Majalah Farmasetika, 6 (Suppl 1) 2021, 176-182 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i4.37017
Artikel Penelitian
Download PDF
Dinda Monika Nusantara Ratri*1,2, MaretaRindang Andarsari1,2, Pharmasinta Putri Hapsari1, Marcha Debby Saraswati3, YudistiraNurrizkyGrahitaning Putra Rohmaana3, Didik Hasmono1, Budi Suprapti1,2
1 Departemen Farmasi Praktis, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Jawa Timur, Indonesia
2 Departemen Farmasi, Rumah Sakit Universitas Airlangga, Jawa Timur, Indonesia
3Program Magister Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Jawa Timur, Indonesia
*E-mail: niadindamonika@ff.unair.ac.id
(Submit 19/12/2021, Revisi 20/12/2021, Diterima 30/8/2021, Terbit 31/12/2021)
Penderita kanker dengan modalitas terapi kanker dapat mengalami efek samping obat dan luka kanker. Penyelesaian permasalahan dan peningkatan faktor keselamatan pasien terkait penggunaan obat, serta kualitas hidup yang membaik dipengaruhi oleh kerjasama antara tenaga kesehatan, salah satunya tenaga kesehatan farmasi. Pengetahuan tenaga kefarmasian terkait pengobatan dan perawatan yang diberikan pada pasien kanker sangat dibutuhkan untuk menunjang praktek kolaborasi. Tingkat pengetahuan tenaga kefarmasian penting diketahui untuk upaya penguatan sistem pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan tenaga kesehatan farmasi terhadap terapi dan rawat luka pasien kanker. Penelitian ini adalah penelitian prospektif, cross-sectional dengan metode non-random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan November 2020, pengumpulan data menggunakan survei online. Total 99 orang tenaga kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian mengisi kuesioner tersebut. Selanjutnya dilakukan penilaian pengetahuan pada setiap butir pertanyaan. Sejumlah 71,72% tenaga kefarmasian memiliki pengetahuan yang baik terhadap hal umum terkait terapi dan rawat luka kanker. Lebih dari sembilan puluh persen tenaga kefarmasian dapat menjawab dengan tepat terkait tujuan terapi kanker, penanggulangan efek samping obat, dan keadaan yang diperhatikan saat perawatan luka. Apoteker memiliki pengetahuan yang baik sebesar 74,39% dan tenaga teknis kefarmasian sebesar 58,82%. Tenaga kefarmasian memiliki pengetahuan yang baik terkait perihal dasar terapi kanker dan rawat luka pasien kanker. Apoteker memiliki pengetahuan yang baik terutama perihal efek samping obat dibandingkan tenaga teknis kefarmasian.
Apoteker, Efek Samping Obat, Kanker, Rawat Luka, Tenaga Kefarmasian
Perkembangan pasien dengan penyakit kanker semakin meningkat setiap tahunnya di seluruh penjuru dunia. Kanker merupakan salah satu dari lima penyakit tidak menular di Indonesia yang mengalami peningkatan angka kejadian1. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang dapat diberikan pada penyakit keganasan, selain radiasi dan operasi. Namun agen ini bersifat toksik, dan tidak bekerja selektif melawan sel kanker2. Tercatat dari publikasi sebelumnya hampir seluruh pasien yang menjalani kemoterapi mengalami Efek Samping Obat (ESO), sekitar 90% efek samping obat ditemukan pada pemberian obat ini3. Selain itu luka kanker juga dialami oleh sekitar 10% pasien kanker, oleh karena progresivitas penyakit, luka bekas operasi dan luka saat menjalani radioterapi4. Efek samping dan luka yang terus timbul menyebabkan pasien mengalami keterbatasan dalam aktifitasnya, turunnya kepercayaan diri bahkan hingga depresi5.
Permasalahan yang banyak dirasakan oleh pasien kanker tersebut dapat diminimalisir dengan adanya keterlibatan banyak tenaga kesehatan yang kompeten6. Tenaga farmasi dibidang onkologi sangat penting untuk bisa menurunkan kejadian efek samping obat dan meningkatkan kualitas hidup pasien kanker7. Tenaga kefarmasian dengan bekal pengetahuan klinik yang baik, membuat pekerjaan farmasi klinik dapat dilakukan dengan maksimal. Oleh karena itu pengetahuan tenaga kefarmasian sangat penting untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan tenaga kefarmasian terkait terapi kanker dan rawat luka kanker.
