Majalah Farmasetika, 5 (4) 2020, 191-203 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v5i4.27238
Download PDF
Maratul Mahdiyyah1,*, Irma Melyani Puspitasari2, Norisca Aliza Putriana3, Mas Rizky A.A Syamsunarno4
1Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Indonesia
2Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Indonesia
3Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Indonesia
4Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Indonesia
*E-mail: maratul16001@mail.unpad.ac.id
(Submit 11/5/2020, Revisi 19/5/2020, Diterima 3/8/2020)
Abstrak
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) adalah tanaman berbuah musiman yang banyak terdapat di Indonesia. Secara umum, daun tanaman ini mengandung saponin, alkaloid, fenol, tannin, flavonoid, steroid, diterpene dan glikosida. Senyawa metabolit sekunder yang umum ditemukan dalam tanaman ini adalah mangiferin (2-C-β-D-glucopyranosyl-1,3,6,7-tetrahydroxyxanthone), yang termasuk dalam golongan polifenol. Mangiferin memiliki beberapa aktivitas seperti antikanker, antiinflamasi, antidiabetes, dan antihiperlipidemia. Artikel ini membahas teknik isolasi mangiferin dan elusidasi strukturnya yang dilakukan dengan kombinasi spektrofotometri infra merah, Kromatografi Cair-Spektroskopi Massa (Liquid Chromatography-Mass Spectrometry/LC-MS), dan spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance/NMR) baik berupa 1H-NMR ataupun 13C-NMR. Metode yang digunakan adalah review pustaka dengan pustaka yang digunakan sebanyak 34 artikel yang berasal dari jurnal internasional. Hasil yang didapatkan yaitu isolasi mangiferin dari tanaman mangga dapat dilakukan dengan metode refluks, soxhletasi, partisi tiga fase atau dengan bantuan microwave. Dari hasil tersebut, ditemukan bahwa ekstraksi dengan bantuan microwave memberikan persentase mangiferin lebih tinggi dari metode lain. Tetapi, penggunaan skala besar masih jarang dilakukan karena kemampuan penetrasi microwave yang rendah sehingga ada kemungkinan pemanasan kurang merata.
Kata Kunci
Tanaman Mangga, Mangiferin, Isolasi, Elusidasi Struktur
Pendahuluan
Rute pemberian oral menjadi sistem pemberian obat yang paling terkenal dan paling sering digunakan dalam terapi dikarenakan kemudahan administrasinya1. Tablet menjadi salah satu sediaan padat yang sering digunakan dalam sistem pemberian obat oral. Namun, salah satu masalah yang sering ditemui pada pasien dalam melakukan terapi dengan rute pemberian oral adalah adanya tidak kepatuhan dalam mengkonsumsi obat.
Penyebab utama yang biasa terjadi adalah karena pasien tidak bisa atau kesusahan dalam menelan tablet konvensional karena beberapa obat ada yang memiliki ukuran tablet yang cukup besar. Rasa pahit yang dimiliki obat juga menjadi salah satu alasan lain sehingga pasien tidak mematuhi resep. Akibatnya sering terjadi insiden terapi yang tidak efektif2,3.
Sediaan effervescent kini sedang popular di pasaran selain sebagai terapi kuratif, effervescent juga digunakan sebagai pemeliharaan dan pencegahan seperti suplemen, minuman kesehatan, dan nutraseutikal lain yang tersedia dalam bentuk granul maupun tablet. Effervescent diketahui dapat bereaksi jika ditambahkan atau dilarutkan dalam air menghasilkan buih dan menyebabkan tablet atau granul larut dalam air tersebut4,5. Effervescent bisa menjadi salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah yang ada. Hal ini disebabkan oleh larutan karbonat yang berbentuk buih tersebut dapat menutupi rasa pahit yang dimiliki obat, memberikan sensasi kesegaran saat diminum. Kombinasi antara dua bentuk sediaan yang dimiliki memberikan manfaat untuk tetap mempertahankan kualitas sediaan padat yakni stabilitas yang tinggi, portabilitas mudah, dan dosis yang akurat6–8. Selain itu juga jika dibandingkan dengan tablet konvensional, effervescent dapat meningkatkan kelarutan serta bioavailabilitas obat. effervescent juga dapat mengurangi akibat iritasi yang sering ditimbulkan pada tablet konvensional karena telah terdistribusi secara merata. Pada suplemen atau nutraseutikal lain, jika dibandingkan dengan tablet biasa, effervescent dapat meningkatkan pengambilan cairan sehingga dapat mengatasi dehidrasi9–11.
Effervescent merupakan sediaan yang mengandung campuran dari substansi asam dan basa karbonat yang dapat mereaksi cepat ketika bertemu dengan air dan menghasilkan buih-buih atau gelembung gas karbondioksida (CO2). Hal ini terjadi karena adanya reaksi kimia yang terjadi antara substansi asam dan basa yang bertemu sehingga membentuk suatu garam natrium dan menghasilkan CO2 serta air. Namun reaksi ini hanya dapat terjadi jika paling tidak terdapat sedikit air dalam produk7. Artikel review ini akan menggambarkan beberapa formulasi dan evaluasi sediaan effervescent serta penerapannya dalam sistem penghantaran obat baru.
