Majalah Farmasetika, 6 (Suppl 1) 2021, 60-70 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i4.36683
Artikel Penelitian
Download PDF
Lisa Marlina, Anggun Hari Kusumawati*, Lia Fikayuniar, Fitri Amalia, Nopita Aliani, Irma Rahmawati
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Buana Perjuangan Karawang, Jawa Barat, Indonesia
*Email: anggunhari@ubpkarawang.ac.id
(Submit 19/12/2021, Revisi 20/12/2021, Diterima 30/8/2021, Terbit 31/12/2021)
Penurunan regeneratif sendi yang terjadi pada lanjut usia. Penggunaan Peptan® sebagai collagen peptida dengan profil asam amino yang unik mampu memperbaiki persendian dengan kekurangan mempunyai bau dan rasa yang tidak enak untuk dikonsumsi, sehingga perlu dibuat produk dalam bentuk minuman. Penelitian ini bertujuan untuk mereformulasi corigens saporis dan odoris dalam sediaan instan collagen rousselot’s dengan formula yang tepat. Metode yang digunakan dengan mereformulasi corigens saporis dan odoris dari perisa dan minyak atsiri, pemanis Stevia rebaudiana (Ber.) dan sukralosa dengan konsentrasi berurutan 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9% 10%. Dan massa pengikat xanthan gum 0,05%, 0,10%, 0,15% dalam bentuk granul untuk 200 ml penyajian. Sediaan instan collagen rousselot’s di uji organoleptik (penampilan, bau, rasa dan tekstur) dari 20 responden dianalisis dengan statistika ANOVA satu arah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi xanthan gum 0,05% berpengaruh terhadap sifat fisik granul, semakin rendah konsentrasi xanthan gum, semakin rendah nilai kadar air FI=1,67%, F2=2,3% FIII=3%, dan waktu alir FI=0,98s, FII= 1,09s, FIII= 1,68s, Dari ke-3 formula yang dibuat semuanya dapat menutupi bau dan rasa yang kurang enak ketika dikonsumsi dan formula dengan kriteria yang baik berdasarkan Uji organoleptik yaitu formula I dengan nilai uji penampilan 75%, bau 60%, rasa 45% dan tekstur 65%.
Corigens, Peptan, Stevia rebaudiana (Ber.)
Imobilisasi, intoleransi aktivitas, dan sindrom disuse sering terjadi pada penduduk lanjut usia. Imobilisasi di definisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas atau kegiatan yang kurang dari mobilisasi normal biasanya(1). Dampak fisiologis dari imobilisasi dan kepasifan adalah dengan terjadinya peningkatan katabolisme protein sehingga dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot. Selain itu penduduk lanjut usia juga sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari imobilitas(2).
Secara fisiologis, tubuh akan bereaksi terhadap imobilitas dengan segala perubahan – perubahan yang mirip dengan proses penuaan, oleh karena itu akan semakin memperberat efek penuaan. Padahal, kebanyakan efek proses penuaan seringkali dapat segera teratasi bila tubuh dijaga tetap sehat dan aktif(3). Dari 10 hingga 15% kekuatan otot dapat menghilang setiap minggunya jika otot beristirahat sepenuhnya, dan sebanyak 5,5% dapat hilang setiap hari pada kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya(4).
Lingkungan internal, atau kompetensi klien adalah faktor penentu mobilitas yang paling penting ketika derajat imobilitas yang lebih rendah terjadi. Karena kompetensi lansia menurun, ia bergantung lebih besar pada lingkungan eksternal untuk mempertahankan mobilitas. Sebagai contoh, jika seorang pasien lansia hemiplegi dengan kelemahan otot berat dianjurkan untuk menggunakan kursi roda listrik, sumber-sumber dari lingkungan eksternal membantu meniadakan keterbatasan lingkungan internal. Jadi, penjelasan secara singkat adalah lansia yang mengalami gangguan imobilisasi fisik seharusnya melakukan latihan aktif agar tidak terjadi penurunan kekuatan otot. Namun pada kenyataannya banyak lansia yang masih tergantung dengan lingkungan eksternal, sehingga kompetensinya menurun(5).
