Majalah Farmasetika, 6 (3) 2021, 287-299 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i3.34884
Artikel Review
Download PDF
Dian Amalia Maharani*,1, Ida Musfiroh2
1Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
2Departemen Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal
Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21, Sumedang 45363
*Email: dian16013@mail.unpad.ac.id
(Submit 29/7/2021, Revisi 10/8/2021, Diterima 18/8/2021, Terbit 22/8/2021)
Seiring dengan perkembangan industri farmasi yang semakin pesat, suatu industrifarmasi harus dapat menciptakan proses produksi yang efektif dan efisien agar proses penghantaran produk ke konsumen berjalan dengan baik. Namun, keterlambatan dalam proses produksi menjadi permasalahan utama yang dihadapi industri farmasi saat ini yang menyebabkan terlambatnya proses penghantaran produk ke konsumen. Hal tersebut dapat meyebabkan menurunnya daya saing industri farmasi di tengah pasar farmasi yang semakin kompetitif. Salah satu cara untuk mengurangi keterlambatan proses produksi dilakukan dengan menerapkan Lean Manufacturing System (LMS) menggunakan metode Single Minute of Exchange Die (SMED). Metode SMED ini dapat di implementasi dengan memisahkan antara waktu persiapan/pergantian internal menjadi eksternal. Artikel review ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang penerapan metode SMED yang dapat mengurangi pemborosan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja di industri farmasi. Metode yang digunakan dalam review artikel ini ialah dengan penelurusan literatur secara online yang diakses dari situs Google Scholar dan ScienceDirect dengan kata kunci “Penerapan Metode Single Minute of Exchange Die (SMED) di industri” dan “Lean Manufacturing System (LMS)”. Hasil yang diperoleh berdasarkan review yaitu penerapan metode SMED di industri farmasi dapat menurunkan waktu persiapan/pergantian dalam proses produksi yang dilihat dari perbandingan antara waktu sebelum dan sesudah perbaikan. Penerapan metode SMED dalam proses produksi dapat menurunkan waktu persiapan/pergantian secara signifikan dengan presentase sebesar 39,97%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode SMED dapat diterapkan di industri farmasi untuk meningkatkan produktivitas kerja industri farmasi.
Industri Farmasi, Lean Manufacturing System, setup, changeover, SMED.
Perkembangan industri farmasi yang semakin pesat pada saat ini maka dibutuhkan suatu kemampuan industri dalam menciptakan proses yang efektif dan efisien dalam melakukan serangkaian proses. Adapun tujuan utama dari industri yaitu mencapai keuntungan maksimal.1 Industri yang dapat bersaing harus mampu memuaskan konsumen dengan menyediakan pelayanan produk yang lebih cepat dan berkualitas yang memiliki keunggulan dibanding pesaing.2 Peningkatan kinerja yang lebih cepat dan berkualitas ini membutuhkan suatu proses perbaikan untuk memenuhi permintaan konsumen.3 Industri seringkali merasakan terjadinya pemborosan (waste) pada suatu proses kinerja tetapi industri tidak dapat mengevaluasi atau melakukan pengukuran. Padahal pemborosan dapat berpotensi mengurangi produktivitas industri. Pemborosan dapat disebabkan tingginya total waktu henti (downtime) dalam pelaksanaan produksi. Tingginya total waktu henti dalam suatu proses dapat menggangu kelancaran dari operasi industri tersebut. Oleh karena itu, suatu proses harus semaksimal mungkin dapat selesai dengan waktu yang telah ditentukan dengan dilakukan penentuan urutan kegiatan dan waktu penyelesaian kegiatan tersebut. Hal tersebut dilakukan karena keterlambatan suatu proses dapat mengakibatkan pertambahan waktu sehingga akan menambah biaya.4,5 Kondisi tersebut dapat menyebabkan industri mengalami kesulitan dalam mencapai produktivitas yang baik.6 Faktor yang mempengaruhi produktivitas industri diantaranya waktu persiapan (setup) atau pergantian (changeover), proses dan kondisi mesin. Dimana waktu persiapan/waktu pergantian dan waktu proses sangat mempengaruhi waktu siklus pembuatan suatu produk.7
