Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v8i3.40678
Artikel Penelitian
Septia Andini*,Yulianita, E Nurul Kholisoh Febriani
Program Studi Farmasi, FMIPA,Universitas Pakuan, Jawa Barat, Indonesia
*E-mail: septiaandini85@gmail.com
(Submit 12/07/2022, Revisi 29/07/2022, Diterima 04/02/2023, Terbit 21/03/2023)
Buah lada hitam memiliki komponen utama yaitu senyawa piperin yang berkhasiat sebagai antiinflamasi. Pemakaian secara topikal dengan penghantaran obat melalui TDDS (Transdermal drug delivery system) diharapkan dapat meningkatkan penetrasi obat sehingga lebih efektif. Nanoemulgel merupakan sediaan nanoemulsi dengan ukuran droplet kisaran 50-1000 nm dengan penambahan basis gel. Nanoemulgel dipilih karena sistem penghantaran obat berpenetrsi kedalam kulit sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas suatu zat aktif. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan Nanoemulgel dengan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400. Sebanyak tiga formula dibuat dengan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 yaitu F1 (30:30); F2 (35:25); dan F3 (40:20). Ekstraksi buah lada hitam dengan metode sokletasi dengan pelarut etanol 96%. Tahap pembuatan sediaan Nanoemulgel dibuat dalam 3 tahap yaitu pembuatan nanoemulsi, pembuatan basis gel dan pencampuran nanoemulsi ke dalam basis gel. Hasil penelitian menunjukkan Formula 3 merupakan formula terbaik dan stabil dilihat dari hasil pengujian ukuran partikel (59,37) nm, polidispersitas indeks (0,25), zeta potensial (-28,9) mV, dan pH sediaan (5,60±0,01).
Tanaman lada hitam ( Piper nigrum L.) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di tempat beriklim tropis dengan kelembaban yang cukup, bagian yang dimanfaatkan biasanya yaitu bagian buah yang telah dikeringkan1. Buah lada hitam mengandung senyawa metabolit yaitu asam askorbat, asam palmitat, asam miristat, champene, carvacrol, metil eugenol, alkohol, piperin, minyak atsiri, resin, piperidin, dan pati2. Lada hitam memiliki komponen terbesar yaitu piperin3.
Senyawa piperin merupakan alkaloid utama yang memberikan rasa pedas pada buah lada hitam. Berdasarkan penelitian Shakel dan Ramadhan (2010) ekstrak buah lada hitam memiliki efektivitas sebagai antiinflamasi pada mencit betina dengan dosis sebesar 3,75%. Hasil dari studi farmakologi bahwa senyawa piperin dapat menimbulkan aktivitas farmakologis yang bermacam-macam salah satunya yaitu sebagai antiinflamasi, antipiretik, analgesik, antikonvulsan dan depresan sistem syaraf pusat2.
Transdermal Drug Delivery System (TDDS) merupakan penghantaran obat paling efektif untuk obat yang bersifat hidrofilik. TDDS dapat meningkatkan bioavailabilitas obat meningkat, penyerapan lebih cepat dan mudah digunakan4. Ukuran droplet yang kecil pada sediaan Nanoemulgel dapat meningkatkan penetrasi obat secara transdermal sehingga lebih efektif.
Nanoemulgel dipilih karena memiliki kestabilan kinetik yang lebih tinggi sebab ukuran droplet nanoemulgel jauh lebih kecil dari pada emulsi konvensional dengan ukuran droplet >1000 nm, pembuatan Nanoemulgel tergantung pada ukuran partikel dengan adanya kecepatan pengadukan yang berpengaruh terhadap homogenitas dan viskositas ekstrak buah lada hitam5. Semakin tinggi kecepatan pengadukan akan menurunkan viskositas dan memperlambat waktu pemisahan. Pada penelitian Singh, et al (2012) semakin kecil ukuran partikel maka semakin mudah obat menembus penghalang atau barrier membran kulit dan efeknya semakin baik.
Sediaan nanoemulgel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400. Tujuan dari penelitian ini untuk membuat dan menentukan formulasi sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada hitam dengan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dengan hasil mutu fisik yang baik. Evaluasi nanoemulgel yang dilakukan meliputi organoleptik, pH, viskositas, homogenitas sediaan, uji sentrifugasi, uji daya sebar, penentuan tipe emulsi, uji stabilitas, penentuan ukuran partikel dan polidispersitas indeks (PDI) serta penentuan zetapotensial menggunakan particle size analyzer.