Banyak penduduk lanjut usia yang mempunyai karakteristik seperti adanya tanda penurunan pada regeneratif sendi. Penurunan tersebut yaitu penurunan fleksibilitas sendi pada usia 30-70 tahun yang bisa mencapai 40-50%, sehingga dianjurkan banyak melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga dan mengkonsumsi nutrisi persendian. Salah satu nutrisi yang dapat memberikan manfaat untuk kesehatan sendi ialah collagen(6). Collagen dan elastin (Jaringan penghubung) Pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan merupakan ciri dari kolagen. Jaringan kolagen adalah salah satu contoh terjadinya penurunan mobilitas jaringan tubuh. Struktur kolagen mengalami penurunan seperti turunya flexibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kekuatan otot, kemampuan dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan,serta terjadi hambatan dalam melakukan aktivitas setiap hari(6). Collagen yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah collagen rousselot’s tipe I dengan brand Peptan®.
Collagen rousselot’s ini terdapat tipe I dan tipe II, untuk Peptan® tipe I merupakan collagen peptida dengan jenis nutrisi sama yang dapat ditemukan pada nutrisi tulang/kulit pada umumnya. Dalam bentuk terhidrolisis mampu membuatnya mudah dicerna yang lain pada peptan tipe I ini merupakan produk alami dengan kemurnian tinggi yang mengandung lebih dari 97% protein (berdasarkan berat kering). Sedangkan untuk peptan tipe II (Peptan® IIm) merupakan matriks collagen terhidrolisis yang berasal dari alam yang mempunyai kandungan GAG yaitu collagen terhidrolisis dalam bentuk peptida bioaktif dan glikosaminolaktan. Dengan komposisi unik inilah peptan tipe II mengandung bahan matriks yang sama yang dapat ditemukan ditulang rawan manusia serta dapat mendukung banyak manfaat kesehatan sendi dengan dosis harian yang relatif rendah (Vostra Cosa, 2019).
Collagen dengan brand peptan® mempunyai kadar asam amino tinggi diantaranya glisin, hidroksiprolin, alanin dan arginin yang dapat memberikan manfaat gizi yang tidak ditemukan dalam sumber-sumber protein lainnya, disamping fungsi collagen yang dapat memperbaiki fungsi persendian collagen dengan brand peptan® terdapat kekurangan yaitu mempunyai bau dan rasa yang tidak enak untuk dikonsumsi(16). Dalam menentukan solusi dari permasalahan Collagen dengan brand peptan® yang mempunyai bau dan rasa tidak enak ketika dikonsumsi maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi corigens saporis dari ekstrak serbuk Stevia rebaudiana (Ber.), sukralosa, minyak atsiri dari jahe (Zingiber officinale Rosc), sereh (Cymbopogon nardus), daun peppermint (Mentha piperita), daun jeruk purut (Citrus hystrix DC.) dan corigens odoris dari perisa lemon dan green tea serta bahan pengikat xanthan gum dengan mendapatkan reformulasi corigens saporis dan odoris yang tepat.
Peralatan yang digunakan yaitu Neraca Analitik (ADAM SCIENTIFIC) Spatula, Gelas ukur (IWAKI), Beaker glass (IWAKI), Corong (HERMA), Pipet tetes, Cawan porselen, Kaca arloji, Kertas saring, Ayakan Mesh 12 dan Mesh 16, Alat uji kadar air (MOISTURE BALANCE), Alat uji waktu alir (FLOW TESTER), Oven, Desikator.
Bahan yang digunakan yaitu Collagen rousselot’s tipe 1 dengan brand Peptan® dari PT. DARLING Ingredients, Ekstrak serbuk tanaman stevia rebaudiana (Ber) dari PT.GL STEVIA, Minyak atsiri dari Daun Sereh (Cymbopogon nardus), Jahe (Zingiber officinale Rosc), Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.) dari PT. Sinkona Indonesia Lestari dan Minyak atsiri Peppermint (Mentha piperita) dari Anhui Province Yifan Spice Co., Ltd. Perisa lemon, Perisa green tea dan Air/water.