Penelitian ini dilakukan secara prospektif, cross sectional, non-random sampling dengan melakukan analisis secara deskriptif. Pengetahuan tenaga kefarmasian diambil dari data primer, dengan instrument penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2020. Responden penelitian adalah tenaga kefarmasian yang mengikuti webinar tentang efek samping obat dan perawatan luka kanker. Penyebaran informasi webinar tersebut memanfaatkan media sosial dan media massa digital. Kuesioner dibagikan melalui platform Google Forms.
Kriteria inklusi untuk responden adalah tenaga kefarmasian (apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian (TTK)) yang bersedia mengisi kuesioner. Kuesioner berisikan total 10 pertanyaan mengenai terapi kanker, efek samping obat kemoterapi dan penangananya, luka kanker dan pengelolaannya. Tabulasi hasil studi dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain: tenaga kefarmasian, apoteker dan TTK. Selanjutnya diberikan penilaian mengenai pengetahuan tenaga kefarmasian, dilakukan dengan cara memberikan nilai pada setiap jawaban benar. Setiap pertanyaan yang dijawab benar oleh responden akan diberikan nilai satu, Rentang nilai yang akan didapatkan oleh responden adalah antara 0-10. Masing-masing responden dinilai pengetahuannya, kategorisasi pengetahuan kurang diberikan pada responden dengan nilai 0-6. Sedangkan responden dengan nilai 7-10 dikategorikan memiliki pengetahuan baik. Selain itu dilakukan juga penilaian tentang butir pertanyaan yang dapat terjawab tepat oleh responden. Pertanyaan yang dapat dijawab dengan tepat adalah pertanyaan yang berhasil di jawab benar oleh minimal 70% total responden. Pengolahan data akan menampilkan profil pengetahuan tenaga kefarmasian secara umum dan profil pengetahuan dibagi berdasarkan dua kelompok profesi yaitu apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
Penelitian ini diikuti oleh total 99 orang dengan profesi tenaga kefarmasian, dengan proporsi (5:1) yang terdiri dari apoteker 82 orang dan tenaga teknis kefarmasian 17 orang. Karakteristik responden ditampilkan dalam tabel 1. Mayoritas penelitian ini diikuti oleh tenaga kefarmasian berjenis kelamin wanita. Responden penelitian berasal dari seluruh penjuru Indonesia dengan asal daerah terbanyak berasal dari Jawa Timur.
Tabel 1 Karakteristik Responden
Pada tabel 2 di ketahui pengetahuan tenaga kefarmasian tentang terapi kanker dan rawat luka pasien kanker. Dari studi ini didapatkan rerata pengetahuan tenaga kefarmasian terkait hal tersebut adalah baik. Prosentase tenaga kefarmasian dengan pengetahuan baik adalah 71,72%. Sedangkan pengetahuan baik untuk apoteker dan tenaga teknis kefarmasian secara berturut – turut 74,39% dan 58,82%.
Tabel 2 Pengetahuan tenaga kefarmasian tentang terapi kanker dan perawatan luka kanker
Dari 10 poin pertanyaan yang diberikan pada responden, terdapat empat pertanyaan yang tidak terjawab dengan tepat (tabel 3). Pertanyaan yang banyak tidak terjawab dengan tepat oleh tenaga kefarmasian adalah: pencegahan infeksi saat rawat luka (48,48%), modalitas terapi kanker (63,64%), tahapan rawat luka (65,66%), dan ESO kemoterapi (68,37%). Dari dua kelompok tenaga kefarmasian, terdapat perbedaan hasil dari pertanyaan yang tidak terjawab tepat antara apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yaitu pada poin pertanyaan efek samping obat kemoterapi. Pada kelompok apoteker 74,07% menjawab pertanyaan dengan tepat, sedangkan pada kelompok tenaga teknis kefarmasian hanya 41,18% yang menjawab dengan tepat pertanyaan ini.
