Majalah Farmasetika, 5 (4) 2020, 167-179 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i4.27238
Download PDF
Luluk Luqyana Zahrah Taqiudina Mahdiyah*, Ahmad Muhtadi, Aliya Nur Hasanah
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21 Jatinangor 45363
*Email : luluk16001@mail.unpad.ac.id
(Submit 8/5/2020, Revisi 6/6/2020, Diterima 3/8/2020)
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) adalah tanaman berbuah musiman yang banyak terdapat di Indonesia. Secara umum, daun tanaman ini mengandung saponin, alkaloid, fenol, tannin, flavonoid, steroid, diterpene dan glikosida. Senyawa metabolit sekunder yang umum ditemukan dalam tanaman ini adalah mangiferin (2-C-β-D-glucopyranosyl-1,3,6,7-tetrahydroxyxanthone), yang termasuk dalam golongan polifenol. Mangiferin memiliki beberapa aktivitas seperti antikanker, antiinflamasi, antidiabetes, dan antihiperlipidemia. Artikel ini membahas teknik isolasi mangiferin dan elusidasi strukturnya yang dilakukan dengan kombinasi spektrofotometri infra merah, Kromatografi Cair-Spektroskopi Massa (Liquid Chromatography-Mass Spectrometry/LC-MS), dan spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance/NMR) baik berupa 1H-NMR ataupun 13C-NMR. Metode yang digunakan adalah review pustaka dengan pustaka yang digunakan sebanyak 34 artikel yang berasal dari jurnal internasional. Hasil yang didapatkan yaitu isolasi mangiferin dari tanaman mangga dapat dilakukan dengan metode refluks, soxhletasi, partisi tiga fase atau dengan bantuan microwave. Dari hasil tersebut, ditemukan bahwa ekstraksi dengan bantuan microwave memberikan persentase mangiferin lebih tinggi dari metode lain. Tetapi, penggunaan skala besar masih jarang dilakukan karena kemampuan penetrasi microwave yang rendah sehingga ada kemungkinan pemanasan kurang merata.
Tanaman Mangga, Mangiferin, Isolasi, Elusidasi Struktur
Tanaman mangga berasal dari kingdom Plantae, divisi Tracheophyta, klas Magnoliopsida, ordo Sapindales dan famili Anacardiacea. Tanaman ini merupakan bagian dari genus Mangifera dan memiliki nama spesies Mangifera indica L.1.
Tanaman mangga berasal di Asia Selatan kemudian menyebar ke seluruh Asia Tenggara. Pohon mangga dapat mencapai tinggi hingga 10-40 m. Batangnya tegak dengan percabangan kuat dan dedaunan lebat yang membentuk tajuk. Batang pohon mangga tebal dan kasar serta membentuk sisik pada sisa-sisa tangkai daun2.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menentukan senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun tanaman mangga. Salah satunya adalah penelitian Jutivobbonsuk and Sardsaenjung (2010), pada penelitian tersebut diketahaui bahwa daun mangga mengandung flavonol, asam fenolat, ester fenolat, and mangiferin (C-glucoxanthones)3. Penelitian lain dari Laulloo et al (2018) menunjukkan bahwa daun ekstrak daun mangga mengandung saponin, alkaloid, fenol, tanin, flavonoid, glikosida, and diterpen4.
Ekstrak daun mangga sendiri telah diteliti memiliki efek farmakologis sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgesik, imunomodulator, hepatoprotektor antidiabetes, dan antihiperlipidemia5-6. Banyaknya aktivitas farmakologi dari ekstrak tersebut menyebabkan perlunya diketahui senyawa mana dalam ekstrak daun mangga yang memiliki aktivitas tersebut. Dengan diketahuinya senyawa tersebut, maka dapat ditentukan mekanisme aktivitasnya dalam tubuh dan dilanjutkan penelitiannya sampai menjadi sediaan obat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa salah satu senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun tanaman mangga adalah mangiferin. Mangiferin memiliki aktivitas sebagai antihiperlipidemia, neuroprotektif, pengobatan diabetes, antiinflamasi, dan antikanker7. Sampai saat ini belum ada artikel yang membahas berbagai teknik isolasi untuk memperoleh mangiferin dan bagaimana strukturnya ditentukan. Pada artikel review ini akan dibahas berbagai teknik isolasi mangiferin dan penentuan strukurnya yang dirangkum dari berbagai pustaka terkait mangga dan mangiferin.