Metode
Studi literatur dilakukan menggunakan bantuan situs pencarian jurnal online Pubmed dengan kata kunci “Effervescent formulation”. Pencarian detail sebagai berikut: ((“Effervescent formulation” [All Fields]) NOT (“topical”)) NOT (“review”[Publication Type] OR “review”[All Fields]). Terdapat total 265 artikel pada awal pencarian. Artikel yang digunakan untuk studi literatur ini adalah artikel dengan rentang publikasi dari tahun 2010-2020. Kriteria inklusi artikel yang akan dijadikan bahan penelitian yakni yang mengandung kata kunci pencarian, merupakan penelitian eksperimental, mencantumkan metode formulasi effervescent, dan merupakan sediaan oral. Untuk artikel dengan bahasa non-english serta yang membahas tentang sediaan non effervescent, gastroretentive, floating tablet, sustained released, atau pulsatile drug dieksklusi dari pencarian. Sehingga terdapat 21 jurnal yang menjadi acuan dalam penulisan artikel ini.
Gambar 1. Bagan Pencarian Literatur
Tabel 1 memperlihatkan 21 artikel yang membahas tentang formulasi dan evaluasi sediaan effervescent. Dari 21 artikel ini terdapat 16 artikel yang menggunakan sediaan tablet, 3 artikel dengan sediaan granul, 2 artikel dalam bentuk serbuk, dan 1 artikel dengan sediaan pelet.
Hasil dan Pembahasan
Formulasi Tablet
Terdapat beberapa metode formulasi yang digunakan dalam pembuatan sediaan effervescent ini. Diantaranya metode granulasi basah, granulasi kering, serta kempa langsung dan fusi. Tabel 2 menjelaskan 16 artikel yang membahas mengenai formulasi sediaan tablet effervescent. Semua artikel ini menggunakan kempa langsung sebagai metode pembuatan tablet effervescent. Tetapi terdapat beberapa metode lain yang digunakan sebagai perbandingan, yakni 3 diantaranya dibangdingkan dengan metode fusi, dan 1 diantaranya dibandingkan dengan granulasi basah.
Tabel 1. Daftar artikel yang digunakan
No. | Penulis | Tahun | Negara | Jenis Effervescent | Komponen Asam | Komponen Basa | Komponen Pengikat | Komponen Pengisi | Komponen Pemanis |
1 | Patel et al12 | 2010 | India | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | Avicel 102 | Manitol | Aspartam |
2 | Shirsand et al6 | 2010 | India | Tablet | Asam sitrat dan asam tartrat | Natrium Bikarbonat | [-] | Manitol | Aspartam |
3 | Kamboj et al10 | 2011 | India | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | [-] | [-] | Aspartam |
4 | Wening et al27 | 2012 | Jerman | Serbuk (Dibentuk dalam solid dosage pen) | Asam Tartrat | Hidrogen Karbonat | [-] | Manitol | [-] |
5 | Aslani et al13 | 2013 | Iran | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | PVP (hanya untuk metode granulasi basah) | [-] | Aspartam |
6 | Romero et al29 | 2013 | Spanyol | Granul | Asam tartrat | Natrium bikarbonat | alkohol 96% (mengandung 5% polivinilpirolidon) | [-] | [-] |
7 | Aslani et al14 | 2013 | Iran | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | [-] | [-] | Manitol/ Sorbitol/ Sukrosa/ Aspartam |
8 | Aslani et al15 | 2014 | Iran | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | PVP | Mannitol | Aspartam |
9 | Khan et al17 | 2014 | Pakistan | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | [-] | Tablettose | Aspartam |
10 | Nazir et al30 | 2014 | Pakistan | Granul | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | PVP K-30 dan isopropil alkohol | Mannitol | Sakarin/ aspartam/ Erythritol |
11 | Elkhodairy et al18 | 2014 | Egypt | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | [-] | Ludipress dan Manitol | [-] |
12 | Sarfraz et al19 | 2015 | India | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | [-] | Laktosa | Sakarin |
13 | Labib et al20 | 2015 | Egypt | Tablet | Asam sitrat dan asam tartrat | Natrium Bikarbonat | Avicel 102 | Mannitol | [-] |
14 | Mohammed et al9 | 2016 | Egypt | Tablet | Asam sitrat dan asam tartrat | Natrium Bikarbonat | Manitol | Laktosa | Aspartam |
15 | Aslani et al21 | 2016 | Iran | Tablet | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | PEG 6000 | Manitol | Aspartam |
16 | Karatzas et al33 | 2017 | Greece | Pelet | Asam sitrat dan asam tartrat | Natrium bikarbonat | Etanol dan PEG (1:1) | [-] | sorbitol, manitol, xylitol |
17 | Venkateswarlu et al22 | 2017 | India | Tablet | Asam Tartrat | Natrium Bikarbonat | [-] | [-] | [-] |
18 | Khan et al34 | 2017 | Pakistan | Tablet | Asam Tartrat | Natrium Bikarbonat | [-] | Laktosa | Sakarin |
19 | Tajmim et al32 | 2019 | USA | Serbuk | Asam sitrat dan asam tartrat | Natrium Bikarbonat | [-] | Manitol | [-] |
20 | Liu et al31 | 2019 | China | Granul | Asam Sitrat | Natrium Bikarbonat | PEG 6000 | Laktosa | Aspartam |
21 | Sun et al23 | 2020 | China | Tablet | Asam Sitrat Monohidrat | Natrium Bikarbonat | [-] | Manitol dan Laktosa | [-] |
Pada penelitian ini tidak dilakukan evaluasi pre-kompresi karena pada penelitian ini hanya melihat perbandingan effervescent dengan metode lain. Penelitian ini membandingkan metode effervescent dengan metode superdisintegrant dan sublimasi, dalam formulasinya berdasarkan tiga evaluasi berbeda. Setelah dilakukan evaluasi, ketiga metode memiliki nilai kekerasan yang sama yakni 2.5 kg/cm3. Kemudian untuk kerapuhan metode effervescent memiliki nilai yang paling rendah yaitu 0.625%, dan untuk waktu disintegrasi lebih cepat kedua setelah metode superdisintegrant yaitu 92 detik. Hal ini menunjukkan effervescent akan lebih cepat bereaksi jika dilarutkan atau ditambahkan dalam air12.