Granul instan dibuat dengan cara metode granulasi basah. Bahan dalam formula ditimbang sesuai yang dibutuhkan campur dan aduk sampai homogen. Terbentuknya massa yang kempal setelah semua bahan tercampurkan secara homogen yang kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa basah. Massa basah kemudian diayak menggunakan ayakan mesh 12 hingga terbentuk granul. Granul yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 40-500C selama ± 2 jam sampai granul kering. Granul kering diayak menggunakan ayakan mesh 16 dan tambahkan flavour aduk rata sampai tercampur homogen. Kemudian granul yang terbentuk dilakukan pengujian fisik granul(7).
a. Kadar air
Pengujian ini dilakukan menggunakan alat keseimbangan kelembapan (moisture balance). seluruh granul yang sudah dilakukan pemanasan dengan oven dimasukan kedalam alat moisture balance sebanyak 10 g. Kemudian granul diratakan, dan data yang dihasilkan berupa kadar air yang terkandung dalam granul. Syarat granul untuk kadar air 2-5 %.
b. Susut Pengeringan
Seluruh granul basah yang sudah diayak ditimbang seksama dalam cawan yang telah diketahui bobotnya kemudian dikeringkan pada suhu 40oC, Granul yang mencapai kelembaban 2-4% ditentukan berdasarkan waktu. Setelah itu dilakukan replikasi.
c. Sifat Granul Instan
Sifat alir adalah pengujian dengan menggunakan alat flow tester, dan dinilai dari waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir dalam alat tersebut. sifat alir ini dapat memperbaiki suatu granul dengan menilai efektivitas dari bahan pelicin.
a. Waktu Larut dalam Air
Timbang sampel sebanyak 5 gram kemudian larutkan sampel dalam 50 ml air diaduk hingga homogen dicatat berapa lama waktu sampel dapat terlarut sempurna dalam air.
b. Bagian tidak larut dalam Air
Timbang 5 gram sampel masukan kedalam beaker glass 500 ml, tambahkan 200 ml air kedalamnya aduk hingga larut. Setelah itu tuang kedalam kertas saring yang telah dikeringkan dalam oven dan diketahui beratnya. Beaker glass dan kertas saring dibilas dengan aquadest hingga diperoleh residu pada kertas saring. Kertas saring dikeringkan dalam oven pada suhu 105⁰ C selama 2 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang.
c. Uji Organioleptik
Pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan merupakan pengujian organoleptik dengan menggunakan bagian organ tubuh yang mempunyai peran penginderaan meliputi mata, indera pencium (hidung), indera pengecap (lidah) yang dilakukan terhadap 20 orang panelis.
a. Determinasi Tanaman
Stevia (Stevia rebaudiana (Ber) ) yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Kebun percobaan Manoko, Lembang Bandung, Kebun dibawah Balitro Bogor, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Dari hasil determinasi tersebut menunjukkan bahwa sampel merupakan tanaman Stevia (Stevia rebaudiana (Ber) ) dengan suku compositae.
b. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan penyerapan resin yang kemudian di daur ulang dengan alkohol dan didekolorasi pada konsentrasi membran dan efek tunggal dengan hasil akhir kristalisasi yang menghasilkan bentuk serbuk putih.
c. Uji Kemurnian Minyak Atsiri
Hasil uji kemurnian minyak atsiri diperoleh berdasarkan perbandingan pengujian antara yang telah dilakukan oleh PT. Sinkona Indonesia Lestari untuk Minyak atsiri sereh (Cymbopogon nardus), Minyak atsiri jahe (Zingiber officinale Rosc), Minyak atsiri jeruk purut(Citrus hystrix DC.) dan Anhui Province Yifan Spice Co.,Ltd untuk Minyak atsiri daun peppermint (Mentha piperita) dengan hasil yang telah diujikan terhadap minyak atsiri tersebut.