Review artikel dilakukan dengan metode studi pustaka yang merupakan metode penulisan artikel ilmiah dengan mengumpulkan artikel ilmiah primer ataupun sekunder. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan artikel, jurnal atau buku menggunakan media internet dari situs seperti NCBI, Pubmed, dan Google Scholar.
Pencarian literatur dilakukan menggunakan beberapa kata kunci seperti “Mangiferin isolation from Mangifera indica leaves”, “Mangiferin structure elucidation” serta “Mangifer spectra”. Dari beberapa artikel yang diperoleh, dipilih 44 artikel yang sesuai dengan tema.
Penelitian mengenai penapisan fitokimia daun mangga telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Laulloo et al yang melakukan penapisan dari ekstrak etanol, ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol. Dari penapisan tersebut, diketahui bahwa kandungan glikosida lebih larut dalam pelarut heksana. Senyawa seperti saponin, alkaloid, fenol, tannin, dan flavonoid lebih larut dalam etil asetat, sedangkan steroid hanya larut di etanol dan metanol4.
Pembahasan
Penelitian mengenai penapisan fitokimia daun mangga telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Laulloo et al yang melakukan penapisan dari ekstrak etanol, ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol. Dari penapisan tersebut, diketahui bahwa kandungan glikosida lebih larut dalam pelarut heksana. Senyawa seperti saponin, alkaloid, fenol, tannin, dan flavonoid lebih larut dalam etil asetat, sedangkan steroid hanya larut di etanol dan metanol[4].
Tipe | Etanol | Heksana | Etil asetat | Metanol |
Saponin | + | – | + | + |
Alkaloid | + | – | + | + |
Fenols | + | – | + | + |
Tanin | + | – | + | + |
Flavonoid | + | – | + | + |
Steroid | + | – | – | + |
Diterpen | + | + | + | – |
Glikosida | + | + | – | – |
Pati | – | – | – | – |
Antosianin | – | – | – | – |
Kumarin | – | – | – | – |
Senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun mangga telah ditentukan jenisnya oleh banyak peneliti. Beberapa senyawa tersebut antara lain dari golongan senyawa fenolat adalah asam galat dan turunannya, asam elagik, dan protokatekuat. Dari golongan xanthone, yang paling banyak terkandung dalam tanaman mangga adalah mangiferin. Sedangkan dari golongan flavonoid adalah kuersetin, rhamnetin dan turunan dari kedua senyawa tersebut4, 8-18.
Mangiferin (1,3,6,7-tetrahidroxanthone-C-2-b-D-glukosida) adalah senyawa fitokimia aktif yang dilaporkan terdapat dalam berbagai tanaman angiosperma dan paku-pakuan. Salah satu tanaman yang merupakan sumber mangiferin adalah tanaman mangga (Mangifera indica L.). Mangiferin adalah xanthon c-glukosida alami dengan rumus molekul C19H18O11, berat molekul 422.35, dan titik leleh anhidrat pada 271°C 19.
Isolasi Mangiferin
Isolasi senyawa mangiferin dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dalam artikel ini akan dibahas empat metode isolasi mangiferin, yaitu metode soxhletasi, metode refluks, metode partisi tiga fase (PTF) dan ultrasonik, serta metode Microwave assissted extraction (MAE).
Metode Ekstraksi | Rendemen Mangiferin | Lama Proses | Sumber |
Soxhletasi | 1.2% | >1 hari | (Bhuvaneswari, 2013) |
Refluks | 0.803% | >1 hari | (Vo et al, 2017) |
Partisi tiga fase dan ultrasonik | 49.2% | 25 menit | (Kulkarni & Rathod, 2014) |
Microwave assisted extraction | 64% | 5 menit | (Salomon et al, 2014) |
Metode Soxhletasi
Pada metode soxhletasi, bahan simplisia yang telah halus diletakkan pada suatu kantong ekstraksi dalam alat gelas yang bekerja kontinu dengan pelarut yang terus menerus dibalikkan oleh pendingin balik yang kemudian menetes melalui simplisia dan dikumpulkan dalam labu yang berada di bawahnya20.
Penelitian yang dilakukan oleh Bhuvaneswari (2013) diawali dengan menghilangkan lemak dari 100 gr simplisia daun mangga kering yang telah dihaluskan. Penghilangan lemak dilakukan menggunakan petroleum eter pada suhu 60-80°C. Setelah lemak dihilangkan, kemudian simplisia disoxhletasi menggunakan etanol selama 21 jam dan dikentalkan dengan tekanan rendah untuk mendapatkan bentuk semisolid. Zat yang didapatkan kemudian diresuspensi menggunakan 50 mL etanol 50% dan dipartisi dengan 100 mL diklorometana sebanyak 4 kali. Fase etanol dihidrolisis dengan asam sulfat 2N pada pH 3 selama 1 jam menggunakan metode refluks. Kemudian, setelah didinginkan hingga mencapai suhu ruangan, campuran dipartisi dengan 100 mL etil asetat sebanyak tiga kali. Lapisan etil asetat diambil dan dikeringkan menggunakan vacuum rotary evaporator12.
Fraksi etil asetat yang telah kering dilarutkan dalam etanol dan dibiarkan dalam kulkas selama satu malam. Endapan yang terbentuk diambil dan diisolasi menggunakan filtrasi. Untuk kristalisasi, endapan dilarutkan menggunakan larutan etanol 70% dan didiamkan di kulkas (4-8°C) selama satu malam. Kristal mangiferin yang berwarna kuning pucat dan berbentuk jarum lalu diisolasi dan dikeringkan. Hasil dari penelitian Bhuvaneswari (2013) ini didapatkan kristal mangiferin sebanyak 1,2 gr dari 100 gr simplisia12.
Metode refluks
Ekstraksi dengan metode refluks merupakan proses ekstraksi padat-cair pada suhu konstan dengan penguapan dan kondensasi pelarut berulang. Proses ini dilakukan dalam rentang waktu tertentu dan tanpa kehilangan pelarut 21.
Pada umumnya, ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut organik seperti metanol, aseton, etanol, atau campurannya. Tetapi, penggunaan pelarut tersebut harus hati-hati karena mudah terbakar dan toksik. Selain dengan pelarut organik, mangiferin dapat diekstraksi menggunakan air karena mangiferin merupakan xanthone terglikosilasi yang mudah larut dalam air panas. Meskipun begitu, ekstraksi simplisia daun mangga dengan air panas dapat menghasilkan 1,19% – 2,23% mangiferin sebagai produk tidak murni, tergantung kualitas simplisia [22].
Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kadar mangiferin yang terekstrasi dengan metode refluks yaitu menggunakan kosolven. Penelitian yang dilakukan oleh Vo et al (2017) mencampurkan air dengan propan-2-ol. Rasio yang digunakan yaitu propan-2-ol:air 20:80; 40:60; 60:40; dan 80:20. Dari rasio-rasio tersebut, didapatkan bahwa rasio dengan hasil paling baik adalah propan-2-ol:air 60:40 dengan kadar mangiferin yang didapatkan sebanyak 0.803% dari 100 gr simplisia kering dengan kemurnian mangiferin sebesar 98.2% 22.
Isolasi mangiferin yang dilakukan oleh Vo et al diawali dengan melakukan refluks daun mangga yang telah dihaluskan menggunakan 800 mL pelarut dari campuran propan-2-ol dan air (60:40) selama 1 jam. Ekstrak kemudian dikentalkan dan dibersihkan dengan 200 mL n-heksana sebanyak 3 kali. Sisanya kemudian ditambahkan dengan 1M H2SO4 hingga pH 2 dan direfluks selama 1 jam. Larutan yang terbentuk lalu dikentalkan hingga 40 mL dan ditambahkan 40 mL dioksan dan 0,5 gr karbon aktif. Campuran yang dihasilkan lalu dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dan didiamkan selama 24 jam pada suhu 4°C. Endapan yang terbentuk dikumpulkan dengan filtrasi, dicuci dengan 30 mL etanol dingin sebanyak tiga kali dan dikeringkan selama 3 jam pada suhu 100°C. Dari prosedur ini, didapatkan 1.46 gr mangiferin teknis dengan tingkat kemurnian 88.6%22.
Mangiferin teknis yang didapat lalu direkristalisasi dengan 75 mL campuran propan-2-ol dan air (50:50 v/v). Campuran dididihkan sambil diaduk selama 5 menit. Larutan kemudian disaring, didinginkan, dan disimpan selama 24 jam pada suhu 4°C. Endapan yang terbentuk dikumpulkan dengan filtrasi dan dicuci dengan 30 mL etanol dingin sebanyak 3 kali lalu dikeringkan selama 3 jam pada suhu 100°C sehingga didapatkan mangiferin yang telah dimurnikan sebanyak 1.1 gr dengan tingkat kemurnian 98.2%22.
Metode partisi tiga fase (PTF) dan ultrasonik
Metode partisi tiga fase melibatkan penambahan garam (amonium sulfat) ke dalam suspensi aqueous ekstrak mentah, kemudian diikuti dengan penambahan t-butanol. Campuran kemudian didistribusikan ke dalam dua fase cair yang tak tercampurkan misalkan air dan pelarut organik seperti t-butanol. Kedua lapisan ini nantinya akan terpisahkan oleh lapisan ketiga yang disebabkan oleh pengendapan protein karena garam23.
Dalam PTF, pada umumnya lemak, enzim dan pigmen terakumulasi dalam fase t-butanol di atas sedangkan molekul polar akan terkonsentrasi di fase air di bawah. Untuk mangiferin, ketika ditambahkan garam pada fase air, terjadi reaksi dehidrasi yang menyebabkan mangiferin terdorong ke fase t-butanol. T-butanol sendiri digunakan karena tidak mudah terbakar dibandingkan dengan heksan, aseton, metanol dan etanol yang biasanya digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi konvensional24.
Penelitian Kulkarni et al (2014) menggunakan pembanding ekstraksi soxhlet. Untuk PTF dilakukan optimasi untuk jenis garam yang digunakan, yaitu amonium sulfat, magnesium sulfat dan natrium sulfat. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa amonium sulfat memberikan hasil maksimum untuk mendorong mangiferin ke dalam fase organik. Hal ini disebabkan karena efek dehidratif ion sulfat menyebabkan perubahan kelarutan mangiferin sehingga tidak mudah larut dalam fase air dan mendorong mangiferin ke dalam fase organik. Optimasi juga dilakukan dengan waktu dan frekuensi sonikasi. Waktu divariasi antara 0-40 menit, sedangkan frekuensi yang diuji pada 25 kHz dan 40 kHz. Dari hasil optimasi tersebut, didapatkan bahwa hasil maksimum diperoleh pada waktu sonikasi 25 menit dan frekuensi 25 kHz.
Penelitian dilanjutkan menggunakan hasil optimasi tersebut. Didapatkan bahwa menggunakan metode soxhlet, didapatkan mangiferin sebanyak 57 mg/gr dalam 5 jam sedangkan metode FTP menghasilkan 72% (sekitar 41 mg/gr) dari hasil ekstraksi soxhlet dalam waktu 25 menit. Sehingga metode PTF dapat disebut sebagai metode yang cepat, murah dan menjanjikan untuk mempersingkat proses23. Metode ini seringkali digunakan untuk memisahkan protein atau makromolekul dari ekstrak.
Metode Microwave assisted extraction (MAE)
Gelombang mikro (microwave) memanaskan molekul melalui dua mekanisme, konduksi ionik dan rotasi dipol25. Target pemanasan dalam simplisia tanaman adalah sisa-sisa cairan yang terdapat dalam sel tanaman. Pemanasan cairan yang disebabkan oleh efek gelombang mikro menyebabkan evaporasi dan menghasilkan tekanan besar pada dinding sel. Dinding sel terdorong ke luar karena tekanan dan akhirnya pecah. Hal ini menyebabkan pengeluaran konstituen aktif dari sel yang pecah sehingga menghasilkan peningkatan kadar fitokonstituen yang didapatkan26. Beberapa faktor dapat mempengaruhi MAE seperti jenis dan volume pelarut, kekuatan mikrowave, lama ekstraksi, suhu, dan sifat matriks 27-28.
Penelitian yang dilakukan oleh Salomon et al (2014) mengekstrasi mangiferin menggunakan MAE. Dalam penelitian tersebut, digunakan kontrol menggunakan ekstraksi refluks dan dibandingkan dengan hasil MAE. Variabel yang digunakan untuk MAE yaitu daya microwave 900 W, waktu ekstraksi 5 menit, dan rasio pelarut terhadap simplisia 10:1. Dari variabel ini, didapatkan hasil dari MAE sebanyak 63,22%. Hasil yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan metode refluks, yaitu mendekati nilai 64%. Tetapi bila dibandingkan dengan metode refluks, MAE lebih efisien karena konsumsi pelarut lebih rendah dan lama ekstraksi yang lebih sebentar13. Metode MAE merupakan metode yang sering digunakan di laboratorium, namun untuk penggunaan skala besar masih terdapat beberapa masalah seperti sulitnya mencapai pemanasan yang merata karena gelombang micro memiliki kekuatan penetrasi rendah. Permasalahan lain yang timbul yaitu tidak semua peralatan pencampuran dapat digunakan dalam lingkungan microwave, karena bahan-bahan tertentu seperti metal dapat memantulkan gelombang mikro[34].
Elusidasi Struktur
IR Spektrometri
Pengujian FTIR mangiferin yang dilakukan oleh Khurana et al (2017) menunjukkan mangiferin memiliki gugus fungsi pada puncak 3399 cm-1 (O-Hstr), 2932,8 cm-1 (C-Hstr alifatik), 1636,75 cm-1 (C=Ostr), 1497,10 cm-1 (CH-CHstr) dan 1253,42 cm-1 (C-Ostr). Terdapat puncak khas pada 1023,22 cm-1 yang menunjukkan adanya peregangan C-C pada struktur mangiferin29.
Kromatogram LC-MS
Kombinasi antara kromatografi cair dan spektrofotometri massa sangat membantu dalam identifikasi suatu senyawa. Kolom KCKT dapat memisahkan hampir seluruh senyawa yang terdapat dalam campuran dan spektrometer massa dapat mengionisasi tiap puncak yang terpisah dalam kolom KCKT dan menyediakan berat molekul dari tiap puncak senyawa. Secara umum, sistem KC-SM terdiri dari sistem pompa KCKT, injektor, dan kolom yang kemudian dipasangkan dengan spektrometer massa30.
Mangiferin, dalam mode ionisasi elektrospray negatif umumnya membentuk ion molekul terdeprotonasi (M-H)– pada m/z 421,1 dalam spektrum massa pemindaian penuh. Setelah optimasi tegangan pemecah dan energi tabrakan, ion hasil yang dominan dari mangiferin adalah m/z 301,131.
Dalam mode ion positif, mangiferin menghasilkan ion terprotonasi pada m/z [M+H]+ dan tambahan sodium pada m/z [M+Na]+. Tetapi, pembagian sinyal antara Natrium dan ion terprotonasi mengganggu sensitivitas. Suryawanshi et al (2007) menyelidiki kemungkinan adanya pembentukan protonasi kuat atau tambahan amonium, sehingga digunakan dapat amonium asetat dengan kombinasi asetonitril32.