Salah satu sistem yang dapat membantu memenuhi permintaan konsumen dengan efektif dan efisien yaitu Lean Manufacturing System (LMS). Lean Manufacturing System (LMS) menawarkan upaya untuk menciptakan budaya berkelanjutan dalam perbaikan proses dengan menghilangkan permborosan dan meningkatkan nilai tambah.3 Adapun pendekatan yang dapat diupayakan dalam mereduksi waktu persiapan/waktu pergantian dalam produksi pada LSM untuk meningkatkan kinerja operator yaitu dengan menggunakan metode Single Minute of Exchange Die (SMED). Metode SMED merupakan salah satu alat persiapan/pergantian dalam mengurangi pemborosan dengan memisahkan antara internal waktu persiapan/pergantian dan eksternal waktu persiapan/pergantian. Perubahan yang dapat dirasakan dalam menurunkan waktu pemborosan dalam menggunakan metode ini dengan membandingkan selisih antara waktu sebelum menggunakan metode SMED dengan waktu setelah menggunakan metode SMED dalam aktivitas produksi. Oleh karena itu, artikel ini dibuat untuk memberikan gambaran tentang penerapan metode SMED yang dapat mengurangi pemborosan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja di industri farmasi.8 Selain itu, dalam review artikel ini akan dibahas secara singkat mengenai LMS, SMED, dan beberapa penerapan metode SMED dalam menurunkan waktu persiapan/pergantian proses produksi di berbagai industri sering digunakan yaitu: granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung.
Penyusunan review artikel ini dilakukan dengan penelusuran literatur yang bersumber data primer diperoleh dari jurnal yang kemudian dilakukan skrining jurnal yang diterbitkan selama 10 tahun terakhir sebagai kriteria. Literatur didapatkan secara online diberbagai jurnal internasional maupun nasional yang diakses dari situs Google Scholar dan ScienceDirect dengan kata kunci “Penerapan Metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) di Industri” dan “Lean Manufacturing System (LMS)”.
Lean Manufacturing System
Lean Manufacturing System (LMS) suatu sistem yang membantu industri untuk memenuhi tuntutan dari permintaan konsumen. Lean manufacturing berfokus dalam mengeliminasi pemborosan secara terstruktur pada proses produksi. Metode ini dapat diaplikasikan diberbagai rekayasa dan administratif dalam suatu industri. Konsep lean dengan istilah 3M yang berasal dari bahasa Jepang yaitu Muda (pemborosan), Mura (ketetapan), dan Muri (kelainan).9 Adapun delapan hal yang sering digunakan dalam
analisis terjadinya pemborosan yaitu dapat disingkat DOWNTIME yaitu:10
Defects (Kecacatan)
Sering terjadi kesalahan dalam dokumen, masalah kualitas produk, atau kinerja pengiriman yang buruk.
Overproduction (Produksi berlebihan)
Memproduksi terlalu banyak atau terlalu cepat, mengakibatkan aliran informasi atau barang yang buruk dan kelebihan persediaan.
Waiting (Waktu tunggu)
Lama tidak aktifnya orang, informasi, atau barang, mengakibatkan aliran yang buruk dan waktu tunggu yang lama.
Non-Utilised/ Underutilised Talent (Bakat yang tidak dimanfaatkan)
Industri gagal menggali atau memanfaatkan bakat, keterampilan atau pengetahuan khusus. Pemborosan ini terjadi ketika menajemen tidak responsive dan tidak menetapkan tugas dengan tepat atau tidak melatih dengan benar.
Transportation (Transportasi)
Perpindahan orang, informasi, atau barang yang berlebihan yang mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga, dan biaya.
Inventory (Persediaan yang tidak perlu)
Penyimpanan dan keterlambatan informasi atau produk yang berlebihan, mengakibatkan biaya yang berlebihan dan layanan pelanggan yang buruk.
Motion (Pekerjaan yang tidak perlu)
Organisasi tempat kerja yang buruk, mengakibatkan ergonomi yang buruk, misalnya pekerja yang melakukan pekerjaan kegiatan A, B, dan C, sehingga banyak pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja tersebut sehingga menambah pekerjaan yang tidak diperlukan.