d. Formulasi corigens saporis dan odoris
Sediaan diformulasikan menjadi minuman bernutrisi dengan kombinasi penambahan stevia sebagai pemanis alami dan sukralosa sebagai pemanis buatan sebanyak 5% yang kemudian ditambahkan bahan pengikat yaitu xanthan gum sebanyak 0,05% pada masing-masing formula. Dengan penambahan pengaroma dan perisa yang berbeda konsentrasi dari masing-masing formula yang dibuat yaitu untuk Formula 1 minyak atsiri sereh (Cymbopogon nardus), minyak atsiri jahe (Zingiber officinale Rosc) sebanyak 0,05 g/ml dengan perisa lemon sebanyak 2 g/ml. Formula 2 terdiri dari minyak peppermint (Mentha piperita) sebanyak 0,05 g/ml dengan penambahan perisa lemon sebanyak 2 g/ml dan untuk Formula 3 yaitu minyak atsiri jeruk purut (citrus hystrix DC) dan minyak atsiri peppermint (Mentha piperita) sebanyak 0,05 g/ml dengan penambahan perisa green tea sebanyak 2 g/ml.
Sediaan diformulasikan menjadi minuman bernutrisi dengan kombinasi penambahan stevia sebagai pemanis alami dan sukralosa sebagai pemanis buatan sebanyak 5% yang kemudian ditambahkan bahan pengikat yaitu xanthan gum sebanyak 0,05% pada masing-masing formula. Dengan penambahan pengaroma dan perisa yang berbeda konsentrasi dari masing-masing formula yang dibuat yaitu untuk Formula 1 minyak atsiri sereh (Cymbopogon nardus), minyak atsiri jahe (Zingiber officinale Rosc) sebanyak 0,05 g/ml dengan perisa lemon sebanyak 2 g/ml. Formula 2 terdiri dari minyak peppermint (Mentha piperita) sebanyak 0,05 g/ml dengan penambahan perisa lemon sebanyak 2 g/ml dan untuk Formula 3 yaitu minyak atsiri jeruk purut (citrus hystrix DC) dan minyak atsiri peppermint (Mentha piperita) sebanyak 0,05 g/ml dengan penambahan perisa green tea sebanyak 2 g/ml.
Tabel 1. Hasil Uji Fisik Granul
Hasil waktu larut dalam air nilai waktu larut air yang didapatkan dari formula 1 sampai 3 pada Tabel 2 berkisar antara 39,52 – 48,44 detik. Pada Tabel 2 Waktu larut air terendah yaitu pada formula 1 dan nilai waktu larut air tertinggi terdapat pada formula 3. Menurut Fennema (1985), peningkatan kadar air dalam bahan pangan akan membentuk ikatan yang mengakibatkan terbentuknya gumpalan dalam memecahkan ikatan antar partikel yang membutuhkan waktu yang lebih lama dan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu larut adalah kadar air bahan, semakin tinggi kadar air dalam minuman serbuk instan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk larut. Bagian tidak larut air yang diperoleh berkisar antara 0,5781-5873 detik, dengan bagian tidak larut air tertinggi pada minuman kolagen dengan bahan pengikat 0,10% pada formula 2 dan 3 dengan bahan pengikat xanthan gum 0,15% dan bagian tidak larut terendah pada minuman collagen terdapat pada Formula 1 dengan bahan pengikat xanthan gum 0,05 % seperti pada keterangan Tabel 2. Hal ini disebabkan karena Formula 2 dan 3 konsentrasi xanthan gum terlalu tinggi dengan sifat viskositas tinggi pada xanthan gum.
Hasil waktu larut dalam air nilai waktu larut air yang didapatkan dari formula 1 sampai 3 pada Tabel 2 berkisar antara 39,52 – 48,44 detik. Pada Tabel 2 Waktu larut air terendah yaitu pada formula 1 dan nilai waktu larut air tertinggi terdapat pada formula 3. Menurut Fennema (1985), peningkatan kadar air dalam bahan pangan akan membentuk ikatan yang mengakibatkan terbentuknya gumpalan dalam memecahkan ikatan antar partikel yang membutuhkan waktu yang lebih lama dan salah satu factor yang mempengaruhi waktu larut adalah kadar air bahan, semakin tinggi kadar air dalam minuman serbuk instan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk larut. Bagian tidak larut air yang diperoleh berkisar antara 0,5781-5873 detik, dengan bagian tidak larut air tertinggi pada minuman kolagen dengan bahan pengikat 0,10% pada formula 2 dan 3 dengan bahan pengikat xanthan gum 0,15% dan bagian tidak larut terendah pada minuman collagen terdapat pada Formula 1 dengan bahan pengikat xanthan gum 0,05 % seperti pada keterangan Tabel 2. Hal ini disebabkan karena Formula 2 dan 3 konsentrasi xanthan gum terlalu tinggi dengan sifat viskositas tinggi pada xanthan gum.
Tabel 2. Hasil Uji Sediaan
Pengujian organoleptik dilakukan berdasarkan uji hedonik atau uji kesukaan pada 20 responden terhadap pengujian penampilan, bau, rasa dan tekstur pada 9 paramater penilaian seperti yang terdapat pada Gambar 1 yaitu : (1) amat sangat suka; (2) sangat suka; (3) suka; (4) agak suka; (5) netral; (6) agak tidak suka; (7) tidak suka; (8) sangat tidak suka; (9) amat sangat tidak suka. Pada uji organoleptik dari ke-3 masing-masing Formula berdasarkan penampilan didapatkan bahwa rentang presentase(%) dengan perolehan tertinggi nilai suka terdapat pada Formula 1 sebanyak 75% tanpa disertai hal ini dikarenakan minyak atsiri yang digunakan tidak meninggalkan kesan keruh terhadap penampilan formula minuman, dan hasil uji kemurniannya pun sesuai dengan standar. Berdasarkan bau didapatkan bahwa perolehan nilai parameter suka (6) tertinggi diperoleh pada Formula 1 dengan nilai 60%, dan nilai terendah diperoleh Formula 3. Hal ini disebabkan karena pada Formula 3 tingginya kandungan sitronelal pada daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) yaitu sebanyak (48,2%) yang mempengaruhi penilaian bau dari 20 responden terhadap formula yang dibuat.
Organoleptik rasa berdasarkan nilai parameter Tidak suka (7) dengan presentase (%) terbesar terdapat pada formula 3 sebanyak 5% dari 20 reponden sedangkan untuk Formula 1 dan 2 sebanyak 0% menunjukkan nilai parameter tidak suka dengan adanya rasa getir / pahit pada minuman. Hal ini disebabkan karena pada Formula 3 terdapat minyak atsiri jeruk purut (Citrus hystrix DC) memiliki kandungan Limonoid dalam daun dan buah jeruk purut sehingga mengakibatkan rasa getir atau pahit (Devy, Yulianti dan Andrini, 2010). Berdasarkan tekstur didapatkan hasil bahwa nilai parameter netral (5) dengan perolehan presentase paling kecil sebanyak 0% hanya terdapat pada formula 1, formula 2 dan 3 memiliki nilai presentase yang sama yaitu sebanyak 5% . Hal ini dikarenakan tekstur granul pada formula 2 dan 3 kurang merata dan menyebabkan reponden kurang menyukainya.
Bahwa pengaruh kombinasi corigens dari ekstrak serbuk daun stevia, sukralosa dan penambahan rasa dari berbagai minyak atsiri mampu menutupi bau dan rasa dari zat aktif (peptan).
Formula dengan kriteria yang baik berdasarkan reformulasi corigens Stevia rebaudiana, sebagai pemanis, minyak atsiri jahe dan sereh sebagai perisa serta Uji organoleptik yaitu formula 1 dengan nilai uji kenampakan 75%, bau 60%, rasa 45% dan tekstur 65%.
Cara mengutip artikel ini
Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 627-644 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.59602 Artikel Penelitian Dita Alfina Merlindasari*1, Joko Santoso2, Ediati…
Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 614-626 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i6.4997 Artikel Penelitian Septia Andini*, Rini Ambarwati, Ajeng Maswari…
Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 596-613 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika. v9i6.59397 Artikel Penelitian Muhammad Fadhil Ghassani Purnama*1, Iyan…
Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 577-595 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i6.59038 Artikel Penelitian Nurul Azizah1*, Norisca Aliza Putriana2, Titian…
Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 561-576 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i6.59459 Artikel Penelitian Leonita Wahyu Kristianti*¹, Evi Nurul Hidayati…
Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 546-560 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i6.58294 Artikel Penelitian Leny1*, Hanafis Sastra Winata1, Joanna Sitanggang1,…
This website uses cookies.