Tabel 2. Formulasi Tablet Effervescent
No. Artikel | Penulis | Tahun | Negara | Metode Formulasi | Evaluasi Pre-Kompresi | Evaluasi Post-Kompresi |
1 | Patel et al | 2010 | India | Kempa Langsung | [-] | -Uji kekerasan, -Kerapuhan, -Waktu disintegrasi |
2 | Shirsand et al | 2010 | India | Kempa Langsung | [-] | -kekerasan, -kerapuhan, -ketebalan, -keseragaman kandungan obat -waktu dispersi in vitro. |
3 | Kamboj et al | 2011 | India | Kempa Langsung | -sudut istirahat -kerapatan curah, -kerapatan mampat, -indeks kompresibilitas, -rasio Hausner, dan -kekakuan. | -keseragaman berat, -uji kerapuhan, -kekerasan, -kadar obat, -waktu pembasahan, -rasio penyerapan air, -waktu hancur dan -disolusi in vitro |
5 | Aslani et al | 2013 | Iran | Fusi/ Kempa Langsung/ Granulasi Basah | -ukuran partikel, -sudut istirahat, -indeks kompresibilitas, dan -rasio Hausner. | -waktu efervesen, -nilai pH larutan, -kandungan CO2 |
7 | Aslani et al | 2013 | Iran | Fusi dan Kempa Langsung | -sudut istirahat, -indeks kompresibilitas, -ukuran partikel rata-rata, dan -rasio Hausner. | -variasi berat, -kekerasan, -kerapuhan, -kandungan obat, -waktu disolusi, -kandungan karbon dioksida, -waktu efervesensi, -nilai pH, -keseragaman kandungan, dan -kadar air. |
8 | Aslani et al | 2014 | Iran | Fusi dan Kempa Langsung | -ukuran partikelnya, -kerapatan ruah, -kerapatan mampat, -indeks kompresibilitas, -rasio Hausner dan -sudut istirahat. | -variasi berat, -kerapuhan, -kekerasan, -pH larutan, -kandungan karbon dioksida (CO2), -waktu efervesensi, -ketebalan, -keseragaman kandungan, -kadar air, -kesetimbangan kadar air. |
9 | Khan et al | 2014 | Pakistan | Kempa Langsung | -kerapatan mampat, -kerapatan longgar, -rasio Hausner, -Indeks Carr, -sudut istirahat | -waktu efervesensi, -kadar kelembapan, -kerapuhan, -kekuatan tekanan, -kekuatan hancur, -variasi berat |
11 | Elkhodairy et al | 2014 | Egypt | Kempa Langsung | -sudut istirahat, -kerapatan mampat -kerapatan longgar, -indeks kompressibilitas, -rasio Hausner. | -variasi berat, -tes kerapuhan, -kekerasan, -waktu pembasahan, -waktu disintegrasi, -waktu disolusi |
12 | Sarfraz et al | 2015 | India | Granulasi Kering | -kerapatan longgar, -kerapatan mampat, -sudut istirahat, -indeks kompresibilitas Carr, -rasio Hausner. | -uji kekerasan, -ketebalan dan diameter, -variasi berat, -kerapuhan, -waktu hancur, -studi disolusi, -waktu basah, -volume basah, -rasio penyerapan air, -waktu disintegrasi yang dimodifikasi, -keseragaman isi -stabilitas. |
No. Artikel | Penulis | Tahun | Negara | Metode Formulasi | Evaluasi Pre-Kompresi | Evaluasi Post-Kompresi |
13 | Labib et al | 2015 | Egypt | Kempa Langsung | –sudut istirahat, –uji kompressibilitas | –variasi berat, –uji ketebalan, –kekerasan dan diameter, –friabilitas, –kadar kelembapan, –waktu pembasahan, –waktu efervesen, –waktu disintegrasi, –kandungan CO2, –nilai pH larutan |
14 | Mohammed et al | 2016 | Egypt | Kempa Langsung | Indeks Carr | -waktu efervesensi -nilai pH larutan |
15 | Aslani et al | 2016 | Iran | Kempa Langsung | -sudut istirahat, -indeks kompressibilitas, -rasio Hausner. | -variasi berat, -kerapuhan, -ketebalan, -kekerasan, -keseragaman kandungan, -waktu disintegrasi, -waktu disolusi |
17 | Venkateswarlu et al | 2017 | India | Kempa Langsung | [-] | -Waktu pembasahan -Rasio penyerapan air |
18 | Khan et al | 2017 | Pakistan | Kempa Langsung | -sudut istirahat, -kerapatan longgar, -kerapatan mampat, -indeks kompresibilitas Carr, dan -rasio hausner. | -variasi berat, -uji ketebalan dan diameter -kekerasan, -friabilitas, -kadar kelembapan, -waktu pembasahan, -waktu disolusi, -waktu disintegrasi, -uji keseragaman kandungan, -nilai pH larutan |
