Majalah Farmasetika, 9 (5) 2024, 472-488
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i5.56360
Artikel Review
Ira Dwi Fatma1, Yuni Kartika1, Raden Roro Maryana Ulfah1,
Muhammad Dodit Rinaldi1 , Reza Pratama2, Muhamad Reza Pahlevi2,*
1Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana, Jawa Barat, Indonesia
2Kelompok Keilmuan Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana, Jawa Barat, Indonesia
*E-mail : muhamad.rezapahlevi@bku.ac.id
(Submit 10/07/2024, Revisi 19/07/2024, Diterima 30/09/2024, Terbit 30/09/2024)
Abstak
Tablet merupakan suatu bentuk sediaan padat yang mengandung zat aktif dan zat tambahan yang meliputi bahan pengikat, pengisi, penghancur, dan pelicin. Modified Release ini terbagi menjadi dua sistem pelepasan obat yaitu pelepasan tertunda (Delayed Release) dan pelepasan terkontrol (Controlled Release). Tablet lepas terkendali (Controlled Release tablet) adalah pelepasan senyawa yang dapat disesuaikan pada tingkat yang efektif sebagai respon terhadap waktu dan rangsangan. Tablet lepas tertunda (Delayed release tablet) adalah obat yang dilepaskan pada waktu yang lebih lambat setelah pemberian. Metode yang digunakan dalam review ini adalah dengan melakukan penelusuran studi pustaka secara elektronik dengan cara mengakses situs pencarian jurnal internasional dan nasional yang berkaitan dengan kata kunci “Modified Release, Delayed Release, Controlled Release”. Untuk menjamin suatu mutu sediaan obat perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi tablet meliputi uji keseragaman bobot, kerapuhan tablet, kekerasan tablet dan disolusi tablet.
Kata kunci: Controlled Release, Delayed Release, Modified Release
Teks Lengkap:
Pendahuluan
Berbagai rute pemberian obat berperan dalam menentukan hasil terapi, yang sebagaimana setiap rute memengaruhi penyerapan dan distribusi obat di dalam tubuh secara berbeda. Rute pemberian obat dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu enteral ( oral, sublingual, atau rektal), parenteral (intravena, intramuskular, atau subkutan), serta rute lainnya ( inhalasi, intranasal, intrarektal, topikal, atau transdermal). Salah satu yang paling dikenal oleh masyarakat umum adalah rute pemberian obat oral. [1] Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak digunakan dalam penggunaan secara oral [2]. Hal ini dikarenakan keuntungan dari sediaan tablet ini antara lain memberikan kemudahan dalam penggunaannya, pemberian dosis yang lebih tepat, stabil dalam penyimpanannya, serta praktis dalam kemasan [3]. Langkah pertama dalam setiap formulasi atau desain tablet adalah mempertimbangkan dengan cermat data preformulasi. Penting bagi formulator untuk memiliki profil fisikokimia yang lengkap dari bahan aktif yang tersedia sebelum memulai mengembangkan formulasi. Pengumpulan informasi ini disebut sebagai preformulasi.
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung zat aktif dan zat tambahan [4]. Zat aktif adalah bagian dari obat yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan efek terapeutik atau farmakologis [5] Zat tambahan dalam pembuatan tablet bertujuan untuk memastikan tablet berkualitas dan memenuhi standar sediaan yang ditetapkan. Zat tambahan digunakan ketika dosis zat aktif tidak mencukupi untuk membentuk bulk dan untuk meningkatkan daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik untuk memfasilitasi aliran [6]. Bahan tambahan pada tablet yaitu pengisi, pengikat dan perekat, pelicin, pelincir dan anti adherent. Sedangkan yang mempengaruhi biofarmasetika, stabilitas kimia dan fisik serta pertimbangan pemasaran tablet yaitu penghancur, pewarna, perasa, pemanis dan komponen lainnya[7].
Tablet dapat berbentuk tidak bersalut atau bersalut. Tablet tidak bersalut dapat berupa tablet kunyah, tablet effervescent, tablet hisap, tablet larut, dan tablet sublingual. Tablet bersalut meliputi tablet bersalut enterik, tablet bersalut film, implan, tablet bersalut gula, dan tablet lepas lambat [8]. Pada penggunaan sediaan tablet konvensional maupun tablet pelepasan segera terdapat beberapa masalah yaitu pemberian obat yang sering dan waktu tinggal obat yang singkat dalam plasma karena waktu paruhnya yang pendek, sehingga menyebabkan fluktuasi kadar plasma dan ketidak patuhan pasien Sehingga terdapat pengembangan formulasi suatu sediaan oral dengan modified release yang memberikan satu atau lebih keuntungan dibandingkan formulasi sustained release dari obat yang sama.
Tablet lepas modifikasi (modified release tablet) dapat berbentuk tidak bersalut atau bersalut. Tablet ini mengandung bahan tambahan khusus atau dibuat dengan prosedur khusus, yang secara terpisah atau bersama-sama bertujuan untuk memodifikasi laju pelepasan obat ke dalam saluran pencernaan. Tablet ini memperpanjang efek obat dan juga mengurangi frekuensi pemberian obat. [8]. Tujuan dari sediaan dengan modified release adalah untuk mengoptimalkan rejimen terapeutik dengan memberikan pelepasan obat yang lambat dan terus menerus selama seluruh interval pemberian dosis serta memberikan kepatuhan dan kenyamanan pasien yang lebih baik [9]. Secara umum tablet dengan modified release dapat dibedakan menjadi dua yaitu delayed release (pelepasan tertunda) dan controlled release (pelepasan terkendali) [10].
Sediaan tablet perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sifat fisika, kimia,serta biologi yang sebagaimana menggambarkan keadaan fisik dari tablet maupun formula, sehingga dapat mengetahui kondisi penyimpanan yang sesuai, dan mengetahui kesesuain tablet dengan persyaratan pada literatur [11]. Menurut Rori et al, evaluasi tablet meliputi uji keseragaman bobot, kerapuhan tablet, kekerasan tablet dan waktu hancur tablet [12].
Metode
Metode yang digunakan dalam review ini adalah dengan melakukan penelusuran studi pustaka secara elektronik dengan cara mengakses situs pencarian jurnal internasional dan nasional yang berkaitan dengan kata kunci “Modified Release, Delayed Release, Controlled Release”. Artikel jurnal yang dipilih harus mengandung bahasan dari kata kunci dengan tahun publikasi 2014-2024, berbahasa Indonesia atau Inggris, serta memiliki data dan pembahasan yang jelas. Artikel yang diterbitkan sebelum 2014, menggunakan bahasa lain, atau kurang jelas, akan dikecualikan. Setelah itu, akan dilakukan tinjauan dan penyimpulan dari artikel yang terpilih.
Hasil
Tabel 1 Formulasi Tablet Delayed Release
Tabel 2 Formulasi Tablet Controlled Release
Tabel 3 Evaluasi Tablet Delayed Release
Pembahasan
Pada review artikel ini membahas terkait formulasi dan evaluasi tablet modified release dengan masing masing 3 jurnal delayed release dan controlled release. Tablet lepas terkendali (controlled release ) adalah pelepasan senyawa yang dapat disesuaikan pada tingkat yang efektif sebagai respon terhadap waktu dan rangsangan [18]. Sistem pelepasan terkendali bertujuan untuk melepaskan bahan aktif secara konstan, biasanya pada laju orde nol, dengan melepaskan secara terus menerus, untuk jangka waktu tertentu, jumlah obat yang setara dengan jumlah yang dieliminasi oleh tubuh. Sistem pelepasan obat terkendali yang ideal adalah sistem yang melepaskan obat dengan laju yang telah ditentukan sebelumnya, baik secara lokal maupun sistemik, untuk jangka waktu tertentu [19].
Tablet lepas tertunda (delayed release) adalah obat yang dilepaskan pada waktu yang lebih lambat setelah pemberian. Aksi tertunda ini dicapai dengan penyisipan lapisan khusus seperti salut enterik. Tujuan dari preparasi ini adalah untuk mencegah efek samping yang terkait dengan keberadaan obat di lambung, melindungi obat dari degradasi dalam pH asam tinggi dari cairan lambung [19].
Tabel 5 Formulasi Tablet Delayed Release dan Tablet Controlled Release
Dalam suatu formulasi sediaan farmasi tablet terdiri dari bahan aktif dan eksipien. Pada jurnal delayed release menggunakan zat aktif yang meliputi piroxicam, tenatoprazole, dan natrium rabeprazole. Sedangkan pada jurnal controlled release menggunakan zat aktif labetalol, captopril dan propanolol.
Dalam suatu formulasi sediaan farmasi tablet terdiri dari bahan aktif dan eksipien. Pada jurnal delayed release menggunakan zat aktif yang meliputi piroxicam, tenatoprazole, dan natrium rabeprazole. Sedangkan pada jurnal controlled release menggunakan zat aktif labetalol, captopril dan propanolol.
Piroxicam merupakan antiinflamasi nonsteroid yang paling efisien. Piroxicam memiliki aktivitas anti-inflamasi dan analgesik yang kuat. Sehingga banyak digunakan pada pengobatan osteoartritis, arthritis rheumatoid, nyeri akut dan radang sendi, untuk nyeri sebelum dan sesudah operasi [20]. Tenatoprazole merupakan penghambat pompa proton yang baru dikembangkan sebagai inhibitor asam untuk gangguan hipersekresi asam lambung seperti tukak lambung dan esofagitis refluks [21].
Natrium Rabeprazole (rabeprazole bebas asam) merupakan penghambat pompa proton secara luas digunakan untuk pengobatan gangguan terkait asam. Rabeprazole adalah inhibitor H+/K+-ATPase pompa lambung yang kuat dan ireversibel, dan direkomendasikan untuk pengobatan penyakit refluks gastroesofageal, sindrom Zollinger Ellison, tukak duodenum dan lambung, serta untuk eradikasi Helicobacter pylori dalam kombinasi dengan antibiotik [22].
Fungsi dari formulasi obat dengan pelepasan tertunda dimodifikasi adalah untuk mengatur waktu pelepasan obat ke dalam tubuh. Hal ini biasanya dilakukan dengan memberikan lapisan khusus seperti lapisan enterik, untuk melindungi obat dari pengaruh lingkungan asam lambung dan untuk mencegah efek samping terkait dengan kehadiran obat di perut. Dengan demikian, obat yang dimodifikasi menjadi tablet pelepasan tertunda seperti piroxicam, natrium rabeprazole dan tenatoprazole ini cocok untuk pengobatan kondisi-kondisi tertentu, seperti tukak lambung, esofagitis refluks, atau kondisi lain yang memerlukan pelepasan obat yang bertahap atau tertunda [21].
Labetalol adalah agen penghambat α- dan β-adrenoreseptor yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Obat ini bertindak sebagai antagonis kompetitif non selektif pada reseptor β-adrenoreseptor serta antagonis kompetitif pada reseptor α-adrenoreseptor postsinaptik. Mekanisme kerja labetalol adalah melalui pemblokiran aksi zat kimia endogen tertentu seperti adrenalin pada jantung dan pembuluh darah. Tindakan pemblokiran ini mengakibatkan penurunan denyut jantung, tekanan darah, serta mengurangi beban kerja jantung. Karena aktivitas pemblokiran β dan α, labetalol digunakan dalam pengobatan hipertensi akibat feokromositoma, dan dalam keadaan darurat hipertensi [23]. Captopril adalah inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE), telah banyak digunakan untuk terapi hipertensi arteri dan penyakit kardiovaskular. Namun, efek perlindungan captopril terhadap kerusakan organ yang disebabkan oleh hipertensi masih belum jelas [24].
Propranolol adalah β-blocker non kardioselektif. Propranolol hidroklorida digunakan untuk mengontrol hipertensi, feokromositoma, infark miokard, aritmia jantung, angina pektoris, dan kardiomiopati hipertrofik. Propanolol juga dapat digunakan untuk mengontrol gejala aktivitas simpatis yang berlebihan dalam pengelolaan hipertiroidisme, gangguan kecemasan, dan tremor. Indikasi lain mencakup profilaksis migrain dan perdarahan gastrointestinal atas pada pasien dengan hipertensi portal [25].
Fungsi dari obat dimodifikasi pelepasan terkontrol adalah untuk mengatur dan memperpanjang waktu pelepasan obat ke dalam tubuh dengan cara yang terkontrol dan konsisten. Dengan demikian, modifikasi menjadi tablet pelepasan terkontrol pada obat-obatan seperti captopril, labetalol, dan propranolol dapat meningkatkan efektivitas terapi, mengurangi frekuensi dosis, dan mengoptimalkan kontrol gejala dengan mempertahankan kadar obat yang stabil dalam tubuh.
Klasifikasi eksipien didasarkan pada perannya dalam formulasi farmasi dan interaksinya yang memengaruhi pelepasan obat, berdasarkan sifat kimia dan fisika-kimianya. Kelas utamanya adalah antioksidan, bahan pelapis, penambah rasa dan bau, bahan pengawet, penambah konsistensi, dan bahan penghancur [26]. Berdasarkan jurnal sediaan delayed release dan controlled release menunjukkan bahan eksipien terdiri dari:
A. Pengikat
Pengikat atau binder adalah bahan yang digunakan pada tablet dalam proses granulasi atau kempa langsung [27]. Tujuan penggunaan pengikat dalam kempa langsung adalah untuk meningkatkan daya kohesi pada bahan pengisi [28]. Sediaan delayed release dan controlled release terdapat bahan pengikat pada tablet antara lain yaitu acryocolat, etil selulosa, polimer tidak larut air dan PVP K30. PVP adalah bahan tambahan yang digunakan sebagai pengikat tablet, sebagaimana efektif sebagai pengikat dalam larutan berair maupun alkohol, serta mampu mengikat secara kering [29]. PVP dengan konsentrasi tinggi menunjukkan kompresibilitas yang lebih baik, sementara PVP dengan konsentrasi sedang memiliki waktu larut yang lebih singkat [30]. Pada jurnal 2 sediaan controlled release tidak terdapat pengikat, namun MCC ini memiliki fungsi lain sebagai pengisi dapat juga menjadi pengikat [31].
B. Penghancur
Bahan penghancur penting dalam pembuatan tablet untuk memfasilitasi proses disintegrasi dan pelepasan sediaan. Fungsi penghancur adalah mempermudah tablet hancur menjadi partikel kecil saat berada di dalam tubuh. Proses umumnya terjadi saat tablet bertemu dengan cairan tubuh, mengembang karena tekanan cairan, dan akhirnya hancur menjadi partikel yang larut [32]. Pada kedua sediaan ini terdapat penghancur yang sama yaitu aerosil. Penghancur lainnya pada jurnal sediaan delayed release seperti natrium pati glikolat , crospovidone, natrium pati fumarat. Sedangkan jurnal ke 2 dan 3 sediaan controlled release tidak terdapat penambahan bahan penghancur. Namun, pada formula tersebut terdapat MCC yang dapat membantu penghancuran suatu tablet. Adapun mekanisme MCC pH 102 sebagai penghancur melibatkan proses pembesaran dan penyerapan air, yang berkontribusi pada peningkatan waktu disintegrasi tablet [33].
C. Pemanis
Pemanis adalah suatu bahan tambahan pada sediaan tablet yang digunakan untuk memperbaiki rasa obat serta menutupi bau dari bahan aktif obat [34]. Minyak perasa diperlukan untuk tablet yang dapat dikunyah. Biasanya minyak ditambahkan dalam bentuk kering seperti butiran yang disemprotkan kering [35]. Aspartam dipilih karena tidak menyerap kelembaban, memiliki kekuatan manis 160-200 kali lipat dibanding sukrosa, sehingga sedikit saja sudah cukup untuk mencapai rasa manis yang diinginkan. Keunggulan lainnya adalah tidak adanya rasa pahit (aftertaste) yang sering terjadi pada pemanis sintetis lainnya [36].
D. Pengisi atau diluent
Diluent adalah pengisi yang digunakan untuk memberikan jumlah massa yang diperlukan pada tablet ketika dosis obat itu sendiri tidak mencukupi untuk menghasilkan massa tersebut. Diluent juga digunakan untuk meningkatkan kohesi, sehingga memungkinkan penggunaan kompresi langsung [35] . Pada jurnal dengan formulasi delayed release menggunakan diluent yang berbeda yaitu laktosa, selulosa mikrokristalin, dan manitol. Namun, pada jurnal formulasi sediaan controlled release semuanya menggunakan diluent yang sama berupa MCC. Microcrystalline Cellulose (MCC) adalah selulosa yang telah dimurnikan sebagian dan diproses dengan preparat α-selulosa, dihasilkan sebagai pulp dari serat tanaman dengan bantuan asam mineral [37]. Pada formulasi jurnal 1, 2 dan 3 menunjukkan terdapat MCC pH 101 dan pH 102. Perbedaan dari kedua bahan ini didasarkan pada ukuran partikelnya, yang sebagaimana MCC pH 102 memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan MCC pH 101. Hal ini dikarenakan MCC pH 101 adalah produk asli yang diperoleh melalui proses hidrolisis asam dari selulosa murni, sedangkan MCC pH 102 adalah produk aglomerasi [38].
E. Pewarna
Pewarna adalah suatu bahan tambahan atau eksepien yang ditambahkan pada tahap terakhir. Pewarna memberikan perbedaan yang signifikan pada sediaan tablet. Tujuan dari penambahan pewarna pada tablet adalah untuk dapat melihat homogenitas sediaan tablet, sebagai identitas tablet dan peningkat estika sediaan tablet untuk menjadi daya tarik [39].
F. Pelicin
Pelicin atau lubricant adalah salah satu bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan tablet, dikarenakan untuk mempermudah dalam pengeluaran tablet setelah proses pemadatan [40]. Selain itu, penambahan pelicin berfungsi juga untuk mengurangi gesekan pada saat proses pengempaan serta mencegah melekatnya massa kempa dengan die maupun punch [41]. Pada jurnal sediaan delayed release maupun controlled release menggunakan bahan pelicin, terkecuali jurnal ke-2 pada sediaan delayed release. Bahan pelicin yang digunakan pada kedua sediaan ini tidak memiliki perbedaan yaitu magnesium stearat. Magnesium stearat adalah pelicin yang paling umum digunakan dalam pembuatan tablet dikarenakan beberapa alasan yaitu harga yang relatif murah, memberikan efek pelicin yang tinggi, memiliki titik leleh yang tinggi, serta stabil secara kimia [42].
G. Pelincir
Pelincir atau biasa dikenal glidant merupakan eksipien yang sangat diperlukan pada suatu formulasi tablet dikarenakan memiliki kemampuan untuk meningkatkan daya alir, kohesifitas, dan daya rekat serbuk [43]. Pada jurnal sediaan delayed release menunjukkan pelincir yang digunakan berbagai macam yaitu talkum, dibutil ftalat, dan myvacet. Sedangkan pada sediaan controlled release hanya jurnal 1 yang menggunakan pelincir berupa talkum. Talk adalah magnesium silikat hidrat dengan komposisi kimia Mg3Si4O10(OH)2 atau H2Mg3(SiO3)4. Kata “talk” berasal dari bahasa arab yang menunjuk pada warna putih. Selain putih talk juga ada yang berwarna hijau, abu-abu, coklat atau tidak berwarna. Talk bersifat tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam asam mineral encer, memiliki kekerasan Mohs 1 (skala 1-10) [44].
H. Zat Penyalut
Penyalutan film pada tablet adalah proses umum namun penting yang menyediakan berbagai fungsi pada tablet, sehingga memenuhi berbagai kebutuhan klinis dan meningkatkan nilai bentuk sediaan padat oral. Penyalutan film pada tablet adalah proses yang didorong oleh teknologi dan evolusi bentuk sediaan bersalut bergantung pada kemajuan teknologi penyalutan, peralatan, teknik analisis, dan bahan pelapis. Meskipun berbagai teknik penyalutan dikembangkan untuk proses penyalutan berbasis pelarut atau bebas pelarut, masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan yang mungkin memerlukan penyempurnaan teknis berkelanjutan [45].
I. Pelarut
Berbagai jenis dan jumlah pelarut digunakan untuk granulasi dan penyalutan. Seiring dengan peningkatan jumlah air, ukuran granul juga meningkat, menunjukkan bentuk yang lebih bulat dan teratur. Namun, masalah dalam pembuatan seperti capping dan lamination dalam pembuatan tablet terjadi ketika air digunakan sendirian sebagai pelarut granulasi [46]. Pada jurnal ke-2 sediaan delayed release menunjukkan bahwa dalam formulasi terdapat pelarut yaitu isopropil alkohol dan dikloro metana. Isopropil alkohol merupakan pelarut organik yang berfungsi untuk melarutkan bahan pengikat [47].
J. Peningkat Daya Apung
Sistem pelepasan obat mengapung adalah sistem dengan densitas rendah yang memiliki daya apung yang cukup untuk mengapung di atas isi lambung dan bertahan untuk waktu yang lama di dalam lambung tanpa mempengaruhi laju pengosongan lambung. Sementara sistem mengambang di atas isi lambung, obat dilepaskan secara bertahap dari sistem pada laju yang diinginkan dan sistem residu dikosongkan dari lambung. Hal ini menyebabkan peningkatan waktu tinggal lambung (GRT) dan kontrol yang diinginkan terhadap fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma. Bentuk dosis retensi lambung yang berlangsung lama meningkatkan bioavailabilitas, meningkatkan kelarutan untuk obat-obatan yang kurang larut dalam lingkungan pH tinggi (misalnya, cinnarizine dan chlordiazepoxide), dan mengurangi limbah obat [48].
Evaluasi
Evaluasi tablet meliputi uji keseragaman bobot, kerapuhan tablet, kekerasan tablet dan disolusi tablet sebagai berikut:
A. Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot adalah suatu cara untuk mengetahui variasi bobot dari tablet. Keseragaman bobot tablet mengandung jumlah zat berkhasiat yang sama [49]. