini dan tidak digunakan secara  bersamaan atau gunakan obat lain ketika dokter menulis resep ini.

Tapi ada kemungkinan lain, kita bisa menemukan 2 atau 3 obat yang interaksinya  menguntungkan, kita bisa menemukan efek baru obat yang sendiri sendiri tidak  ditemukan pada kedua obat ini tapi muncul saat digunakan bersamaan bisa jadi dijadikan pengobatan untuk penyakit yang belum bisa diobati atau pengobatannya  belum efektif, semua terobosan besar HIV, TBC, depresi diabetes semuanya adalah  campuran berbagai obat. Jadi sisi positifnya disini adalah kedepannya bagaimana kita bisa menggunakan sumber  data yang sama untuk mencari efek positif dari kombinasi obat-obatan yang akan  menyediakan kita pengobatan baru, wawasan baru tentang cara kerja obat dan  memungkinkan kita untuk merawat pasien lebih baik.

Daftar Pustaka

Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan., C.K., dan Prayitno, A., Farmasi  Klinis,119-130, PT. Elex Media Komputindo. Gramedia, Jakarta.

Herdaningsih, S., A. Muhtadi., K. Lestari., dan N. Annisa. 2016. Potensi Interaksi Obat-  Obat Pada Resep Polifarmasi: Studi Restropektif Pada Salah Satu Apotek di Kota  Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 5(4): 288-292

Li et al., (2013).Co medication of Pravastatin and Paroxetine- A Categorical Study. The  Journal of Clinical Pharmacology, 53 (11) : 1212-1219.

Li, F. et al. (2014). Co-Administration Of Paroxetine And Pravastatin Causes Deregulation  Of Glucose Homeostasis In Diabetic Rats Via Enhanced Paroxetine Exposure. Acta  Pharmacologica Sinica, 35: 792–805.

Majalah Farmasetika

Majalah Farmasetika (ISSN : 2686-2506) di situs ini adalah Majalah Farmasetika Edisi Jurnal Ilmiah yang merupakan jurnal farmasi di Indonesia SINTA 3 berbentuk artikel penelitian, artikel review, laporan kasus, komentar, dan komunikasi penelitian singkat di bidang farmasetika. Edisi jurnal ilmiah ini dibuat untuk kepentingan informasi, edukasi dan penelitian kefarmasian.

Share
Published by
Majalah Farmasetika

Recent Posts

Optimasi Konsentrasi Lemak Tengkawang Dalam Sistem Nanostructured Lipid Carriers

Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 518-525 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50295 Artikel Penelitian Nabilah Arrohmah1, Qurrotul Lailiyah2, Yully Anugrahayu…

1 minggu ago

Formulasi Dan Uji Stabilitas Gel Tabir Surya Mengandung Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Salam (SyzygiumPolyanthum (Wight.) Walp.) Dan EkstrakEtanolDaunKelor (Moringa Oleifera L.)

Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 506-517 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50293 Artikel Penelitian Vira Herawati*1, Evi Nurul Hidayati2, Sardjiman…

1 minggu ago

Uji Aktivitas Antioksidan Nano Spray Gel Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta)

Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 489-505 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57607 Artikel Penelitian Mahirah Mardiyah, Lubna Khairunisa, Vina Oktaviany…

1 minggu ago

Review: Formulasi dan Evaluasi Tablet Pelepasan Tertunda dan Pelepasan Terkontrol

Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 472-488 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.56360 Artikel Review Ira Dwi Fatma1, Yuni Kartika1, Raden…

1 minggu ago

Formulasi dan Uji Karakteristik Shampo Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa (Mill).Urb. Menggunakan Karbopol 940 Sebagai Pengental.

Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 458-471 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57440 Artikel Penelitian Sisilia Luhung * , Muh. Taufiqurrahman,…

1 minggu ago

Formulasi dan Uji Sediaan Sampo Bunga Tembelekan terhadap Malassezia furfur dan Candida albicans

Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 443-457 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57191 Artikel Penelitian Melia Sari*1, Ahmad Faisal Nasution2, Dina…

1 minggu ago

This website uses cookies.