21 | Sun et al | 2020 | China | Kempa Langsung | -sifat alir -kadar air | -kekuatan tekanan, -waktu disintegrasi, -pH larutan, -konsentrasi optimal agen efervesen dalam tablet |
Tabel 2. Formulasi Tablet Effervescent (sambungan)
Penelitian Patel di tahun 2010 menggunakan metode kempa langsung dengan penambahan agen pengikat yakni Avicel 102, serta asam sitrat dan natrium bikarbonat sebagai agen effervescent dalam pembuatan tablet larut dalam mulut cinnarizine. Berbeda dari tablet effervescent pada umumnya, penelitian ini membuat tablet larut dalam mulut. Dimana tablet ini akan hancur atau larut dalam saliva tanpa perlu menggunakan air. Pada penelitian ini tidak dilakukan evaluasi pre-kompresi karena pada penelitian ini hanya melihat perbandingan effervescent dengan metode lain. Penelitian ini membandingkan metode effervescent dengan metode superdisintegrant dan sublimasi, dalam formulasinya berdasarkan tiga evaluasi berbeda. Setelah dilakukan evaluasi, ketiga metode memiliki nilai kekerasan yang sama yakni 2.5 kg/cm3. Kemudian untuk kerapuhan metode effervescent memiliki nilai yang paling rendah yaitu 0.625%, dan untuk waktu disintegrasi lebih cepat kedua setelah metode superdisintegrant yaitu 92 detik. Hal ini menunjukkan effervescent akan lebih cepat bereaksi jika dilarutkan atau ditambahkan dalam air12.
Penelitian Shirsand, menggunakan kombinasi asam sitrat dan asam tartrat sebagai substansi asam dan natrium karbonat sebagai substansi basa dalam pembuatan tablet effervescent lorazepam. Kombinasi substansi asam ini dapat mempermudah proses formulasi, dikarenakan jika hanya asam tunggal yang digunakan campuran yang dihasilkan akan terasa lebih lengket ataupun mudah menggumpal. Berdasarkan hasil waktu dispersinya yang berada pada rentang 0,1 – 3 detik, teknik effervescent diketahui dapat meningkatkan kelarutan6,7.
Pada penelitian Kamboj dan Aslani, pembuatan tablet dengan metode kempa langsung menggunakan asam sitrat dan natrium karbonat sebagai agen effervescent. Namun pada penelitian Aslani, dilakukan juga metode lain sebagai perbandingan yakni metode fusi dan granulasi basah. Pada metode granulasi basah ditambahkan komponen pengikat yakni polivinilpirolidon (PVP). Dari ketiga metode ini diketahui metode granulasi basah memiliki hasil yang terbaik, karena ukuran granul yang lebih besar pada saat tahap sebelum dikempa jika dibandingkan serbuk pada metode kempa langsung dan granul pada metode fusi, metode granulasi basah menghasilkan kompresi dan keseragaman yang lebih baik13.
Dua penelitian Aslani lain melakukan formulasi tablet effervescent ranitidin dan amoxicillin dengan 2 metode berbeda yaitu metode fusi dan kempa langsung. Kedua penelitian ini membuktikan bahwa metode fusi memiliki hasil yang lebih baik berdasarkan daya alir dan kompresibilitasnya. Daya alir yang meningkat disebabkan oleh ukuran partikelnya yang lebih besar dibandingkan campuran serbuk effervescent pada metode kempa langsung. Hal ini mengakibatkan luas permukaannya yang mengecil, dan membuat gesekan antar partikel menurun. Nilai kompresibilitas granul yang lebih baik disebabkan oleh porositas internal yang meningkat dan gaya kohesi yang menurun lebih kecil dibandingkan serbuk14–16. Pada pembuatan tablet ranitidine ditambahkan empat pemanis yang berbeda yakni manitol, sorbitol, sukrosa, dan aspartam. Aspartam diketahui menjadi pemanis yang paling efektif dalam menutupi rasa pahit pada ranitidin14. Sedangkan pada pembuatan amoxicillin penambahan komponen pengikat yakni PVP diketahui meningkatkan kelarutan obat15.
Pada penelitian Khan dan Elkhodairy, metode kempa langsung digunakan dalam pembuatan tablet orodispersible domperidone dan flutamide. Kombinasi asam sitrat dan natrium bikarbonat digunakan sebagai agen effervescent. Dari hasil evaluasi keduanya yang berada pada rentang yang sesuai diketahui effervescent dapat meningkatkan bioavailabilitas obat17,18.
Penelitian Sarfraz di tahun 2015 menggunakan granulasi kering sebagai metode pembuatan tablet atenolol dan atorvastatin karena tidak menggunakan pengikat dalam formulasinya. Menggunakan asam sitrat dan natrium bikarbonat sebagai agen effervescent. Laktosa dipilih sebagai komponen pengisi, dan komponen pemanis menggunakan sakarin19.
Penelitian lain di Mesir pada tahun 2015 dan 2016 juga menggunakan metode kempa langsung dalam pembuatan tablet levotirizine dan risperidone. Kedua formulasi ini menggunakan kombinasi asam sitrat dan asam tartrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa. Pada penelitian di tahun 2015 Avicel 102 digunakan sebagai komponen pengikat, dan penelitian lain menggunakan manitol sebagai pengikat. Berdasarkan waktu effervescent nya tablet levotirizine dengan Avicel 102 lebih cepat yakni berkisar pada 15-22 detik. Sedangkan risperidone dengan Manitol sebagai pengikat memiliki waktu 28 detik9,20.
Penelitian Aslani di tahun 2016 yakni orodispersible montelukast juga menggunakan metode kempa langsung. Asam sitrat dan natrium bikarbonat digunakan sebagai agen effervescent. PEG 6000 digunakan sebagai pengikat, manitol sebagai pengisi, dan aspartame sebagai pemanis. Hasil evaluasi pre-kompresi serbuk yang dihasilkan memiliki daya alir yang cukup baik21.
Pada penelitian Venkateswarlu di India, metode kempa langsung digunakan dalam pembuatan clopidogrel. Asam tartrat dan natirum bikarbonat digunakan sebagai agen effervescent. berdasarkan evaluasi waktu dispersinya yakni 12 detik yang tergolong sangat baik22.
Penelitian yang sedikit berbeda dilakukan di tahun 2020, yakni pembuatan serbuk buah mangga yang diolah menggunakan metode kempa langsung menjadi tablet effervescent. Menggunakan asam sitrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat untuk sumber basa, serta campuran manitol dan laktosa sebagai pengisi. Pada rasio agen effervescent di 40-45%, memiliki waktu disintegrasi yang optimal yaitu 190 detik. Semakin meningkat rasio agen effervescent semakin meningkat pula jumlah asam sitratnya sehingga kekerasan dan gaya Tarik tablet meningkat. Hal ini disebabkan oleh struktur kristal asam sitrat dan partikel nya lebih besar dan keras dibanding serbuk yang lain. Karbondioksida yang dihasilkan dapat meningkatkan pelarutan serbuk dalam air, sementara peningkatan produksi buihnya dapat mencegah serbuk kontak dengan air sehingga dapat memperpanjang waktu disintegrasi. Pada rasio manitol:laktosa 1:8, hasilnya tablet memiliki waltu disintegrasi tercepat yakni 154 detik dengan gaya tarik 2,32 MPa23,24. Hal ini bisa terjadi karena struktur laktosa anhidrat yang berbentuk menyerupai jarum dan sangat kasar, sehingga akan terihat strukturnya yang sangat berpori sehingga akan memiliki gaya tarik yang relatif lebih rendah. Seiring dengan meningkatnya rasio laktosa, partikel amorf kecil yang dimilikinya mampu mengisi ketidakteraturan permukaan, sehingga campuran serbuk menjadi sangat rapat dan akan cenderung memiliki kekerasan yang lebih besar yang berakibat memperpanjang proses disintegrasi25,26.
Formulasi Granul dan Serbuk
Umumnya dalam pembuatan granul lebih banyak digunakan metode granulasi basah dibandingkan dengan granulasi kering karena penambahan zat pengikat yang mampu meningkatkan daya alirnya. Pada tabel 3 ditunjukkan 5 artikel formulasi granul dan serbuk, dimana 3 diantaranya menggunakan metode granulasi basah, 1 diantaranya menggunakan granulasi kering serta terdapat metode baru khusus untuk sediaan tertentu yakni proses ekstrusi basah (wet extrusion process).
Penelitian terbaru di Jerman pada tahun 2012, membuat sediaan solid dosage pen dengan serbuk effervescent sebagai pengobatan individu. Menggunakan metode ekstrusi basah dalam prosesnya dimana campuran asam tartrat dan hidrogen karbonat sebagai agen effervescent dicampur dengan manitol dan zat aktif dengan penambahan etanol sebagai pelarut pada perbandingan 1:9.
Semua campuran ini dimasukkan langsung ke dalam ekstruder untuk diekstrusi yang kemudian diperoleh untaian silinder untuk selanjutnya dipotong-potong. Berdasarkan Farmakopeia, formulasi effervescent harus dapat terdisntegrasi dalam waktu 5 menit di 200 ml air. Pada penelitian potongan dosis dari sediaan mampu terdisintegrasi dalam waktu kurang dari 5 menit. Sediaan tersebut dapat terdisolusi sempurna dalam waktu 80 detik27,28.
Tabel 3. Formulasi Granul/Serbuk Effervescent
No. Artikel | Penulis | Tahun | Negara | Jenis Effervescent | Metode Formulasi | Evaluasi |
4 | Wening et al27 | 2012 | Jerman | Serbuk (Dibentuk dalam solid dosage pen) | Wet extrusion process | -uji disolusi -keseragaman dosis tunggal |
6 | Romero et al | 2013 | Spanyol | Granul | Granulasi Basah | tidak dijelaskan evaluasi sediaan efervesen |
10 | Nazir et al | 2014 | Pakistan | Granul | Granulasi Basah | -sudut istirahat, -kerapatan mampat, -kerapatan longgar, -laju alir, -waktu efervesen |
19 | Tajmim et al | 2019 | USA | Serbuk | Granulasi Kering | -sudut istirahat, -indeks kompresibilitas, -rasio Hausner, -nilai pH larutan, -waktu efervesensi, -kandungan CO2 |
20 | Liu et al | 2019 | China | Granul | Granulasi Basah | -ukuran partikel, -sudut istirahat, -nilai pH larutan, -kandungan kalsium asetat dan -waktu efervesensi |
Penelitian di Spanyol pada tahun 2014 mengaplikasikan granul effervescent dengan menggunakan metode granulasi basah dalam pembuatan nutraseutikal mengandung sayuran kering. Penggunaan asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai agen effervescent serta alkohol 96% (mengandung 5% PVP) sebagai pengikat. Dari penelitian ini granul effervescent diketahui bisa menjadi salah satu pilihan bentuk sediaan lain selain serbuk dan granul biasa, dalam membuat nutraseutikal yang mengandung sayuran kering. Gas karbondioksida yang dihasilkan mampu menutupi rasa yang kurang enak di mulut29.
Penelitian lain di tahun 2014 dan 2019 di Jerman dan Cina menggunakan metode granulasi basah dalam pembuatan granul metformin dan kalsium asetat. Asam sitrat dan natrium bikarbonat digunakan sebagai agen effervescent, dengan agen pengikat yang berbeda. Pada granul metformin ditambahkan PVP K-30 dan isopropril alkohol sebagai pengikat sedangkan pada granul kalsium asetat menggunakan PEG 6000. Kedua penelitian ini menggunakan aspartam sebagai pemanis, namun pada penelitian granul metformin dibandingkan dengan beberapa pemanis lain yakni sakarin dan eritritol. Dari kedua penelitian ini dibuktikan bahwa aspartame dapat menjadi pemanis yang paling cocok dalam pembuatan granul effervescent30,31.
Penelitian di Amerika pada tahun 2019 membuat serbuk nutraseutikal (-)-Oleocanthal sebagai terapi untuk kanker payudara. Menggunakan kombinasi asam sitrat dan asam tartrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa serta manitol sebagai pengisi. Berdasarkan sudut istirahat, indeks kompresibilitas, dan rasio Hausner menunjukkan hasil daya alir yang sangat baik. Waktu effervescent yang dimiliki juga memenuhi syarat32.
Formulasi Lainnya
Penelitian di Yunani pada tahun 2017 menggunakan teknis effervescent dalam pembuatan pellet. Kombinasi asam sitrat dan asam tartrat digunakan sebagai sumber asam serta natrium bikarbonat sebagai sumber basa. Dengan komponen pengikat etanol : PEG (1:1), dan pemanis yang digunakan adalah kombinasi sorbitol, manitol dan xylitol. Dari penelitian ini dibuktikan effervescent dapat meningkatkan kelarutan pellet dalam air33.
Kesimpulan
Artikel ini merangkum beberapa formulasi dan evaluasi dari sediaan effervescent dalam bentuk serbuk, granul, tablet serta pellet dari 21 artikel yang didapat, 16 diantaranya menggunakan sediaan tablet effervescent. Metode kempa langsung menjadi pilihan terbanyak yang digunakan dalam formulasi tablet effervescent karena lebih mudah dan cepat. Perpaduan asam sitrat dan natrium bikarbonat sebagai agen effervescent dalam formulasi menjadi yang paling sering digunakan. Selain itu, aspartam menjadi pemanis yang paling sering digunakan dalam formulasi sediaan effervescent.
Daftar pustaka
- Yadav D, Yadav KS, Singh S. Mango: Taxonomy and botany. J Pharmacogn Phytochem. 2018;7(2):3253–8.