Tabel 3 Prosentase jawaban benar tenaga kefarmasian tentang terapi kanker dan perawatan luka kanker
Dari hasil studi ini didapatkan tingkat pengetahuan rata-rata terhadap terapi dan rawat luka kanker adalah baik. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan baik yang dimiliki oleh tenaga farmasis terhadap penyakit kanker8. Frekuensi tenaga kefarmasian terlibat dalam penanganan luka sangat minimal, selain itu kebanyakan luka yang dihadapi adalah jenis luka kecil9. Pada kasus pasien kanker, luka yang dialami pasien adalah luka keganasan dengan ulserasi10. Penanganan luka pada pasien kanker membutuhkan pendekatan yang sistematis dan komprehensif, karena untuk merawat luka ini terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan yaitu: pendarahan, bau, nyeri, eksudat, dan infeksi superfisial11. Kompetensi seorang apoteker pada pelayanan pasien kanker lebih berfokus dibidang tertentu, antara lain: tindakan professional, kemampuan personal, pengadaan obat kanker, penggunaan obat kanker yang aman dan rasional, ketrampilan manajerial dan organisasi, serta kemampuan dalam promosi kesehatan masyarakat12.
Pada penelitian ini banyak tenaga kefarmasian menjawab salah satu tindakan pencegahan infeksi adalah dengan penggunaan antibiotik topikal. Hal ini dimungkinkan oleh karena adanya studi meta analisis yang menyatakan bahwa penggunaan antibiotik lokal pada pasien operasi dapat menurunkan angka infeksi paska pembedahan13. Dari data lain juga menunjukan tindakan pembedahan adalah modalitas terapi terbanyak yang diterima oleh pasien kanker14. Pemberian antibiotik topikal biasanya digunakan pada luka kanker yang terdapat infeksi lokal, alih-alih digunakan sebagai tindakan pencegahan11.
Tidak terjawabnya pertanyaan mengenai ESO kemoterapi dengan tepat, disebabkan oleh karena responden pada penelitian ini melibatkan dua profesi yang terlibat dalam pekerjaan kefarmasian. Apoteker memiliki tanggung jawab lebih besar dibandingkan dengan TTK untuk melakukan pelayanan kefarmasian, salah satunya adalah dalam bentuk pemantauan ESO. Tidak hanya itu, apoteker juga memiliki sifat yang lebih baik terhadap pelaporan dan tindakan penanganan ESO dibandingkan dengan TTK15. Apoteker adalah profesi kesehatan yang memiliki pengetahuan paling baik terkait ESO dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya16. Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa apoteker memiliki kompetensi lebih terhadap kejadian efek samping karena pengobatan, hal ini mungkin dapat dikarenakan ilmu farmakoterapi dan farmakovigilans sangat lekat terhadap profesi ini.
Dari penelitian ini diketahui bahwa tenaga kefarmasian memiliki pengetahuan yang baik terkait terapi kanker dan rawat luka pasien kanker. Dengan ini pelayanan pasien kanker dapat lebih optimum dengan keterlibatan profesi kefarmasian. Pengetahuan mengenai efek samping obat kemoterapi lebih diketahui oleh apoteker dibandingkan dengan tenaga teknis kefarmasian. Kompetensi apoteker pada efek samping obat dapat bermanfaat untuk pemantauan terapi pasien kanker sehingga meningkatkan keselamatan pasien.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi seluruh staf dosen kelompok berbasis keilmuan farmasi klinik Fakultas Farmasi Universitas Airlangga atas terselenggaranya penelitian ini.
Cara mengutip artikel ini
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 518-525 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50295 Artikel Penelitian Nabilah Arrohmah1, Qurrotul Lailiyah2, Yully Anugrahayu…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 506-517 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50293 Artikel Penelitian Vira Herawati*1, Evi Nurul Hidayati2, Sardjiman…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 489-505 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57607 Artikel Penelitian Mahirah Mardiyah, Lubna Khairunisa, Vina Oktaviany…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 472-488 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.56360 Artikel Review Ira Dwi Fatma1, Yuni Kartika1, Raden…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 458-471 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57440 Artikel Penelitian Sisilia Luhung * , Muh. Taufiqurrahman,…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 443-457 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57191 Artikel Penelitian Melia Sari*1, Ahmad Faisal Nasution2, Dina…
This website uses cookies.