Majalah Farmasetika, 7 (4) 2022, 255-269 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v7i4.38841
Artikel Penelitian
Download PDF
Alifia Syifa Pebrianti*,1, Sandra Megantara1 Rina Wijayanti2
1Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
2PT. Menarini Indria Laboratories, Indonesia
*Email: alifiasyifa13@gmail.com
(Submit 29/04/2022, Revisi 03/05/2022, Diterima 18/05/2022, Terbit 29/05/2022)
Quality by Design (QbD) merupakan suatu pendekatan sistematis untuk pengembangan produk yang dimulai dengan penetapan tujuan serta menekankan pada pemahaman produk, pemahaman proses dan kontrol proses, berdasarkan ilmu pengetahuan dan manajemen risiko mutu. Terdapat beberapa elemen yang termasuk ke dalam QbD, diantaranya adalah Critical Quality Attributes (CQA) dan Critical Parameter Process (CPP). Sebagian besar bentuk sediaan tablet di pasaran merupakan tablet salut selaput. Sehingga, tujuan dari review ini adalah untuk mengetahui CQA dan CPP pada proses pengembangan tablet salut selaput. Dalam membuat review ini digunakan pedoman ICH, jurnal dan artikel hasil penelusuran di internet melalui website NCBI (dengan kategori yang dipilih adalah PubMed), science direct, dan google scholar yang sudah dipublikasi dalam 10 tahun terakhir. Dari hasil pencarian, didapatkan bahwa atribut mutu yang berpotensi untuk menjadi CQA dapat diidentifikasi dari setiap ruahan granul, inti tablet serta tablet salut. Selain itu, setiap tahapan proses dari mulai pengadukan, granulasi basah, pengayakan, pengeringan, pencetakan tablet, pencampuran larutan salut, serta penyalutan memiliki CPP yang perlu dipantau agar dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan yang diharapkan.
QbD, CQA, CPP, tablet salut selaput
Pengembangan produk merupakan sebuah proses yang dilakukan perusahaan ketika perusahaan menemukan sebuah inovasi untuk mengembangkan produk baru. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan produk farmasi adalah efikasi dan keamanan (1). Selain itu, spesifikasi kualitas produk juga harus dicapai dalam proses pengembangan formulasi. Di industri farmasi, pengujian quality control pada produk akhir (meliputi pengujian untuk parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi) untuk perilisan produk merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas produk akhir pasca produksi. Namun, hal tersebut dirasa belum cukup untuk dapat meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan sehingga perlu diikutsertakannya aspek kualitas ke dalam produk di setiap langkah pengembangan; mulai dari pemilihan bahan, screening dan pengembangan formula, scale up, serta optimalisasi proses (2).
Proses pengembangan obat juga berpotensi untuk menimbulkan berbagai macam permasalahan, seperti: permasalahan pada zat aktif obat, eksipien, sistem penutup wadah, proses manufaktur, dan uji quality control sangat penting untuk mengidentifikasi kualitas produk. Potensi timbulnya permasalahan tersebut dapat dicegah dengan menerapkan pendekatan Quality by Design (QbD) (3).
QbD merupakan sebuah konsep yang dikenalkan oleh International Conference on Harmonization (ICH) Q8 sejak tahun 2008, sebagai suatu pendekatan sistematis untuk pengembangan, yang dimulai dengan penetapan tujuan dan menekankan pemahaman produk, proses serta kontrol proses, berdasarkan ilmu pengetahuan dan manajemen risiko mutu (4).
Saat ini, kebanyakan industri farmasi masih menerapkan sistem Quality by Test (QbT) dalam proses pengembangan obat. Dalam sistem QbT, mutu produk dipastikan dengan melakukan serangkaian langkah, meliputi: pengujian bahan baku, pengujian pada proses pembuatan produk obat yang sudah existing, dan pengujian produk jadi. Apabila semua spesifikasi kompendial atau standar lain yang sudah ditetapkan terpenuhi, bahan atau produk dapat digunakan untuk pembuatan ataupun dipasarkan. Jika tidak, maka perlu dilakukan pengulangan proses. Akar masalah pada kegagalan biasanya tidak dapat ditemukan dan dipahami dengan baik dikarenakan pemahaman proses yang buruk dan ketidakpastian tentang bagaimana karakteristik zat dapat memengaruhi profil produk target (5).
Dengan melakukan penerapan pendekatan QbD dalam proses pengembangan produk, dapat dilakukan pengawasan mutu secara real time pada seluruh tahapan proses pengembangan, pengurangan titik sampling pada uji perilisan produk, penurunan jumlah pengujian produk jadi, penurunan biaya bets produksi, penurunan kegagalan bets produksi, penurunan biaya operasi, kemudahan dalam melakukan investigasi penyimpangan, penurunan biaya persediaan untuk bahan baku dan produk jadi, penurunan potensi permasalahan di bidang manufaktur, dan berkurangnya komplikasi selama peninjauan, sehingga dapat mempercepat proses formulasi dan meningkatkan keberhasilan yang tinggi dalam proses persetujuan oleh badan regulator (6,7).
Elemen-elemen yang terdapat dalam pendekatan QbD meliputi: Quality Target Product Profile (QTPP), Critical Quality Attributes (CQA), Critical Material Attributes (CMA), Critical Process Parameter (CPP), Design Space, Control Strategy, dan Continous Improvement (5).
CQA didefinisikan sebagai karakteristik fisik, kimia, biologi atau mikrobiologi yang harus berada dalam batas, kisaran, atau distribusi yang sesuai untuk memastikan kualitas produk yang diinginkan. Sedangkan, CPP merupakan input terukur dari suatu langkah proses yang harus dikontrol untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan (8).
Pelapisan salut selaput merupakan suatu bagian yang penting dalam proses pembuatan tablet. Sebagian besar bentuk sediaan tablet di pasaran dilapisi salut selaput. Merujuk pada data BPOM RI tahun 2021, terdapat 4716 produk yang terdaftar dengan bentuk sediaan salut selaput. Tujuan utama bentuk sediaan salut selaput adalah untuk meningkatkan stabilitas serta menutupi rasa. Selain itu, proses penyalutan juga dapat berfungsi untuk membantu identifikasi warna pada produk yang dihasilkan. Proses penyalutan melibatkan penyemprotan formulasi berbasis polimer yang seragam ke seluruh permukaan sediaan. Berbagai permasalahan dapat muncul dalam proses produksi tablet salut selaput akibat dari permasalahan pada inti tablet, kesalahan pada proses pelapisan dan/atau kesalahan formulasi. Sehingga, diperlukan pemahaman penuh tentang sifat dari berbagai eksipien yang digunakan untuk menghasilkan inti tablet yang baik serta memahami keseluruhan proses manufaktur untuk dapat menghindari kesalahan tersebut (9,10).
Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan terkait dengan CQA dan CPP sebagai langkah preventif untuk menghindari permasalahan dalam produksi tablet salut selaput serta untuk meningkatkan kualitas dan kinerja perusahaan dalam proses pengembangan obat.
Metode yang digunakan pada review artikel ini adalah dengan melakukan penelusuran di internet melalui website NCBI (dengan kategori yang dipilih adalah PubMed), science direct, dan google scholar dengan melakukan filter pada setiap pencariannya berupa publication dates (10 years) dengan kata kunci “critical quality attributes”, “critical process parameter”, “coated film tablet”, “cqa coated film tablet”, dan “cpp coated film tablet”. Sumber yang dijadikan sebagai acuan merupakan jurnal dan artikel nasional maupun internasional yang membahas kata kunci tersebut dan telah dipublikasi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Seleksi pada jurnal atau artikel dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah artikel penelitian tentang pengembangan tablet salut selaput yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan QbD dan memuat hasil penelitian terkait elemen CQA dan CPP. Sedangkan kriteria eksklusi adalah artikel pengembangan obat tanpa pendekatan QbD dan artikel QbD yang tidak berkaitan dengan tujuan kajian.
Elemen-elemen dalam pendekatan QbD dijelaskan sebagai berikut:
Quality Target Product Profile (QTPP)
QTPP dalam proses formulasi melibatkan penetapan target dan persyaratan atau kriteria keberterimaan yang mencakup bentuk sediaan, rute pemberian, kekuatan, pelepasan obat atau pengiriman obat, karakteristik farmakokinetik, serta stabilitas yang disesuaikan dengan zat aktif atau produk obat yang akan dikembangkan (11).
Critical Quality Attributes (CQA)
CQA pada produk jadi secara umum meliputi penampilan atau atribut fisik, kadar, keseragaman kadar, pengotor, dan disolusi. CQA dapat dipengaruhi baik oleh Critical Process Parameter maupun Critical Material Attributes (12).
Critical Material Attributes (CMA)
CMA adalah karakteristik atau properti fisik, kimia, mikrobiologi, atau biologis dari bahan masukan yang harus berada dalam kisaran, batas, atau distribusi yang dapat diterima untuk memastikan kualitas yang diantisipasi dari bahan dalam proses, eksipien, atau kandungan obat. CMA dapat berdampak signifikan pada operasi unit farmasi, konsistensi proses, dan atribut mutu produk sehingga perlu ditentukan, dikendalikan, dan dilakukan pengujian (13).
Critical Process Parameter (CPP)
CPP merupakan penentuan parameter proses yang inkonsistensinya akan berdampak pada atribut kritis mutu sehingga perlu adanya pengawasan dan pemeriksaan agar dapat dipastikan bahwa proses dapat menghasilkan kualitas yang dipersyaratkan (14).
Design Space
Design space mendefinisikan rentang di mana atribut mutu yang relevan dapat dipenuhi Pada design space, dapat diidentifikasi hubungan antara input proses dan CQA serta rentang CPP sehingga dapat dihasilkan CQA yang konsisten. Design space dilakukan melalui kombinasi multidimensi dan interaksi variabel input. Metode untuk menentukan ruang desain meliputi: eksperimen satu per satu variabel, eksperimen yang dirancang secara statistik, dan pendekatan pemodelan (8,15).
Control Strategy
Control strategy didefinisikan sebagai seperangkat kendali terencana berdasarkan informasi produk dan proses yang saat ini berjalan dengan tujuan untuk mengamankan kinerja proses dan mutu produk yang dihasilkan. Control strategy dapat mencakup parameter dan atribut yang terkait dengan zat aktif dan bahan produk obat, kondisi pengoperasian fasilitas dan peralatan, kontrol dalam proses, spesifikasi produk jadi, dan metode terkait serta frekuensi pemantauan dan pengendalian (16).
Continous Improvement
Continuous improvement atau perbaikan berkelanjutan merupakan sarana peningkatan kinerja proses yang perlu terus dicari dan dipantau. Terdapat beberapa metode continuous improvement yang dapat digunakan oleh organisasi di semua jenis industri, yaitu: Lean, Six Sigma, dan Lean Six Sigma (LSS) (17).
Critical Quality Attributes
CQA merupakan sifat atau karakteristik fisik, kimia, biologi, atau mikrobiologis dari bahan keluaran termasuk produk obat jadi yang harus berada dalam batas, kisaran, atau distribusi yang sesuai untuk memastikan kualitas produk yang diinginkan. Atribut mutu suatu produk obat dapat meliputi pengujian identitas, kadar, keseragaman kandungan, produk degradasi, pelarut residu, pelepasan atau pelarutan obat, kadar air, batas mikroba, dan atribut fisik seperti warna, bentuk, ukuran, bau, dan kerapuhan. Atribut-atribut ini bisa menjadi kritis atau tidak kritis didasarkan pada tingkat keparahan bahaya bagi pasien jika produk berada di luar kisaran yang dapat diterima untuk atribut tersebut. Sehingga tingkat kekritisan bukan didasarkan pada probabilitas terjadinya, deteksi, atau pengendaliannya (18). Dari hasil pencarian yang dilakukan, berikut merupakan CQA dalam proses pembuatan tablet salut salut selaput:
Tabel 1. Critical Quality Attribute (CQA) dalam Proses Pembuatan Tablet Salut Selaput
Critical Process Parameter
Critical Process Parameter (CPP) merupakan parameter proses yang variabilitasnya dapat berpengaruh pada atribut mutu kritis sehingga harus dipantau dan dikendalikan untuk menjamin mutu yang diinginkan. CPP dapat berubah sepanjang siklus hidup produk seiring dengan munculnya informasi baru yang diperoleh dan peningkatkan pemahaman terkait dengan proses pengembangan obat yang dilakukan. CPP dapat bervariasi tergantung pada jenis produk, atribut zat dalam produk dan profil target produk, bahkan jika proses pembuatannya sama. Selain itu, CPP juga tergantung pada jenis kontrol peralatan yang digunakan (37). Penentuan CPP dapat dilakukan menggunakan tools manajemen risiko seperti Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dengan menghitung nilai Risk Priority Number (RPN) untuk mengidentifikasi parameter proses mana yang memiliki peluang terbesar dalam menyebabkan kegagalan produk ataupun dengan menggunakan metode komputasi Design of Experimentation (DoE) seperti Factorial Design untuk mengetahui besaran rentang CPP yang optimal (5).
Tabel 2. Critical Process Parameter dalam Proses Pembuatan Tablet Salut Selaput
Atribut mutu yang berpotensi untuk menjadi CQA sebaiknya harus dapat diidentifikasi dari setiap ruahan granul, inti tablet serta tablet salut. Selain itu, setiap tahapan proses dari mulai pengadukan, granulasi basah, pengayakan, pengeringan, pencetakan tablet, pencampuran larutan salut, serta penyalutan memiliki CPP yang perlu dipantau agar dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan yang target profil obat yang diharapkan, meminalisasi timbulnya permasalahan dalam proses produksi serta menjamin konsistensi mutu produk yang dihasilkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
1). apt. Rina Wijayanti, S. Farm., dan Dr. apt. Sandra Megantara, M.Farm sebagai dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam seluruh rangkaian proses pengerjaan review artikel ini.
2). Semua orang yang terlibat dan mendukung dalam proses pengerjaan review artikel ini
Cara mengutip artikel ini
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 518-525 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50295 Artikel Penelitian Nabilah Arrohmah1, Qurrotul Lailiyah2, Yully Anugrahayu…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 506-517 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.50293 Artikel Penelitian Vira Herawati*1, Evi Nurul Hidayati2, Sardjiman…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 489-505 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57607 Artikel Penelitian Mahirah Mardiyah, Lubna Khairunisa, Vina Oktaviany…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 472-488 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.56360 Artikel Review Ira Dwi Fatma1, Yuni Kartika1, Raden…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 458-471 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57440 Artikel Penelitian Sisilia Luhung * , Muh. Taufiqurrahman,…
Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 443-457 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.57191 Artikel Penelitian Melia Sari*1, Ahmad Faisal Nasution2, Dina…
This website uses cookies.