- Jutiviboonsuk A, Sardsaengjun C. Mangiferin in leaves of three thai mango (Mangifera indica L.) varieties. Indian J Pharm Sci. 2010;6(3):122–9.
- Jhaumeer Laulloo S, Bhowon MG, Soyfoo S, Chua LS. Nutritional and Biological Evaluation of Leaves of Mangifera indica from Mauritius. J Chem. 2018;2018.
- Masud Parvez G, Masud Parvez CG. Pharmacological Activities of Mango (Mangifera Indica): A Review. J Pharmacogn Phytochem JPP. 2016;1(53):1–7.
- Ediriweera MK, Tennekoon KH, Samarakoon SR. A Review on Ethnopharmacological Applications, Pharmacological Activities, and Bioactive Compounds of Mangifera indica (Mango). Garrido G, editor. Evidence-Based Complement Altern Med. 2017;2017:6949835.
- Imran M, Arshad MS, Butt MS, Kwon JH, Arshad MU, Sultan MT. Mangiferin: a natural miracle bioactive compound against lifestyle related disorders. Lipids Health Dis. 2017;16(1):1–17.
- Rakholiya K, Chanda S. Pharmacognostic, Physicochemical and Phytochemical Investigation of Mangifera indica L. var. Kesar leaf. Asian Pac J Trop Biomed. 2012;2(2, Supplement):S680–4.
- Somkuwar DO, Kamble VA. Phytochemical screening of ethanolic extracts of stem, leaves, flower and seed kernel of Mangifera indica L. Int J Pharm Bio Sci. 2013;4(2):383–9.
- Deshpande SN, Kadam DG. Preliminary phytochemical analysis of some medicinal plants. DAV Int J Sci. 2013;2(2):61–5.
- Elzaawely AA, Tawata S. Preliminary Phytochemical Investigation on Mango Leaves. World J Agric Sci. 2010;6(6):735–9.
- Saleem K, Perveen S, Sarwar N, Latif F, Pervaiz Akhtar K, Imran Arshad HM. Identification of phenolics in mango leaves extract and their allelopathic effect on canary grass and wheat. Pakistan J Bot. 2013;45(5):1527–35.
- Bhuvaneswari K. Isolation of mangiferin from leaves of Mangifera indica L. var Alphonso. Asian J Pharm Clin Res. 2013;6(SUPPL. 2):171–2.
- Salomon S, Sevilla I, Betancourt R, Romero A, Nuevas-Paz L, Acosta-Esquijarosa J. Extraction of mangiferin from Mangifera indica L. leaves using microwaveassisted technique. Emirates J Food Agric. 2014;26(7):616–22.
- Schulze-Kaysers N, Feuereisen MM, Schieber A. Phenolic compounds in edible species of the Anacardiaceae family – a review. RSC Adv. 2015;5(89):73301–14.
- Prommajak T, Kim SM, Pan C-H, Kim S, Surawang S, Rattanapanone N. Identification of antioxidants in young mango leaves by LC-ABTS and LC-MS. Chiang Mai Univ J Nat Sci. 2014 Jan 1;13(3):317–30.
- Ndoye S, Fraisse D, Blandine A, Sylla Gueye R, Sall C, Gainche M, et al. Bio-guided identification of antiglycative constituents from the leaves of Mangifera indica L. J Med Plants Res. 2019 Mar 25;13(6):129–34.
- Lerma-Torres JM, Navarro-Ocaña A, Calderón-Santoyo M, Hernández-Vázquez L, Ruiz-Montañez G, Ragazzo-Sánchez JA. Preparative scale extraction of mangiferin and lupeol from mango (Mangifera indica L.) leaves and bark by different extraction methods. J Food Sci Technol. 2019;56(10):4625–31.
- Soujanya B, Kumar A, Mulinti S, Aparna K, Reddy K. Quantification of Lupeol in Selected Commercial Coloured Cultivars of Mango (Mangifera indica L.) Cultivated in Telangana Region. Int J Pure App. 2017 Jan 1;5(4):2141–6.
- Coelho EM, De Souza MEAO, Corrêa LC, Viana AC, Azevêdo LC De, Lima MDS. Bioactive compounds and antioxidant activity of mango peel liqueurs (Mangifera indica L.) produced by different methods of maceration. Antioxidants. 2019;8(4):1–11.
- Vo THT, Nguyen TD, Nguyen QH, Ushakova NA. Extraction of Mangiferin from the Leaves of the Mango Tree Mangifera indica and Evaluation of its Biological Activity in Terms of Blockade of α-glucosidase. Pharm Chem J. 2017;51(9):806–10.
- Biswas T, Sen A, Roy R, Maji S, Maji HS. Pharmaceutical Analysis Isolation of Mangiferin from Flowering Buds of Mangifera indica L and its Evaluation of in vitro Antibacterial Activity. J Pharm Anal. 2015;4(3):49–56.
- Tayana N, Inthakusol W, Duangdee N, Chewchinda S, Pandith H, Kongkiatpaiboon S. Mangiferin content in different parts of mango tree (Mangifera indica L.) in Thailand. Songklanakarin J Sci Technol. 2019;41(3):522–8.
