Majalah Farmasetika, 6 (Suppl 1) 2021, 108-115 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i4.36795
Artikel Penelitian
Download PDF
Nidi Halipah1, Ira Rahmiyani2, Yedy Purwandi Sukmawan1*
1Departemen Farmasi Klinik dan Farmakologi, Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
2Departemen Bahan Alam Farmasi, Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
*Email: yedipur@gmail.com
(Submit 19/12/2021, Revisi 20/12/2021, Diterima 30/8/2021, Terbit 31/12/2021)
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes yang sulit untuk disembuhkan dan dapat berakhir pada amputasi organ yang terkait pada luka tersebut. Prevalensi kejadian ulkus diabetik menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahun. Akan tetapi, sampai saat ini sediaan topikal untuk penyembuhan luka diabetes masih sangat terbatas. Pada dua penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak C. ternateadan gel kombinasi A. conyzoides, C. asiatica, dan Astaxanthin memberikan efektifitas penyembuhan luka diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kombinasi gel ekstrak etanol A. conyzoides, C. asiatica, C. ternateadan Astaxanthin dalam penyembuhan luka diabetes pada model hewan. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 kelompok yaitu kelompok negatif (Basis Gel), kelompok positif (Oxoferin) dan kelompok uji (A. conyzoides10%, C. asiatica 5%, C. ternatea5% dan Astaxanthin 0,1%). Masing-masing kelompok terdiri dari 4 tikus. Tikus diinduksi menggunakan aloksan 200 mg/Kg BB secara intraperitonial, dan dinyatakan diabetes bila kadar gula darah >200 mg/dL. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan luka sayat pada daerah punggung dengan panjang 1,5 cm dan dilakukan pemantauan penyembuhan luka selama 14 hari dilihat dari penutupan lukanya. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara kelompok negatif, positif dan kelompok uji (p<0.05). Hasil persentase penyembuhan luka yaitu 41,65 %, 51,77%, 70,79% untuk kelompok negatif, positif dan uji. Gel kombinasi A. conyzoides10%, C. asiatica 5%, C. ternatea5% dan Astaxanthin 0,1% efektif dalam meningkatkan kecepatan penyembuhan luka diabetes.
A.conyzoides, C.asiatica, C. ternatea, Astaxanthin, Wound Healing
Prevalensi Diabetes Mellitus di dunia pada tahun 2019 mencapai 430 juta penderita dan diperkirakan meningkat pada tahun 2030 menjadi 578 juta penderita(1). Di Indonesia, prevalensi diabetes juga mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 2% dari yang sebelumnya 1,5% pada tahun 2013 (2,3). Selain itu, diabetes juga menjadi nomor 3 terbesar penyakit yang diderita di Indonesia yang menyebabkan kematian(4).
Luka ulkus merupakan salah satu komplikasi serius yang terjadi pada 5-10% populasi penderita diabetes(5,6). Prevalensi lima tahun kematian untuk ulkus neuropatik diabetik, ulkus neuroiskemik diabetik, dan ulkus iskemik diabetik sebesar 45%, 18% dan 55%(6). Akan tetapi sampai saat ini sediaan topikal yang tersedia masih terbatas (5).
Pada penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa gel C. ternatea 5% serta gel kombinasi A.conyzoides 10%, C. asiatica 5%, astaxanthin 0,1% efektif dalam menyembuhkan luka sayat pada hewan diabetes secara berturut-turut dengan persentase penyembuhan luka sebesar 59% dan 62,74% (7,8). Berdasarkan hal tersebut maka kami melakukan penelitian untuk menguji efektifitas gel kombinasi ekstrak etanol C. ternatea 5%, A.conyzoides 10%, C. asiatica 5%, astaxanthin 0,1% pada hewan model diabetes.
Ethical Clearance
Seluruh pengujian yang dilakukan terhadap hewan pada penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Peneltian Kesehatan (KEPK) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada dengan nomor 028/kepk-bth/IV/2021.
Preparasi Tanaman
Daun Pegagan (C. asiatica) dan Daun Bandotan (A.conyzoides) diperoleh di Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan Bunga Telang (C. ternatea) diperoleh dari Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Tanaman ini dilakukan determinasi di Herbarium Universitas Padjadjaran Bandung dengan nomor voucher spesimen 19/HB/12/2020, 20/HB/12/2020, dan 19/HB/12/2020.