Alat
Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas (Pyrex®-Prancis), grinder (Vienta®, Jakarta, indonesia), oven (Mammert®-Jerman), pH meter (Ohaus®-Polandia), homogenizer (IKA®-Malaysia), tanur (Daihan®-Indonesia), timbangan analitik (LabPro), sonikator, centrifuge, waterbath, Particel Size Analizer (Malvern®,Worcestershire,United Kingdom), Rotary evaporator, vacuum pump (IKA®-Malaysia), viskometer Brookfield (DV-I Prime®-India).
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah lada hitam, aquadest, etanol 96%, Tween 80 (Arantor), PEG 400 (Tose Alkamid), metil paraben (Brataco), Triethanolamin (Sigma-Aldrich), karbopol 940 (Fargon), paraffin cair (Fargon), silica gel (Indexim International), HCl 2N (Brataco), pereaksi mayer, pereaksi dragondrooff, serbuk Mg (Brataco), FeCl3 1% (Brataco), kloroform (Brataco), anhidrat asetat (Brataco), asam sulfat p (Brataco).
Buah lada hitam diperoleh dan di determinasi di Unit Konservasi Budidaya Biofarmatika (UKBB) Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor (IPB). Ditimbang sebanyak 500 gram dan diekstraksi dengan metode sokletasi menggunakan pelarut etanol 9 % dengan perbandingan (1:10). Hasil ekstrak cair dikumpulkan lalu disaring menggunakan vacuum pump dan diuapkan cairan penyarinya menggunakan rotary evaporator, kemudian untuk mendapatkan hasil ekstrak kental maka diuapkan diatas waterbath pada suhu 80°C (6)
Sediaan nanoemulgel dibuat sebanyak 3 formula, jumlah masing-masing formula 100 gram dengan variasi konsentrasi Tween 80 dan PEG 400 sebagai surfaktan.
Tabel 1. Formula Sediaan Nanoemulsi Ekstrak Buah Lada Hitam
Tabel 2. Formula Nanogel Ekstrak Buah Lada Hitam
3. Pembuatan Sediaan Nanoemulgel
Nanoemulgel dibuat 3 tahap yaitu tahap pembuatan nanoemulsi, pembuatan gel dan tahap penggabungan nanoemulsi ke dalam basis gel. Pada tahap pembuatan nanoemulsi ekstrak buah lada hitam dilarutkan dengan etanol 96% dan ditambahkan paraffin cair (fase minyak), kemudian campuran Tween 80 dan PEG 400 (fase air) dimasukan ke dalam fase minyak dihomogenkan dengan homogenizer selama 5000 rpm dengan waktu 1 jam (massa 1). Metil paraben dilarutkan dengan etanol 95% dan dimasukan sedikit demi sedikit ke dalam massa 1 sambil terus diaduk menggunakan homogenizer 5000 rpm selama 1 jam. Lalu dilanjutkan dengan proses sonikasi suhu 40°C selama 1 jam.
Tahap pembuatan basis gel, dengan cara dikembangkan karbopol 940 sebagai gelling agent dengan air panas suhu 80-100°C, kemudian karbopol 940 didiamkan sampai mengembang selama 24 jam, ditambahkan TEA sedikit-sedikit lalu digerus sampai terbentuk basis gel yang jernih. Selanjutnya tahap pencampuran dengan cara nanoemulsi dimasukan ke dalam basis gel sambil di homogenizer dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Setelah semua nanoemulsi sudah ditambahkan maka kecepatan ditingkatkan menjadi 5000 rpm dan diaduk selama 5 menit dan dilanjutkan dengan sonikasi suhu 40°C selama 1 jam7
4. Evaluasi Sediaan Nanoemulgel
a. Pengujian organoleptik
Uji organoleptik dilakukan pengamatan langsung terhadap warna, aroma, dan
bentuk sediaan.
b. Karakteristik Nanoemulgel
Karakteristik nanoemulgel diukur menggunakan alat Particle Size Analyzer
(PSA) tipe yang digunakan dynamic light scattering seri Zetasizer nano
(Malvern).
c. Penentuan Ukuran Partikel dan Polidispersitas Indeks (PDI)
Sebanyak 3 mL sediaan nanoemulgel diisikan ke dalam kuvet lalu dimasukan
pada Particle Size Analyzer (PSA) untuk diukur dropletnya, lalu dilihat nilai
partikel dan nilai polidispersitas indeksnya8
d. Penentuan Zetapotensial
Zetapotensial dianalisis menggunakan zetasizer. Sejumlah 2 mL sediaan
nanoemulgel dimasukan ke dalam kuvet, lalu kuvet yang berisi sampel
dimasukan ke dalam holder dan dipilih menu zetapotensial (mV) lalu dibaca
nilai zetapotensialnya. Nanopartikel dengan nilai potensial zeta lebih kecil dari –
30 mV dan lebih besar dari +30 mV memiliki stabiltas lebih tinggi9
e. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan objek gelas atau bahan transparan lain yang
cocok. sampel 3 tetes dioleskan pada sekeping kaca lalu ditutup dengan cover
glass, menunjukkan susunan yang homogen dan tidak adanya butiran kasar
yang menempel10.