- Kulkarni VM, Rathod VK. Extraction of mangiferin from Mangifera indica leaves using three phase partitioning coupled with ultrasound. Ind Crops Prod. 2014;52:292–7.
- Vetal MD, Rathod VK. Three phase partitioning a novel technique for purification of peroxidase from orange peels (Citrus sinenses). Food Bioprod Process. 2015;94:284–9.
- Tatke P, Jaiswal Y. An Overview of Microwave Assisted Extraction and its Applications in Herbal Drug Research. Res J Med Plant. 2011 Jan 1;5(1):21–31.
- Mandal V, Mohan Y, Hemalatha S. Microwave Assisted Extraction – An Innovative and Promising Extraction Tool for Medicinal Plant Research. Pharmacogn Rev. 2006 Nov 30;1.
- Chan C-H, Yusoff R, Ngoh G-C, Kung FW-L. Microwave-assisted extractions of active ingredients from plants. J Chromatogr A. 2011;1218(37):6213–25.
- Vinatoru M, Mason TJ, Calinescu I. Ultrasonically assisted extraction (UAE) and microwave assisted extraction (MAE) of functional compounds from plant materials. TrAC Trends Anal Chem. 2017;97:159–78.
- Mandal SC, Mandal V, Das AK. Essentials of Botanical Extraction: Principles and Applications. Elsevier Science; 2015. 95–96 p.
- Shinde S, Thorat L, Mulay MA, Professor A. Comparative Study of Mangiferin from Mangifera Indica (Rajapuri) From its Leaves and Bark. Int J Innov Emerg Res Eng. 2015;2(6):22–5.
- Najib A. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Deepublish; 2018.
- Wang D-G, Liu W-Y, Chen G-T. A simple method for the isolation and purification of resveratrol from Polygonum cuspidatum. J Pharm Anal. 2013;3(4):241–7.
- Rankin DWH, Mitzel N, Morrison C. Structural Methods in Molecular Inorganic Chemistry. Wiley; 2013. (Inorganic Chemistry: A Textbook Series).
- Souza JRR, Trevisan MTS, Feitosa JPA, Ricardo NMPS, Hull WE, Erben G, et al. Transformation of Mangiferin to Norathyriol by Human Fecal Matrix in Anaerobic Conditions: Comprehensive NMR of the Xanthone Metabolites, Antioxidant Capacity, and Comparative Cytotoxicity Against Cancer Cell Lines. Nat Prod Commun. 2020;15(3):1934578X2091028.
- Singh P, Andola HC, Rawat M, Pant GJN, Purohit VK. Fourier transform infrared (ft-ir) spectroscopy in an-overview. Res J Med Plant. 2011;5(2):127–35.
- Mahesar SA, Lucarini M, Durazzo A, Santini A, Lampe AI, Kiefer J. Application of Infrared Spectroscopy for Functional Compounds Evaluation in Olive Oil: A Current Snapshot. Camara JS, editor. J Spectrosc. 2019;2019:5319024.
- Dineshkumar B, Mitra A, Manjunatha M. Studies on the anti-diabetic and hypolipidemic potentials of mangiferin (xanthone glucoside) in streptozotocin-induced type 1 and type 2 diabetic model rats. Int J Adv Pharm Sci. 2010;1(1):75–85.
- Khurana RK, Kaur R, Kaur M, Kaur R, Kaur J, Kaur H, et al. Exploring and validating physicochemical properties of mangiferin through GastroPlus(®) software. Futur Sci OA. 2017 Jan 16;3(1):FSO167–FSO167.
- McMaster M. LC/MS: A Practical User’s Guide. Wiley; 2005.
- Cai F, Sun L, Gao S, Zhan Q, Wang W, Chen W. An improved LC-MS/MS method for the determination of mangiferin in rat plasma and its application in nonlinear pharmacokinetics. Pharmazie. 2014 Mar;69(3):168–72.
- Suryawanshi S, Asthana RK, Gupta RC. Simultaneous estimation of mangiferin and four secoiridoid glycosides in rat plasma using liquid chromatography tandem mass spectrometry and its application to pharmacokinetic study of herbal preparation. J Chromatogr B Anal Technol Biomed Life Sci. 2007;858(1–2):211–9.
- Fuloria NK, Fuloria S. Structural Elucidation of Small Organic Molecules by 1D, 2D and Multi Dimensional-Solution NMR Spectroscopy. J Anal Bioanal Tech. 2013;4(4):1–8.
- Faizi S, Zikr-ur-Rehman S, Ali M, Naz A. Dynamics and conformations of PEO chains chemically bonded on silica : comparison between 1H and 2H NMR. Magn Reson Chem. 2006;44(June):838–44.
- Sellamuthu PS, Arulselvan P, Muniappan BP, Fakurazi S, Kandasamy M. Mangiferin from salacia chinensis prevents oxidative stress and protects pancreatic β-cells in streptozotocin-induced diabetic rats. J Med Food. 2013;16(8):719–27.