Majalah Farmasetika, 7 (4) 2022, 314-324 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v7i4.38841
Artikel Penelitian
Download PDF
Agitya Resti Erwiyani*1, Rosa Puspita Rizky Wulandini1, Tri Dewi Zakinah1, Istianatus Sunnah1
1Prodi Farmasi, Fakultas Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo, Indonesia
*Email: agityaresti@gmail.com
(Submit 29/04/2022, Revisi 03/05/2022, Diterima 18/05/2022, Terbit 29/05/2022)
Labu kuning (Cucurbita maxima D.) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sehingga mulai banyak dikembangkan dalam olahan makanan dan kosmetik. Daging labu kuning memiliki kandungan flavonoid, polifenol, saponin, protein, karbohidrat, α-tokoferol, β-carotene yang bermanfaat bagi kesehatan dan memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula bedak tabur yang mengandung ekstrak daging labu kuning. Ekstrak labu kuning diformulasi dalam sediaan bedak tabur dengan konsentrasi 3%, 5%, dan 7%. Evaluasi sediaan dilakukan dengan mengamati perubahan pada parameter organoleptis, homogenitas, derajat serbuk, pH dan kandungan lembab. Uji stabilitas dilakukan dengan mengamati parameter bedak tabur pada penyimpanan suhu kamar (28±2°C) selama 14 hari dan cycling test selama 6 siklus. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daging labu kuning mengandung flavonoid total sebesar 8,8 mg/g Quercetin Equivalent (QE). Formula basis, bedak tabur F1, F2, dan F3 memiliki warna putih hingga putih kekuningan, homogen, derajat serbuk halus dan memiliki pH 6. Pada penyimpanan suhu kamar (28±2°C) selama 14 hari dan cycling test selama 6 siklus tidak menunjukkan adanya perubahan organoleptis, homogenitas, derajat halus dan pH. Kandungan lembab mengalami peningkatan tetapi masih memenuhi persyaratan kandungan lembab sediaan bedak. Kesimpulan bedak tabur ekstrak daging labu kuning memenuhi persyaratan sifat fisik pada semua parameter uji.
Labu kuning, formulasi, bedak tabur, sifat fisik, cycling test
Labu kuning (Cucurbita maxima D.) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sehingga mulai banyak dikembangkan dalam olahan makanan dan kosmetik (1). Daging labu kuning memiliki kandungan flavonoid, polifenol, saponin, protein, karbohidrat, α-tokoferol, β-carotene yang bermanfaat bagi kesehatan (2). Kandungan β-carotene, vitamin C, fitosterol, zeaxanthin, selenium, dan asam linoleat yang terkandung dalam daging labu kuning berperan terhadap aktivitas antioksidan pada tubuh manusia.
Karotenoid yang cukup tinggi dapat berperan sebagai antioksidan biologis, melindungi sel dan jaringan dari paparan radikal bebas dan singlet oksigen (3). Karotenoid dapat mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari, agen antiinflamasi, memperlambat proses penuaan kulit serta mencegah pertumbuhan tumor. Kandungan vitamin C dalam labu kuning juga mendukung aktivitas karotenoid melalui mekanisme perlindungan sel dari kerusakan oksidatif (4). Kandungan vitamin C dan vitamin E banyak dikembangkan dalam sediaan kosmetik.
Menurut penelitian sebelumnya labu kuning memiliki aktivitas antiinflamasi pada tikus yang mengalami edema yang diinduksi karagenan (5). Kandungan labu kuning dapat menghambat mediator inflamasi, seperti sitokin dan histamin, paparan pada kondisi inflamasi kronis dapat menurunkan produksi COX-2 serta menurunkan pelepasan mediator prostaglandin. Labu kuning juga dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus substilis, Pseudonomas aeruginosa, Aspergullus niger, dan Candida albicans (2).
Pemanfaatan labu kuning dalam sebagai tipe kosmetik menunjukkan aktivitas tabir surya sedang pada konsentrasi ekstrak 5%. Kandungan polifenol mampur menghambat paparan sinar matahari melalui mekanisme pada ikatan rangkap terkonjugasi (6). Banyaknya manfaat dari labu kuning perlu dilakukan inovasi untuk meningkatkan pemanfaatannya. Salah satu inovasi yang dilakukan melalui pembuatan sediaan bedak tabur.