Excess Processing (Proses yang tidak perlu)
Melakukan proses kerja menggunakan seperangkat alat, prosedur, atau sistem yang salah, dapat memperhambat melakukan suatu aktivitas sehingga seringkali ketika pendekatan yang lebih sederhana dapat menghasilkan kinerja yang lebih efektif.
Metode yang sering digunakan dalam memangkas waktu pemborosan yaitu metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) suatu metodologi inovasi berbasis proses di negara Jepang yang melibatkan pemisahan dari operasi aktivitas internal menjadi operasi aktivitas eksternal.
Single-Minute Exchange of Dies (SMED)
Single Minute Exchange of Dies (SMED) merupakan salah satu metode penyempurnaan dari LMS dalam mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan waktu persiapan/pergantian dalam memproduksi satu jenis produk ke produk yang lainnya. Metode SMED memiliki beberapa istilah lain diantaranya yaitu Quick Change Over (QCO), Four Step Rapid Setup (4SRS), Setup Reduction, One Touch Setup (OTS), dan One Touch Exchange of Die (OTED)4 metode ini bertujuan untuk membuat strategi dalam mempercepat waktu persiapan/pergantian.11 12 Maksud dari “single minute” dalam Single Minute Exchange of Dies (SMED) bukan berarti dalam perubahan dan pergantian tipe hanya dalam satu menit tetapi waktu pergantian produk dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga mempercepat waktu oprasi yang dapat merubah seluruh proses.13
Waktu persiapan/pergantian sendiri diartikan sebagai lamanya waktu dibutuhkan saat proses produksi baik produk terakhir selesai maupun produk pertama. Waktu persiapan/pergantian merupakan waktu organizational seperti operator mempersiapkan peralatan, menghentikan mesin dan memanggil maintenance, melakukan pengaturan, uji coba sampai menghasilkan produk yang baik.4 Jenis aktivitas persiapan/pergantian yang umum terdapat di industri:14
Alasan utama dalam pengurangan waktu persiapan/waktu pergantian yaitu
• Menyederhanaan prosedur persiapan/pergantian proses produksi, dimana operator dalam mengerjakan tugas yang lebih sederhana sehingga dapat meminimalkan kesalahan dalam pengoprasian dan mengurangi beban jam kerja dari operator, sehingga biaya yang dikeluarkan dengan waktu persiapan/pergantian dapat dikurangi.
• Menyederhanakan proses persiapan/pergantian sehingga dapat merespon cepat terhadap perubahan permintaan pasar, sehingga proses produksi harus dapat menghasilkan produk dengan kebutuhan yang ekonomis sesuai kebutuhan konsumen.
• Prosedur persiapan/pergantian yang sederdahan, tidak memerlukan operator yang ahli dalam mengerjakan proses persiapan/pergantian melainkan dapat dilakukan dengan operator yang sudah ada yaitu operator terlatih diindustri tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan untuk memperkecil waktu berhenti operator. Sehingga tenaga ahli dipergunakan untuk kegiatan dalam pembuatan prosedur yang baru atau kegiatan persiapan/pergantian yang sulit.15
• Mengurangi waktu persiapan/pergantian dapat meningkatkan kapasitas yang tersedia dibandingkan harus memilih membeli kebutuhan yang baru.16
Adapun tahap implementasi metode SMED ini terdiri beberapa tahap sebagai berikut:17
Tahap Pendahuluan
Melaksanakan beberapa pendekatan untuk mengetahui kondisi sistem produksi yang tersedia. Cara yang dilakukan dengan wawancara pekerja untuk mengetahui kondisi proses persiapan/pergantian, mendokumentasikan aktivitas operator mesin, proses ini tidak membedakan antara aktivitas internal dan aktivitas eksternal persiapan/pergantian, menganalisis proses dapat menggunakan pengukur waktu, alat perekam dan kamera sebagai alat pendukung perhitungan.