Seluruh tanaman ini dilakukan preparasi yang dimulai dengan pencucian dengan air mengalir, perajangan, pengeringan dan penggilingan untuk dibuat dalam bentuk serbuk yang dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan mesh 60. Bahan ini dimasukkan ke dalam wadah kedap udaranya masing-masing yang didalamnya diberikan silica gel dan disimpan di rungan dengan suhu 250C sampai digunakan untuk pembuatan ekstrak.
Pembuatan Ekstrak
Sediaan serbuk dari daun Bandotan, daun Pegagan dan bunga Telang dilakukan maserasi menggunakan pelarut etanol 96% (PT. Brataco). Perendaman dilakukan dalam 24 jam dengan sesekali dilakukan pengadukan. Perlakuan ini dilakukan pengulangan sampai tiga kali pada masing-masing sediaan. Hasil maserasi dilakukan evaporasi pada suhu 600C menggunakan rotary evaporator (IKA RV 10). Hasil evaporasi kemudian dikentalkan menggunakan waterbath. Ekstrak kental yang dihasilkan digunakan untuk sediaan uji dan pembuatan sediaan gel.
Preparasi Hewan
Preparasi hewan dilakukan menurut guide for the care and use of laboratory animals 8th edition (9). Hewan yang digunakan adalah tikus galur wistar jantan serta berat badan 200-250 gram. Hewan dilakukan aklimatisasi selama 5 hari. Hewan ditempatkan di dalam ruangan pada suhu 250C dengan kelembaban 50-70%. Selain itu, hewan uji diberi makan dan minuman secara ad libitum dan pembersihan sekam setiap 3 hari.
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia yang dilakukan meliputi pengujian senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, saponin, polifenol, steroid-triterpenoid, tanin dan kuinon (10,11).
Pembuatan Sediaan Gel
Pembuatan sediaan gel A. conyzoides 10%, C. asiatica 5%, C. ternatea 5% dan Astaxanthin 0,1% menggunakan formula dari penelitian yang sebelumnya (Tabel 1) (7).
Astaxanthin yang digunakan dalam bentuk Self Nanoemulsion (SNE). Pembuatan nanoemulsi astaxanthin dilakukan dengan cara mencampurkan fase minyak yang terpilih, surfaktan dan kosurfaktan yaitu minyak bunga matahari, Tween 80, dan Propilenglikol. Setelah itu timbang astaxanthin dan masuk ke dalam Self Nanoemulsion dan diaduk menggunakan pengaduk magnetic stirer selama 30 menit, kemudian diisonikasi selama 1 jam. Setelah self nano emulsion yang telah mengandung astaxanthin ditambahkan dengan aqua deion sebagai fase luar dan diaduk ringan hingga terbentuk nano emulsi (12).
Tabel 1. Formula Gel(7)
Evaluasi Sediaan Gel
Evaluasi sediaan gel yang dilakukan meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, dan uji daya sebar (13,14).
Uji Penyembuhan Luka Diabetes
Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 8-12 jam. Setelah itu hewan uji diinduksi menggunakan alloxan (Sigma-Aldrich 98%) dengan dosis 200 mg/Kg BB(8). Pada hari ke-4 setelah induksi hewan dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar gula darahnya menggunakan Accu-chek (Instant) dan dinyatakan mengalami diabetes bila konsentrasi gula darah > 200 mg/dL. Hewan yang mengalami diabetes kemudian dilakukan pencukuran pada bulunya dan dioleskan lidokain krim (2%), dan kemudian dilakukan pembuatan luka sayat sepanjang ada kelompoknya masing-masing yaitu kelompok negatif diberikan basis gel, kelompok positif diberikan oxoferin (tetrachlorodecaoxide), dan kelompok uji diberikan sediaan uji (gel kombinasi A. conyzoides 10%, C. asiatica 5%, C. ternatea 5% dan Astaxanthin 0,1%). Evaluasi penyembuhan luka dilakukan selama 14 hari dengan mengukur penutupan luka sayat menggunakan jangka sorong.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan SPSS 16.00 dengan metode ANOVA dan dilanjutkan uji Post-hoc Least Significant Difference (LSD) dengan tingkat kepercayaan 95%.
Rendemen dan Skrining Fitokimia
Pada pengujian rendemen diperoleh rendemen sebesar 41,67%, 79,99%, 36,54% untuk A.conyzoides, C.asiatica, dan C. ternatea (Tabel 2). Sedangkan hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak A.conyzoides, C.asiatica, dan C. ternatea mengandung senyawa sekunder flavonoid, alkaloid, saponin, polifenol, steroid-triterpenoid dan kuinon (Tabel 3).
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia
Tabel 3 Hasil Rendemen
Evaluasi Sediaan Gel
Pada evaluasi sediaan gel menunjukkan bahwa seluruh parameter yang diujikan telah memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan (Tabel 4) (13-14).
Tabel 4 Hasil Evaluasi Gel
Hasil Uji Penyembuhan Luka Hasil pengujian menunjukkan rataan persentase penyembuhan luka pada kelompok negatif, positif, dan uji secara berturut-turut sebesar 41,65%, 51,77% dan 70,79%. (Tabel 5). Aktivitas penyembuhan luka pada kelompok uji (gel kombinasi A. conyzoides 10%, C. asiatica 5%, C. ternatea 5% dan Astaxanthin 0,1%) memberikan perbedaan signifikan (p<0,05) dalam kecepatan penyembuhan luka dibandingkan terhadap kelompok negatif dan kelompok positif. Penutupan luka secara sempurna (complete healing 100%) terjadi pada hari ke-13 untuk kelompok negatif, hari ke-11 untuk kelompok positif dan hari ke-10 untuk kelompok uji (Gambar 1).
Hasil uji penyembuhan luka pada sediaan uji yang mengandung A. conyzoides10%, C. asiatica 5%, C. ternatea5% dan Astaxanthin 0,1% memberikan rataan persentase penyembuhan luka pada model hewan diabetes yang lebih besar dibandingkan dengan riset kami sebelumnya yang hanya menghasilkan persentase penyembuhan luka sebesar 59% untuk sediaan gel yang mengandung C. ternatea (8) dan sebesar 62.74% untuk sediaan gel yang mengandung A. conyzoides10%, C. asiatica 5%, dan Astaxanthin 0,1% (7). Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan C. ternatea pada gel kombinasi yang mengandung A. conyzoides, C. asiatica, dan Astaxanthin memberikan efek sinergis
Efektifitas penyembuhan luka yang dihasilkan dari kelompok uji dapat dihubungkan dengan kandungan senyawa pada kombinasi ekstrak dan astaxanthin. Telah diketahui bahwa kandungan dari alkaloid, flavonoid dan saponin A.conyzoidesmemiliki khasiat antimikroba, antioksidan, proliferasi sel, dan sintesis kolagen (15). Selain itu, kandungan minyak atsirinya memberikan efek analgesik yang melibatkan sistem syaraf pusat (16). Sedangkan pada C.asiaticadiketahui bahwa asiatikosid yang terkandung dapat membantu proliferasi fibroblas dan matriks ekstraseluler yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka pada fase remodelling, asiatikosid akan memfasilitasi proses penyembuhan luka dengan meningkatkan komponen peptic hydroxyproline, sintesis kolagen, angiogenesis dan epitelisasi yang dapat membantu dari proses penyembuhan luka (17). Pada C. ternatea dan astaxanthin diketahui berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat menurunkan radikal bebas yang terbentuk dari reaksi inflamasi pada luka, yang berimplikasi pada percepatan penyembuhan luka (18).
Tabel 5 Hasil Uji Penyembuhan Luka
Gel kombinasi A. conyzoides10%, C. asiatica 5%, C. ternatea5% dan Astaxanthin 0,1% efektif dalam meningkatkan kecepatan penyembuhan luka diabetes dalam model hewan serta berpotensi untuk dijadikan produk komersial.
Cara mengutip artikel ini
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 518-525 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50295 Artikel Penelitian Nabilah Arrohmah1, Qurrotul Lailiyah2, Yully Anugrahayu…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 506-517 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50293 Artikel Penelitian Vira Herawati*1, Evi Nurul Hidayati2, Sardjiman…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 489-505 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57607 Artikel Penelitian Mahirah Mardiyah, Lubna Khairunisa, Vina Oktaviany…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 472-488 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.56360 Artikel Review Ira Dwi Fatma1, Yuni Kartika1, Raden…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 458-471 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57440 Artikel Penelitian Sisilia Luhung * , Muh. Taufiqurrahman,…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 443-457 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57191 Artikel Penelitian Melia Sari*1, Ahmad Faisal Nasution2, Dina…
This website uses cookies.