f. Pengujian pH Sediaan
Alat yang digunakan untuk menentukan pH sediaan nanoemulgel yaitu pH
meter, dilakukan sebanyak 3 kali (triplo). Alat dikalibrasi dahulu menggunakan
larutan dapar standar dengan pH 4 dan pH 7. Setelah dilakukan kalibrasi,
elektoda dicelupkan ke dalam sediaan nanoemulgel yang sudah diencerkan
menggunakan aquadest dengan perbandingan 1:10, dibiarkan sampai alat
menunjukkan harga pH sampai konstan. Rentang pH yang aman pada kulit
antara 4,5-6,511.
g. Pengujian Viskositas
Alat yang digunakan pada pengujian ini yaitu viskometer brookfield, sebanyak
50 mL sediaan nanoemulgel dimasukan ke dalam wadah berbentuk tabung lalu
dipasang spindel yang sesuai. Spindel harus terendam di dalam sediaan uji,
pastikan sampel tersebar merata pada permukaan cup dan tidak ada
gelembung. Kemudian viskometer dinyalakan dan diatur kecepatan viskometer.
Catat pembacaan viskositas yang tertera pada display12
h. Uji Daya Sebar
Nanoemulgel ditimbang sebanyak 0,5 gram lalu diletakan diatas lempeng kaca
bulat berskala dengan diameter kaca 15cm, kemudian diatas sediaan ditutupi
kaca lain dan diberi beban seberat 10 gram. Didiamkan selama 1 menit, lalu
ditambahkan kembali beban sebesar 20 gram, 50 gram, 100 gram dan dicatat
diameter penyebarannya. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsentrasi
semisolid nyaman dalam penggunaan12
i. Penentuan Tipe Nanoemulgel
Sampel nanoemulgel sebanyak 1-2 tetes dioleskan diatas objek gelas, lalu ditambahkan 1-2 tetes metil biru diaduk menggunakan batang pengaduk, jika metil biru tersebar merata maka sediaan termasuk tipe M/A, sedangkan jika bintik-bintik biru berarti sediaan termasuk tipe emulsi A/M.
Sejumlah sampel 1 gram dilarutkan ke dalam fase air dengan perbandingan 1:10, 1:50 dan 1:100. Jika sampel larut dengan sempurna di dalam fase air dan tidak ada tanda-tanda pemisahan berarti termasuk tipe minyak di dalam air (M/A)14
j. Uji Sentrifugasi
Sampel nanoemulgel sebanyak 1 mL dimasukan ke dalam tabung centrifuge dengan kecepatan putaran 3800 rpm selama 60 menit. Pengamatan dilihat setiap interval waktu sampai terjadi pemisahan15 , kemudian diamati sediaan yang telah melewati uji sentrfugasi lalu dibandingkan dengan sediaan sebelum diuji sentrifugasi, jika tidak mengalami pemisahan fase maka sediaan yang terbentuk stabil16
k. Uji Stabilitas
Uji stabilitas menggunakan metode cycling test dengan cara menyimpan sediaan nanoemulgel pada suhu 4°C selama 24 jam lalu dipindahkan pada suhu 40°C selama 24 jam (1 siklus). Dianjurkan sampai 6 siklus (12 hari), diamati setiap 1 siklus ada tidaknya pemisahan fase pada sediaan, jika semua siklus selesai maka dilakukan pengamatan terhadap organoleptik, pH, viskositas, daya sebar, dan karakterisik nanoemulgel 17
Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak menggunakan metode sokletasi memiliki kelebihan yaitu mendapatkan hasil ekstraksi yang banyak, waktu yang digunakan cepat, serta pelarut yang digunakan sedikit, selain itu aktivitas biologis saat dipanaskan tidak hilang18. Hasil ekstraksi yang diperoleh dari 500 gram serbuk simplisia adalah 57,82 gram ekstrak dengan rendemen sebesar 11,56%.
Organoleptik Sediaan Nanoemulgel Ekstrak Buah Lada Hitam
Hasil yang didapatkan dari pengujian ini yaitu berwarna coklat tua, aroma khas aromatik kuat dan bentuk yang kental. Sediaan nanoemulgel terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Sediaan Nanoemulgel, F1 = Formula 1, F2= Formula 2 dan
F3 = Formula 3
Distribusi Ukuran Partikel, Indeks Polidispersitas dan Nilai Zeta Potensial
Penentuan ukuran partikel nanoemulgel ekstrak buah lada hitam menggunakan alat Particle Size Analyzer (PSA), pengujian zeta potensial menggunakan alat Zetasizer. Hasil pengukuran ukuran partikel, indeks polidipersitas dan nilai zeta potensial terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Distribusi Ukuran Partikel, Indeks Polidispersitas dan Nilai Zeta Potensial
Hasil yang di dapatkan pada pengukuran partikel F1, F2 dan F3 masuk kedalam rentang yang diharapkan 50-1000 nm (Octarika 2017). Nilai polidispersitas indeks yang didapatkan yatitu <0,5 menandakan distribusi ukuran partikel seragam. Semakin mendekati angka 0 maka menggambarkan distribusi ukuran partikel yang semakin homogen dan formula nanoemulgel yang dibuat stabil19. Nilai zeta potensial F1, F2 dan F3 memiliki nilai lebih besar dari +25 mV atau -25 mV mV dapat memberikan stabilitas yang cukup rendah20.
Pengujian pH Sediaan, Homogenitas, dan Viskositas
Pengujian pH sediaan nanoemulgel menggunakan pH meter, hasil menunjukkan semua formula memiliki pH dibawah 6. Pengujian homogenitas menunjukkan semua formula homogen yang ditunjuukan tidak terdapat butiran halus pada kaca objek. Pengujian
viskositas menggunakan alat viskometer Brookfield spindle 5 dengan kecepatan 100 rpm12. Hasil pengujian pH, homogenitas dan viskositas nanoemulgel terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pH, Homogenitas, dan viskositas
Syarat pH sediaan yang dapat di toleransi kulit agar tidak mengiritasi yaitu 4,5-6,5 hasil yang didapatkan memenuhi syarat11. Uji homogenitas pada semua formula tidak ada butiran-butiran kasar dan homogen ((Ditjen POM,1979).Syarat nilai viskositas untuk sediaan semi solid 2000-50000 cPs, dan syarat untuk sediaan nanoemulgel yaitu 500-10000 cPs21. Hasil yang didapatkan semua formula memenuhi syarat
Pengujian Daya Sebar
Pengujian daya sebar nanoemulgel dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram nanoemulgel pada lempeng kaca bulat berskala 15 cm, lalu ditutup kaca dan ditambahkan beban seberat 10 gram, 20 gram, 50 gram dan 100 gram, kemudian dihitung diameter daya sebarnya12 .Hasil uji daya sebar nanoemulgel dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Daya Sebar Nanoemulgel
Syarat nilai daya sebar pada sediaan semisolid adalah 5-7 cm, semua formula memenuhi syarat.
Hasil Uji Tipe Emulsi
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode pewarnaan dengan metilen blue 13 dan metode dilusi dengan perbandingan 1:10, 1:50 dan 1:10014. Hasil pengujian tipe emulsi sediaan nanoemulgel dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengujian Tipe Emulsi Sediaan Nanoemulgel
Hasil yang didapatkan pada pengujian tipe emulsi dengan 2 metode yaitu dengan pewarnaan metylen blue dan metode dilusi (pengenceran) didapatkan tipe nanoemulgel M/A.
Hasil Pengujian Stabilitas
1. Sentrifugasi
Hasil pengujian sentrifugasi sediaan nanoemulgel menunjukan semua formula tidak mengalami pemisahan fase yang menandakan bahwa sediaan nanoemulgel yang terbentuk memiliki kestabilan yang baik.
2. Pengujian Cycling test
Hasil pengujian organoleptik menunjukkan sediaan nanoemulgel tidak mengalami perubahan warna, aroma. Hasil pengujian ukuran partikel sebelum dan setelah siklus dapat dillihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengujian ukuran partikel sebelum dan setelah siklus
Keterangan : F1 (Formula 1), F2 (Formula 2), F3 (Formula 3)
Pembuatan Ekstrak Buah Lada Hitam
Ekstrak buah lada hitam dilakukan ekstraksi dengan metode sokletasi dengan pelarut etanol 96% mampu menghasilkan rendemen yang tinggi sebesar 11,56%. Hasil ini menandakan pelarut etanol 96% dapat menghasilkan kadar piperin yang tinggi. Etanol 96% mempunyai kemampuan menyari dengan polaritas yang luas mulai dari senyawa nonpolar sampai dengan polar22. Metode sokletasi merupakan metode ekstraksi terbaik untuk mendapatkan banyak hasil ekstraksi, waktu yang digunakan cepat, serta pelarut yang digunakan sedikit18. Ekstrak berwarna coklat tua, memiliki aroma khas dan tekstur kental. Kadar air serbuk dan ekstrak buah lada hitam memiliki kadar sebesar 4,74% dan 5,67% sehingga memenuhi persyaratan. Menurut Kemenkes RI (2017), bahwa syarat kadar air serbuk dan ekstrak tidak boleh lebih dari 14%. (2). Kadar abu serbuk dan ekstrak kental memiliki kadar 5,47% dan 1,12%, hasil yang didapatkan memenuhi persyaratan. Menurut23, bahwa syarat kadar air serbuk <6,1% dan ekstrak kental <1,7%.(3). Dilakukan uji fitokimia, hasil yang didapatkan positif mengandung alkaloid, flavonoid dan tanin24.
Organoleptik
Hasil pengujian organoleptik diantaranya warna, aroma dan bentuk. F1, F2 dan F3 memiliki warna coklat tua, aroma khas aromatik kuat dan bentuk sediaan kental25.
Karakteristik Nanoemulgel
Hasil karakteristik nanoemulgel pengukuran partikel pada 3 formula didapatkan 147,5 (F1); 123,6 (F2) dan 59,3 (F3), masuk ke dalam rentang yang diharapkan yaitu 50-1000 nm(26). Formula 3 menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dengan perbandingan surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 sebesar 40:20. Hal ini menunjukkan peningkatan surfaktan dapat meningkatkan absorpsi diantara permukaan minyak-air dan menyebabkan penurunan tegangan antar muka sehingga terjadinya pembentukan sediaan nanoemulgel dengan ukuran globul yang lebih kecil27. Kombinasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dapat mempengaruhi ukuran droplet yang terbentuk, apabila kombinasi surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan sudah sesuai maka hasil ukuran droplet menjadi kecil dan stabil28.
Polidispersitas indeks (PDI) didapatkan hasil yaitu 0,32 (F1); 0,27 (F2) dan 0,25 (F3). Nilai polidispersitas indeks <0,5 menandakan distribusi ukuran partikel seragam. Semakin mendekati angka 0 maka menggambarkan distribusi ukuran partikel yang semakin homogen dan formula nanoemulgel yang dibuat stabil19. Nilai polidispersitas indeks <0,5 bersifat monodispersi yaitu ukuran partikel mempunyai satu bentuk yang
seragam dan distribusi partikel yang sempit12. Hasil pengujian polidispersitas indeks menunjukkan bahwa semua formula memiliki nilai polidispersitas indeks kurang dari 0,5 yang berarti distribusi ukuran partikel homogen dan stabil.
Hasil zeta potensial pada sediaan nanoemulgel diperoleh nilai -25,2 (F1); -21,7 (F2) dan -21,5 (F3). Pada formula 2 dan formula 3 didapatkan nilai zeta potensial sesuai persyaratan yaitu lebih besar dari +25 mV atau -25 mV, menurut penelitian29 nilai zetapotensial sekitar ±20 mV hanya memberikan stabilitas jangka pendek, namun dalam hal ini jika nilai zeta potensial hanya ±20 mV atau lebih rendah dapat memberikan stabilitas yang cukup.
pH Sediaan dan uji homogenitas
Pengujian pH dilakukan bertujuan untuk mengetahui sediaan nanoemulgel yang dibuat memenuhi persyaratan dari rentang pH kulit yang aman digunakan serta menghindari terjadinya iritasi Persyaratan pH sediaan yang ditoleransi kulit agar tidak mengiritasi yaitu 4,5-6,5(16). Hasil yang di dapatkan memenuhi syarat yaitu sekitar 5,55-5,60. Hasil penelitian uji homogenitas diperoleh bahwa F1, F2 dan F3 menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek glass, yang menunjukkan bahwa sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada hitam yang dihasilkan homogen30.
Uji Viskositas
Syarat nilai viskositas untuk sediaan semisolid adalah 2000-50000 cPs12. Menurut Amna (2020) syarat nilai viskositas sediaan nanoemulgel yaitu 500-10.000 cPs. Hasil nilai viskositas tertinggi yaitu formula 3 sebesar 5066,00 ± 61,2. Menurut32 semakin besar konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka semakin tinggi nilai viskositas, sesuai dengan pernyataan penelitian dari Fatmasari (2018) Tween 80 memiliki pengaruh meningkatkan viskositas sedangkan interaksi antara Tween 80 dan PEG 400 dapat menurunkan viskositas dari sediaan nanoemulgel. Nilai viskositas sediaan nanoemulgel tidak boleh terlalu kental karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada kulit saat digunakan, sedangkan jika nilai viskositas terlalu cair maka dapat berpengaruh pada daya lekat dan daya sebar sehingga efektivitas penghantaran zat aktif akan rendah31.
Uji Daya Sebar
Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan nanoemulgel menyebar di permukaan kulit dan memudahkan pada saat sediaan diaplikasikan di kulit. Semakin besar daya sebar nanoemulgel maka akan semakin mudah untuk dioleskan. Syarat nilai daya sebar pada sediaan semisolid adalah 5-7 cm25. Hasil yang didapatkan memenuhi syarat yaitu antara 5,29-6,42.
Uji Tipe Emulsi
Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan 2 metode yaitu metode pewarnaan menggunakan methylen blue dan metode dilusi/ pengenceran. Tujuan dilakukan pengujian ini untuk mengetahui tipe emulsi dari sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada hitam33. Berdasarkan hasil yang didapatkan, pengujian tipe emulsi menggunakan metylen blue pada semua formula terlihat larut dan berwarna biru dengan merata sehingga menunjukkan bahwa fase luar sediaan yaitu air, hal ini terjadi karena metylen blue merupakan zat warna yang larut dalam air33. Pada pengujian metode dilusi, dilarutkan ke dalam fase air dengan perbandingan 1:10, 1:50, dan 1:100. Prinsip dari pengujian metode ini tipe nanoemulgel M/A dapat diencerkan dengan air dan tipe nanoemulgel A/M dapat diencerkan dengan minyak23. Hasil yang didapatkan semua formula larut di dalam air dengan adanya perbandingan konsentrasi air yang menunjukkan sediaan termasuk ke dalam nanoemulgel tipe M/A.
Uji Stabilitas
1. Pengujian Sentrifugasi
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan alat centrifuge dengan kecepatan 3800 rpm selama 60 menit. Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui ada tidaknya pemisahan fase yang mungkin terjadi akibat gaya gravitasi15. Berdasarkan hasil yang diperoleh pengujian sentrifugasi menunjukkan semua formula tidak mengalami pemisahan fase yang menandakan bahwa sediaan nanoemulgel yang terbentuk memiliki kestabilan yang baik.
2. Pengujian Cycling Test
Uji Cycling test yaitu uji stabilitas dipercepat dengan perubahan suhu secara ekstrim (antara 4°C dan 40°C), tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui kestabilan fisik sediaan nanoemulgel selama proses penyimpanan dengan perubahan suhu yang berbeda. Perubahan suhu yang ekstrim dilakukan sebagai simulasi pada saat pendistribusian melalui transportasi. Perubahan yang di amati dari awal siklus sampai akhir siklus dilakukan sebanyak 6 siklus yaitu 12 hari. Pengujian 1 siklus disimpan di dalam kulkas pada suhu 4°C selama 24 jam lalu dipindahkan dan disimpan di dalam oven pada suhu 40°C selama 24 jam. Pengamatan yang dilakukan yaitu uji organoleptik, ukuran partikel, polidispersitas indeks, zeta potensial, pH sediaan dan viskositas17.
a. Hasil pengujian organoleptik, pengamatan organoleptik sediaan nanoemulgel dilakukan pada semua siklus. Hasil yang didapatkan pada uji organoleptik pada siklus ke-0 sampai siklus ke-6 menunjukkan ketiga formula tidak terjadi perubahan dari segi aroma, warna, dan konsistensi serta tidak adanya pemisahan fase ataupun pembentukan kristal. Hal ini dapat disimpulkan sediaan nanoemulgel ekstrak kental buah lada hitam yang dibuat memiliki kestabilan yang baik.
b. Hasil pengukuran partikel, polidispersitas indeks (PDI) dan nilai zeta potensial pada siklus ke-6 meningkat setelah dilakukan pengujian stabilitas, tetapi masih masuk ke dalam rentang yang diharapkan untuk hasil ukuran partikel dan polidispersitas indeks. Hal ini menunjukkan bahwa partikel kurang stabil selama penyimpanan dan mengalami agregasi molekul yang dapat menyebabkan ukuran partikel menjadi lebih besar. Peningkatan temperatur juga dapat mempengaruhi partikel, sehingga peningkatan temperatur mempunyai pengaruh terhadap ukuran partikel yang semakin besar34 .Fenomena ini dapat dijelaskan melalui mekanisme Ostwald ripening, dimana ukuran partikel yang tidak seragam menginduksi terjadinya difusi zat terlarut dari partikel yang berukuran kecil menuju ke partikel yang berukuran besar sehingga partikel tersebut akan semakin bertambah besar ukurannya dan terjadi agregasi35.