Tahap Pertama
Memisahkan aktivitas internal dan aktivitas eksternal persiapan/pergantian. Tahap ini menggunakan checlist untuk semua komponen dari setiap langkah proses produksi. Checlist ini digunakan untuk memeriksa apakah komponen tersebut sudah berada di tempat yang tepat.18
Tahap Kedua
Mengubah aktivitas internal dan aktivitas eksternal persiapan/pergantian. Cara dalam mengubah aktivitas internal menjadi aktivitas eksternal dengan cara memeriksa kembali setiap proses apakah langkah yang salah sehingga diasumsikan sebagai aktivitas internal setup dan dapat diubah menjadi aktivitas eksternal.
Tahap Ketiga
Menseleksi semua aspek proses, dengan memperbaiki aktivitas internal dengan perbaikan lanjutan untuk dapat meminimalkan aktivitas internal sehingga waktu berhenti mesin dapat diperkecil.
Implementasi dalam metode SMED dapat dilakukan dengan mengonversi waktu persiapan/pergantian internal menjadi waktu persiapan/pergantian eksternal. Dimana waktu persiapan/pergantian internal merupakan kejadian saat mesin berhenti atau tidak beroperasi, sehingga kegiatan persiapan/pergantian tersebut dapat diubah menjadi waktu persiapan/pergantian eksternal dimana ketika mesin sedang beroperasi.19 Adapun tujuan kegiatan perubahan waktu persiapan/pergantian internal menjadi eksternal yaitu untuk meningkatkan produktivitas industri. Adapun keunggulan dari menggunakan metode SMED ini yaitu dapat menurunkan waktu persiapan/pergantian, mempersingkat manufacturing leadtime, memperkecil keterlambatan proses, mengurangi waktu tunggu, meniadakan oprasi proses yang tidak diperlukan, meningkatkan kapasitas industri, pengurangan ongkos produksi, pengiriman yang cepat, menurunkan biaya pengeluaran, sehingga meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan.20,21
Penerapan Metode SMED di Industri
Penerapan dari metode SMED telah menjadi suatu langkah untuk menurunkan waktu persiapan/pergantian di berbagai industri. SMED merupakan metode yang efektif untuk menyediakan metode pergantian yang lebih baik yang menghasilkan pengurangan waktu dan tenaga secara keseluruhan dan juga membuktikan bahwa pengurangan pengaturan merupakan alat yang efektif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi manufaktur untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pemanfaatan sumber daya industri yang lebih baik. Langkah terpenting dalam penerapan SMED adalah membedakan antara kegiatan internal dan eksternal.22 Beberapa industri telah menerapkan metode SMED. Hasil yang diperoleh dari penelusuran literatur di berbagai jurnal mengenai implementasi dalam penggunaaan metode SMED di berbagai industri ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penerapan Metode SMED di Industri
Tahapan pendahuluan dan tahap pertama yang dilakukan metode SMED yaitu melakukan observasi lapangan, kemudian melakukan identifikasi pemborosan proses produksi, dilanjutkan dengan evaluasi dari waktu persiapan/pergantian tersebut. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya pemborosan. Permasalahan pemborosan dalam suatu industri dapat dianalisis dengan faktor penyebab permasalahan dengan mencari 5W + 1 H lalu ditelusuri untuk mendapatkan solusinya (brainstorming). 45 Hasil penelusuran literatur diketahui bahwa faktor penyebab permasalahan terjadinya waktu henti mesin dan waktu waktu persiapan/pergantian dapat di identifikasi oleh beberapa ilustrasi dengan diagram fishbone, Plan-Do-Check-Ad (PDCA) dan FMEA suatu alat pengambilan keputusan yang dapat memprioritaskan sehingga mengeliminasi peringkat kegagalan. 26,22,46 Tahap yang kedua yaitu identifikasi aktivitas persiapan/pergantian dengan melihat atau memisahkan antara aktivitas internal dan aktivitas eksternal. Aktivitas internal merupakan suatu kegiatan persiapan/pergantian yang dikerjakan pada saat mesin produksi dalam keadaan mati. Sedangkan untuk aktivitas eksternal merupakan persiapan/pergantian yang dikerjakan saat mesin produksi masih melakukan pengoprasian. Lalu dari pemisahan tersebut dilihat perubahan operasi persiapan/pergantian internal dan eksternal. Tahap ini dapat menganalisa secara terperinci dari setiap elemen-elemen oprasi. Beberapa penelitian untuk mencatat waktu dari aktiviras waktu persiapan/pergantian pada mesin dilakukan menggunakan pengukur waktu, alat perekam dan kamera.47 Salah satu hal penting dalam metode SMED yaitu mempercepat mengkonversi wantu aktivitas internal menjadi aktivitas eksternal diutamakan dan menghilangkan proses pemberhentian yang dilakukan oleh operator saat melakukan produksi sehingga perubahan tersebut dapat diimplementasikan dengan melihat perubahan sekitar 1 bulan. 48 Perhitungan waktu persiapan/pergantian yang telah diterapkan menggunakan metode SMED ini dapat dihitung dengan rumus:
Perhitungan aktivitas internal dihitung saat mesin dalam keadaan waktu henti, tetapi untuk aktivitas eksternal tidak dihitung waktu henti dikarenakan aktivitas eksternal ini merupakan suatu aktivitas mesin dalam keadaan beroprasi. Analisis masalah dan perbandingan perubahan akhir dan awal, maka dapat diperoleh kesimpulan dan saran yang digunakan sebagai rekomendasi untuk perubahan.49 Berdasarkan sumber literatur diatas dari data hasil perbaikan waktu persiapan/pergantian yang diperoleh sangat signifikan dengan rata-rata penurunan persentase sebesar 39,97 %. Mengatur aktivitas secara sistematis dalam pengaturan waktu dengan SMED membantu dalam meningkatkan aktivitas waktu persiapan/pergantian dan membantu dalam implementasi alur baru aktivitas waktu persiapan/pergantian. Aktivitas waktu persiapan/pergantian yang lebih sederhana dapat mengurangi terjadinya kecelakan dalam kerja. Jika analisis delapan pemborosan yang dibuat seminimal mungkin dapat mengurangi kesalahan di area kerja sehingga membuat proses produksi menjadi lebih optimal. Dalam hal perkembangan di masa depan, pembentukan satu atau lebih tim SMED adalah suatu keharusan untuk perbaikan dalam meningkatkan kualitas industri. 50 Peralatan persiapan/pergantian yang telah memenuhi standar memudahkan dalam pelacakan. 51 Ide utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan metode dan menggunakan solusi kreatif dan inovatif untuk perbaikan berkelanjutan. 52
Metode SMED digunakan untuk mengoptimalkan proses pergantian dan untuk menghilangkan dampak negatif dari perubahan program produksi yang sering terjadi seperti pengaturan dan penyesuaian mesin. Metode SMED ini merupakan metode yang cukup efisien dan efektif dalam mereduksi waktu persiapan/pergantian yang tidak seharusnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa literatur yang telah menggunakan metode SMED dalam implementasi proses produksi dimana perbandingan waktu sebelum perbaikan dan setelah perbaikan dengan metode SMED memiliki penurunan yang cukup signifikan sehingga hasil yang telah diperoleh ini dapat diperhatikan oleh industri-industri industri terutama industri farmasi dengan demikian metode tersebut dapat diterapkan dalam pelaksanaan proses produksi, dan industri dapat menghasilkan produk yang lebih efisien yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen.
Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 526-545https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i6.58645Artikel Review Astriani Abdullah*, Iyan SopyanProgram Studi Sarjana, Fakultas Farmasi,…
Majalah Farmasetika, 9 (Suppl 1) 2024, 83-96 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.58884 Artikel Penelitian Download PDF Erni Rustiani*, Dea…
Majalah Farmasetika, 9 (Suppl 1) 2024, 73-82 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.58996 Artikel Penelitian Download PDF Annisa Pangestika, Siwi…
Majalah Farmasetika, 9 (Suppl 1) 2024, 58-72 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.58847 Artikel Penelitian Download PDF Alfi Nurul Islamiyah*1,…
Majalah Farmasetika, 9 (Suppl 1) 2024, 44-57 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.58847 Artikel Penelitian Download PDF Lusi Agus Setiani*,…
Majalah Farmasetika, 9 (Supp 1) 2024, 35-43 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.59603 Artikel Penelitian Download PDF Susi Afrianti Rahayu*,…
This website uses cookies.