Mangiferin, dalam penelitian menggunakan LC/ESI-MS positif menunjukkan kecenderungan tinggi untuk membentuk adduct natrium dalam asetonitril:air. Adduct natrium [M+Na]+ merupakan puncak utama yang diharapkan dalam spektra glikosida senyawa fenol. Penelitian Suryawanshi et al (2007) dilanjutkan dengan kondisi MS yang optimal dan dilakukan Multiple Reaction Monitoring (MRM). Fragmentasi senyawa dilakukan menggunakan Collisionally Activated Dissociation (CAD) untuk menginduksi fragmentasi ion. Dari gambar 5 spektrum ion positif Mangiferin, ion pada m/z 423 menunjukkan fragmentasi ion pada m/z 405 dan 387 yang menggambarkan hilangnya dua unit air [M+H-18]+ dan [M+H-36]+ yang kemudian diikuti dengan hilangnya gugus formaldehid [-HCHO] sehingga menghasilkan pecahan ion pada m/z 357. Spektra menunjukkan pecahan ion pada m/z 303 sesuai dengan hilangnya 120 unit massa karena pemecahan pada unit C-glikosida32.
1H NMR dan 13C NMR
Pengujian 1H NMR mangiferin yang dilakukan oleh Sellamuthu et al menunjukkan adanya multiplet yang muncul pada 3.15-3.23 ppm. Puncak ini muncul kaerna adanya 3 proton mangiferin pada posisi (H-3’), (H-4’), dan (H-5’). Multiplet lainnya muncul pada 3.8 ppm yang disebabkan oleh dua proton (H-6’). Doublet ganda pada 4.05 ppm disebabkan oleh satu proton (H-2’). Doublet yang muncul pada 4.59 ppm disebabkan oleh proton (H-1’). Singlet yang muncul pada 6.37, 6.86, dan 7.37 ppm masing-masing disebabkan oleh proton (H-4), (H-5) dan (H-8)[33].
Spektrum 13C NMR dari mangiferin menunjukkan adanya puncak pada 61.4 ppm yang disebabkan oleh atom karbon (C-6’). Selain itu, puncak lain yang muncul yaitu pada 70.2 dan 70.5 ppm disebabkan oleh atom karbon (C-3’, 4’), puncak pada 73.0 ppm disebabkan oleh karbon (C-5’), pada 81.4 ppm diakibatkan oleh karbon (C-1’). Selain itu puncak pada 73.2 ppm disebabkan oleh atom (C-4), 101.2 ppm (C-1a), 102.5 ppm karena atom (C-5), 107.5 ppm karena atom (C-2), 107.9 ppm karena atom karbon (C-8), 111.6 ppm (C-8a), 143.7 ppm (C-7), 150.7 (C-5a), 154.1 ppm disebabkan oleh karbon (C-6), puncak pada 156.2 ppm disebabkan oleh atom (C-4a), pada 161.7 ppm disebabkan karbon (C-1), puncak pada 163.8 ppm disebabkan karbon (C-3), dan puncak pada 179.0 ppm disebabkan oleh karbon (C-0)33.
Isolasi mangiferin dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di antaranya adalah metode refluks, soxhletasi, partisi tiga fase dan ultrasonik, dan dengan bantuan microwave.
Diantara ke empat cara tersebut, ekstraksi dengan bantuan microwave menghasilkan kadar mangiferin tertinggi. Tetapi, penggunaan untuk skala besar masih sulit dilakukan karena gelombang mikro memiliki kemampuan pentrasi sampel yang rendah sehingga pemanasan yang merata sulit dicapai. Permasalahan lain yang timbul yaitu tidak semua peralatan pencampuran dapat digunakan dalam lingkungan microwave, karena bahan-bahan tertentu seperti logam dapat memantulkan gelombang mikro. Elusidasi struktur mangiferin dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen seperti spektrofotometri IR, LC-MS, 1H-NMR dan 13C-NMR.
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 518-525 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50295 Artikel Penelitian Nabilah Arrohmah1, Qurrotul Lailiyah2, Yully Anugrahayu…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 506-517 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50293 Artikel Penelitian Vira Herawati*1, Evi Nurul Hidayati2, Sardjiman…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 489-505 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57607 Artikel Penelitian Mahirah Mardiyah, Lubna Khairunisa, Vina Oktaviany…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 472-488 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.56360 Artikel Review Ira Dwi Fatma1, Yuni Kartika1, Raden…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 458-471 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57440 Artikel Penelitian Sisilia Luhung * , Muh. Taufiqurrahman,…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 443-457 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57191 Artikel Penelitian Melia Sari*1, Ahmad Faisal Nasution2, Dina…
This website uses cookies.