c. Hasil pengujian pH Sediaan, hasil pengukuran yang didapatkan menunjukkan nilai pH sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada hitam mengalami penurunan setiap siklusnya. Dapat disimpulkan bahwa nilai pH dari ketiga formula masih dalam rentang pH yang dapat diterima kulit yaitu 4,5-6,5 dan tidak menimbulkan kulit menjadi iritasi dan kering36. Penurunan pH kemungkinan karena sediaan nanoemulgel akan mencapai kesetimbangan sesuai dengan pH ekstrak. Nilai pH ekstrak kental buah lada hitam yaitu 4,784. Menurut31 bahwa perubahan pH terjadi karena oksidasi dari suatu zat obat yang kebanyakan terjadi ketika zat tersebut dipaparkan ke cahaya atau dikombinasi ke dalam formula dengan zat- zat kimia lainnya tanpa melihat pengaruh terhadap oksidasi yang tepat.
d. Hasil pengukuran viskositas semua formula mengalami penurunan setiap siklusnya. Penurunan viskositas sediaan nanoemulgel disebabkan oleh waktu penyimpanan. Waktu penyimpanan sangat mempengaruhi viskositas karena semakin lama sediaan nanoemulgel disimpan, maka semakin lama pula sediaan terpengaruh oleh lingkungan37 .Kenaikan viskositas terjadi karena adanya penggumpalan pada sediaan38, sedangkan penurunan viskositas dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu dan tekanan, jika suhu meningkat, maka viskositasnya akan menurun, begitupun sebaliknya apabila suhu menurun, maka viskositasnya akan meningkat ini berarti sediaan nanoemulgel mudah mengalir ketika suhu panas dibandingkan pada suhu dingin39. Selain itu faktor yang mempengaruhi viskositas diantaranya zat pengental, surfaktan, kosurfaktan, jumlah fase terdispersi, pengadukan, dan ukuran partikel40. Secara keseluruhan dari ketiga formula sediaan nanoemulgel mendapatkan hasil nilai viskositas masih dalam rentang yang diinginkan adalah 2000-50000 cPs12.
Sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada hitam pada formula 3 dengan konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 (40:20) merupakan formula dengan mutu fisik yang paling baik dan stabil dilihat dari pengujian ukuran partikel (59,37) nm, polidispersitas indeks (0,25), nilai zeta potensial (-21,5) mV, pH sediaan (5,60±0,01)., Viskositas (5066,00±61,28), uji homogenitas, uji daya sebar, dan uji cycling test.
13. Syamsuni, 2006.Pdf. (n.d.).Tambunan, S., & Sulaiman, T. N. S. (2018). Formulasi Gel Minyak Atsiri Sereh Dengan Basis HPMC dan Karbopol. Majalah Farmaseutik, 14(2), 87–95.
14. Cicili Septia, F. (2016). Pengaruh Nilai HLB (Hydrophile-Liphopil Balance) Campuran Surfaktan Polysorbate 80 Dan Cetyl Alcohol Terhadap Stabilitas Fisk Losion VCO (Virgin Coconur Oil). “Skripsi”. Faklutas Farmasi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
15. Priani, E,S., Darusaman, F., Humanisya, H. 2014. Formulasi Sediaan Emulgel Anti oksidan Mengandung Ekstrak Etanol Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum Burmanni Nees Ex. Bl.). Jurnal Farmasi, 4(1).
16. Iradhati A.H and Jufri M., 2017, Formulation and Physical Stability Test of Griseofulvin Microemulsion Gel, Internasional journal of Applied Pharmaceutics, 9 (4),7-10.
17. Dewi RK. 2010.Optimasi Formulasi Mikroemulsi Sediaan Hormon Testosteron Undekanoat.Skripsi.Jakarta:Universitas Negeri Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
18. Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williansom. 2004. Fundamental of Pharmacognocy and Phytotherapy. Philadelpia. Elsevier.
19. Kaur, R., & Ajitha, M. (2019). Transdermal delivery of fluvastatin loaded nanoemulsion gel: Preparation, characterization and in vivo anti-osteoporosis activity. European Journal of Pharmaceutical Sciences, 136, 104956.
20. Haidar, I., Harding, I. H., Bowater, I. C., Eldridge, D. S., & Charman, W. N. (2017). The role of lecithin degradation on the pH dependent stability of halofantrine encapsulated fat nano-emulsions. International Journal of Pharmaceutics, 528(1–2), 524–535.
21. Amna. S. R. (2020). ” Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Nanoemul Gel Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardu L.) Yang Berpotensi Sebagai Anti Jerawat.skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Islam Indonesia.
22. Susanty dan Fairus, B.(2016) “Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays L.)”. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
23. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Suplemen 1. Jakarta: Kemenkes Republik Indonesia.
24. Nahak, G., & Sahu, R. K. (2011). Phytochemical evaluation and antioxidant activity of Piper cubeba and Piper nigrum. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 1(8), 153–157.
25. Octarika A.N.R, (2017). “Formulasi Sistem Nanoemulsi Meloxicam Menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Fase Minyak”.skripsi. fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan. Universitas Islam Negri Malang.
26. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
27. Salim, N., Basri, M., Rahman, M. B. A., Abdullah, D. K., Basri, H., & Salleh, A. B. (2011). Phase behaviour, formation and characterization of palm-based esters nanoemulsion formulation containing ibuprofen. Journal of Nanomedicine and Nanotechnology, 2(4).
28. Syaputri, F.N., Patricia, V.M.,2019. Pengaruh Penambahan Emulgator Tween dan Span Terhadap Stabilitas Krim. Journal of science, Technology and Enterpreneurship, 1(2), 140-146.
29. Ambarwati, R., Rustiani, E. 2022. “Formulasi dan Evaluasi Nanopartikel Ekstrak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Dengan Polimer Plga. Majalah Farmasetik.7(4) 2022, 305-313.
30. Ditjen POM. (1979).Farmakope Indonseia,Edisi ke III, Departemen Kesehatan Republik Indonesian, Jakarta.
31. Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit UI Press. Halaman 158, 387-389.
32. Maharini, Rismarika, & Yusnelti. (2020). Pengaruh konsentrasi PEG 400 sebagai kosurfaktan pada formulasi nanoemulsi minyak kepayang. Chempublish Journal, 5(1), 1–14.
33. Syamsuni, 2006.Pdf. (n.d.).Tambunan, S., & Sulaiman, T. N. S. (2018). Formulasi Gel Minyak Atsiri Sereh Dengan Basis HPMC dan Karbopol. Majalah Farmaseutik, 14(2), 87–95.
34. Rosanti, S.D., Puryanti, D., 2015. Pengaruh Temperatur Terhadap Ukuran Partikel Fe3O4 Dengan Template PEG-2000 Menggunakan Metode Kopresipitasi. J. Ilmu Fis. Univ. Andalas 7, 39–44.
35. Dzakwan, M. (2020). Formulasi Dan Karakterisasi Nanosuspensi Morin Dengan Metode Sonopresipitasi. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 3(2), 121–131.
36. Sudjono, T. A., Honniasih, M., & Pratimasari, Y. R. (2012). Pengaruh Konsentrasi Gelling Agent Carbomer 934 dan HPMC Pada Formulasi Gel Lendir Bekicot (Achatina Fulica) Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Baka Pada Punggung Kelinci,Journal. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.13(1), 6–11.
37. Budiman Haqqi, M. (2008). Uji stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan sediaan krim. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
38. Iswindari, D. (2014). Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Rice Bran Oil. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
39. Effendi, M. Syafwansyah dan Adawiyah, Rabuatul. 2014. “Penurunan Nilai Kekentalan Akibat Pengaruh Kenaikan Temperatur Pada Beberapa Merek Minyak Pelumas”. Jurnal INTEKNA. No. 1, Tahun XIV, 1-101
40. Martin, Alfred . 2008. Farmasi Fisik Jilid 2. Jakarta: Universitas Indonesia : Press.
cara mengutip artikel ini
https://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/rt/captureCite/40678/0
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 518-525 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50295 Artikel Penelitian Nabilah Arrohmah1, Qurrotul Lailiyah2, Yully Anugrahayu…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 506-517 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50293 Artikel Penelitian Vira Herawati*1, Evi Nurul Hidayati2, Sardjiman…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 489-505 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57607 Artikel Penelitian Mahirah Mardiyah, Lubna Khairunisa, Vina Oktaviany…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 472-488 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.56360 Artikel Review Ira Dwi Fatma1, Yuni Kartika1, Raden…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 458-471 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57440 Artikel Penelitian Sisilia Luhung * , Muh. Taufiqurrahman,…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 443-457 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57191 Artikel Penelitian Melia Sari*1, Ahmad Faisal Nasution2, Dina…
This website uses cookies.