Bedak tabur merupakan bedak yang halus, lembut, homogen yang dapat menyembunyikan kekurangan pada wajah serta melembutkan kulit wajah (7,8). Bedak tabur dapat menyerap minyak dan keringat pada wajah sehingga dapat menutupi pori wajah dengan sempurna (9). Ekstrak labu kuning dibuat formulasi dalam bentuk sediaan bedak tabur untuk meningkatkan pemanfaatan di bidang kosmetik. Bedak tabur labu kuning dilakukan karakteristik fisik dan dilakukan evaluasi sediaan pada penyimpanan suhu kamar.
Alat
Alat yang digunakan, antara lain neraca analitik (Ohauss tipe PAJ1003), ayakan stainless steel No. 40, 60, dan 100, rotary evaporator (Biobase tipe RE100-Pro), kaca objek, mortar stamper, thermostatic waterbath DHH-8, blender (Philips), wadah bedak tabur, dan alat – alat gelas laboratorium (Iwaki).
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain labu kuning yang diperoleh dari Desa Getasan Kabupaten Semarang, zinc stearat (MKR Chemicals), zinc oksida (MKR Chemicals), talkum (MKR Chemicals), kalsium karbonat (MKR Chemicals), etanol 96% (Bratachem), silika gel GF 254 (Merck), asam asetat (MKR Chemicals), ammonia (Bratachem), butanol (Bratachem), aquades (Bratachem), kalium dikromat (Bratachem), pH indikator universal (Merck).
Prosedur Rinci
1. Ekstraksi Daging Buah Labu Kuning
Daging labu kuning diambil bagian daging buah dan dipisahkan dengan bagian kulit
dan biji. Daging labu kuning dikeringkan dengan cara dianginkan dan ditutup kain
hitam hingga diperoleh simplisia kering. Simplisia kering dihaluskan menggunakan
blender hingga didapatkan serbuk daging labu kuning. Ekstraksi daging labu kuning
dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Serbuk
daging labu kuning dilakukan maserasi dengan perbandingan serbuk dan pelarut
sebesar 1 : 10. Maserasi dilakukan selama 3 hari sambil sesekali dilakukan
pengadukan. Remaserasi dilakukan selama 2 hari. Maserat dikumpulkan dan
dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 70oC hingga diperoleh
ekstrak kental (6). Ekstrak yang dibuat dilakukan perhitungan rendemen dan
pengukuran kadar air menggunakan moisture balance.
2. Penetapan Kadar Flavonoid
Ditimbang sebanyak 100,0 g ekstrak daging labu kuning lalu dilarutkan dalam etanol
96% sebanyak 100,0 mL. Larutan ekstrak tersebut diambil sebanyak 1 mL,
ditambahkan 1 mL larutan AlCl3 10%, dan 8 mL asam asetat 5%. Sampel
didiamkan sesuai waktu operating time dan dilakukan pembacaan absorbansi
sampel pada panjang gelombang maksimal adalah 510 nm (10,11).
3. Formula Bedak
Pembuatan bedak tabur ekstrak daging labu kuning dilakukan dengan mengayak
semua bahan–bahan padat terlebih dahulu menggunakan ayakan No. 100 mesh.
Zink stearat, zink oksida, kalsium karbonat dan talkum yang telah lolos ayakan
memiliki derajat serbuk yang halus. Talkum yang telah lolos ayakan dilakukan
sterilisasi panas kering menggunakan oven pada suhu 150°C selama 1 jam. Ekstrak
daging labu kuning ditambahkan talk dan digerus hingga berbentuk padat
selanjutnya dilakukan pengayakan secara bertahap berturut–turut menggunakan
ayakan 40, 60, dan 100. Ekstrak yang digunakan, yaitu ekstrak yang lolos pada
ayakan No. 100 mesh. Semua bahan dilakukan pencampuran hingga homogen
(7,9)..
4. Evaluasi sifat fisik bedak
a. Pemeriksaan organoleptis
Bedak ekstrak daging labu kuning dilakukan pengamatan organoleptis selama 14 hari dengan parameter bentuk, warna, bau serta tidak terjadinya caking (7,9).
b. Pemeriksaan homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan melihat homogenitas warna ekstrak dan basis bedak. Bedak dikatakan homogen apabila keseragaman warna bedak merata pada pengamatan secara visual (9).
5. Uji derajat halus serbuk
Pengujian dilakukan dengan mengayak bedak tabur menggunakan ayakan No.100
disertai penggoyangan ayakan secara horisontal. Penggoyangan bedak tabur
disertai dengan pengetukan secara vertikal sampai semua bedak terayak sempurna
dengan waktu maksimal pengayakan 30 menit (12).
7. Uji pH
Sebanyak 1,0 gram bedak tabur ditambah akuades hingga volume 10 mL, dilakukan
pengadukan dan dimasukkan pH indikator universal untuk mengukur pH (12).
8. Uji kandungan lembab
Uji kandungan lembab bedak tabur dilakukan menggunakan moisture balance.
Sebanyak 2,0 gram bedak tabur ditimbang dan diletakkan pada wadah alumunium
foil secara merata pada semua bagian permukaan alat. Suhu pemanasan dilakukan
pada suhu 105 °C sampai massa konstan. Nilai kadar akan terbaca sebagai kadar
air dalam sediaan bedak tabur (13).
9. Uji stabilitas cycling test
Uji stabilitas dilakukan dengan menyimpan bedak tabur selama 24 jam pada suhu
4°C dan 40°C. Pengujian dilakukan selama 6 siklus atau 12 hari. Pada setiap siklus
diamati stabilitas bedak tabur meliputi parameter organoleptis, homogenitas, derajat
halus serbuk dan pH (14,15).
10. Analisa Data
Data hasil penelitian dilakukan analisa data menggunakan SPSS. Analisa data
dilakukan menggunakan analisis statistik One Way Anova.
Hasil Ekstraksi
Hasil ekstraksi daging labu kuning menggunakan metode maserasi diperoleh bobot ekstrak 1,16 Kg. Ekstrak daging buah labu kuning dilakukan perhitungan rendemen untuk melihat persentase berat yang tersisa dari proses ekstraksi. Ekstrak daging labu kuning dengan ekstraksi etanol 96% menggunakan metode maserasi selama 5 hari menghasilkan rendemen sebesar 48,27%. Ekstrak daging labu kuning memiliki kadar air sebesar 0,74%.
Tabel 2. Rendemen Ekstrak Daging Buah Labu Kuning
Hasil Penetapan Kadar Flavonoid
Ekstrak daging labu kuning dilakukan pengukuran flavonoid total menggunakan pembanding kuersetin dengan persamaan regresi linier y = 0,001x + 0,002 dan linieritas (r2) sebesar 0,998 sehingga diperoleh kadar 8800 µg/g Quercetin Equivalent (QE) atau 8,8 mg/g (QE).
Pembuatan Bedak Tabur Ekstrak Labu Kuning
Hasil formulasi bedak ekstrak labu kuning dilakukan pengamatan karakteristik fisik bedak berupa organoleptis, homogenitas, uji derajat halus, pH dan kandungan lembab pada penyimpanan selama 14 hari pada suhu kamar (28±2 °C) yang hasilnya tersaji pada tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Fisik Bedak Labu Kuning pada Suhu Kamar
Uji stabilitas bedak tabur labu kuning dilakukan menggunakan cycling test selama 6 siklus. Parameter yang diamati adalah perubahan organoleptis, homogenitas, uji derajat halus, pH dan kandungan lembab. Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak adanya perubahan pada organoleptis, homogenitas, derajat halus bedak dan nilai pH. Nilai persen kelembaban meningkat pada uji cycling test namun masih memenuhi persyaratan kelembaban sediaan bedak terlihat pada gambar 3 (7,13).
Tabel 4. Hasil Pengujian Stabilitas dengan Cycling Test
Ekstrak daging labu kuning dilakukan ekstraksi menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut etanol 96% mampu menghasilkan rendemen yang tinggi sebesar 48,27%, hal ini menandakan pelarut etanol 96% mampu mengekstraksi kandungan metabolit sekunder labu kuning secara maksimal. Metode maserasi dipilih untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi pada pemanasan (16). Daging labu kuning mengandung flavonoid yang bersifat polar yang dapat diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% yang memiliki polaritas yang tinggi serta mampu menarik metabolit sekunder yag bersifat non polar hingga polar (11,17). Ekstrak berwarna coklat dan berbau manis. Menurut (6), warna ekstrak dipengarui oleh kondisi pengeringan simplisia (1). Kadar air ekstrak daging labu kuning memiliki kadar 0,74% sehingga memenuhi persyaratan kadar air ekstrak. Menurut (18), kandungan ekstrak sebagai obat tradisional tidak boleh mengandung kadar air lebih dari 10%. Kadar air yang rendah akan meningkatkan ketahanan ekstrak ketika disimpan (19).
Pengujian kandungan flavonoid total ekstrak daging buah labu kuning menunjukkan kadar sebesar 8800 µg/mg QE atau 8,80 mg/g QE. Hasil penelitian (17) ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% menunjukkan kadar flavonoid total lebih tinggi dibandingkan pelarut etanol 70% dengan kadar flavonoid total sebesar 0,00288 mg/g QE. Kandungan flavonoid daging labu kuning dipengaruhi oleh jenis pelarut serta metode ekstraksi yang digunakan. Kandungan flavonoid akan lebih tinggi pada metode ekstraksi sokletasi menggunakan pelarut metanol dengan (20). Namun penggunaan pelarut metanol memiliki toksisitas lebih tinggi dibandingkan etanol (21). Etanol lebih tidak toksik, lebih mudah menguap dibandingkan air serta ekstrak yang dihasilkan tidak mudah ditumbuhi mikroba (17).
Bedak tabur labu kuning memiliki bentuk sediaan serbuk halus yang warna bedak dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak dalam sediaan. Bedak tabur formula basis merupakan basis bedak yang tidak ditambahkan ekstrak menghasilkan bedak tabur dengan warna putih, F1 (warna putih kecoklatan), F2 (warna putih kecoklatan) dan F3 (warna putih kecoklatan) mengandung ekstrak berturut – turut dengan konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Bedak tabur F3 mengandung ekstrak sebanyak 7% memiliki warna coklat lebih kuat dibandingkan ekstrak dengan konsentrasi 3% dan 5%. Warna coklat disebabkan karena ekstrak daging labu kuning berwarna coklat sehingga semakin besar ekstrak yang ditambahkan intensitas warna semakin besar. Pada penyimpanan suhu kamar selama 14 hari tidak menunjukkan adanya perubahan organoleptis pada semua formula bedak.
Semua formula baik basis, F1, F2, dan F3 memenuhi persyaratan homogen. Bedak memiliki tekstur halus, tidak menggumpal dan warnanya terdistribusi merata pada semua bagian. Homogenitas merupakan parameter yang penting dalam sediaan kosmetik dimana menunjukkan ketercampuran ekstrak dengan basis bedak (12). Penyimpanan selama 14 hari tidak menunjukkan adanya perubahan homogenitas dimana bedak tabur semua formula menunjukkan warna yang merata pada semua bagian. Bedak tabur semua formula menunjukkan hasil memenuhi persyaratan organoleptis karena tidak terjadi perubahan warna, bentuk, sediaan homogen serta tidak adanya partikel kasar dan tajam (9).
Uji derajat serbuk merupakan parameter sifat fisik bedak yang dilakukan dengan mengayak semua formula dengan ayakan bertingkat yang dilakukan penggoyakan secara konstan. Uji derajat halus digunakan untuk mengetahui kehalusan serbuk dimana semakin kecil ukuran serbuk maka semakin halus bedak digunakan (7). Pengamatan dilakukan dengan menghitung bedak yang tertinggal pada ayakan No. 100 mesh, terlihat semua formula memiliki serbuk yang halus dan tidak ada yang tertinggal pada ayakan No 100 sehingga menunjukkan serbuk yang halus. Serbuk halus menujukkan kenyamanan saat digunakan, tidak menyebabkan iritasi pada kulit ketika digunakan serta dapat menutupi pori wajah dengan sempurna (9,22). Penyimpanan selama 14 hari menunjukkan tidak ada perbedaan derajat serbuk pada semua formula bedak.
Uji pH dilakukan untuk melihat pH bedak tabur labu kuning. Bedak tabur harus memiliki pH sesuai dengan pH kulit agar memberi kenyamanan bagi pengguna. Kulit memiliki pH berkisar antara 4 – 6 yang memiliki sifat cenderung asam (23). Nilai pH sediaan bedak wajah yang baik memiliki nilai pH berkisar antara 5,5 – 8 (13). Semua formula memiliki pH sebesar 6 sehingga memenuhi persyaratan pH. Sediaan kosmetik yang tidak sesuai persyaratan akan menyebabkan gangguan pada fungsi dan integritas kulit. Nilai pH kulit yang cenderung asam secara fisiologis berfungsi sebagai pelindung kulit dari paparan mikroorganisme patogen (23). Penyimpanan selama 14 hari tidak menyebabkan perubahan pH bedak tabur pada semua formula.
Uji kandungan lembab bedak tabur labu kuning untuk mengetahui kandungan lembab dalam bedak. Kandungan lembab semua formula memenuhi persyaratan karena memiliki kandungan lembab < 2% (13). Konsentrasi ekstrak mempengaruhi perbedaan kandungan lembab bedak tabur semua formula dengan signifikansi p-value < 0,05 berdasarkan analisis statistik Anova. Semakin besar konsentrasi ekstrak menunjukkan kandungan lembab semakin tinggi namun masih memenuhi nilai yang dipersyaratkan. Peningkatan kandungan lembab dipengaruhi oleh kandungan metabolit sekunder ekstrak diantaranya flavonoid yang dapat menarik lembab sehingga berfungsi sebagai pelembab kulit. Flavonoid mampu menjaga kandungan air sehingga berperan penting dalam kelembaban kulit (24). Pada penyimpanan selama 14 hari menunjukkan adanya peningkatan kandungan lembab. Faktor lain yang mempengaruhi kelembaban bedak tabur adalah kandungan zinc oksida yang dapat menyerap lembab dari lingkungan. Zinc oxida dapat meningkatkan kelembaban lingkungan berkisar antara 10 – 90% pada suhu kamar (25).
Uji stabilitas cycling test dilakukan untuk melihat stabilitas bedak tabur yang diberikan perlakuan cycling test selama 6 siklus pada semua formula. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan organoleptis, homogenitas, derajat serbuk dan pH pada semua formula sehingga menunjukkan secara fisik bedak tabur memiliki stabilitas yang baik. Berdasarkan analisis statistic paired t-test semua formula menujukkan adanya perbedaan pada kandungan lembab secara signifikan dengan p-value < 0,05. Peningkatan kandungan lembab masih memenuhi persyaratan sediaan bedak karena memiliki kandungan lembab < 2%. Kandungan lembab pada penyimpanan suhu kamar dan cycling test menunjukkan adanya peningkatan kandungan lembab hal ini dipengaruhi oleh kandungan ekstrak dan bahan penyusun formula bedak diantaranya zinc oxida.
Ekstrak daging labu kuning yang diformulasi pada sediaan bedak tabur mempengaruhi warna bedak yang intensitas warna meningkat dengan peningkatan konsentrasi. Bedak tabur labu kuning memenuhi evaluasi sifat fisik pada penyimpanan selama 14 hari suhu kamar dan uji cycling test. Kandungan lembab semua formula mengalami perubahan pada semua uji stabilitas tetapi masih memenuhi persyaratan kelembaban sediaan bedak.
Cara mengutip artikel ini
Majalah Farmasetika, 9 (Suppl 1) 2024, 83-96 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.58884 Artikel Penelitian Download PDF Erni Rustiani*, Dea…
Majalah Farmasetika, 9 (Suppl 1) 2024, 73-82 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.58996 Artikel Penelitian Download PDF Annisa Pangestika, Siwi…
Majalah Farmasetika, 9 (Suppl 1) 2024, 58-72 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.58847 Artikel Penelitian Download PDF Alfi Nurul Islamiyah*1,…
Majalah Farmasetika, 9 (Suppl 1) 2024, 44-57 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.58847 Artikel Penelitian Download PDF Lusi Agus Setiani*,…
Majalah Farmasetika, 9 (Supp 1) 2024, 35-43 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.59603 Artikel Penelitian Download PDF Susi Afrianti Rahayu*,…
Majalah Farmasetika, 9 (Supp 1) 2024, 27-34 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.59603 Artikel Penelitian Download PDF Tovani Sri*, Qonita…
This website uses cookies.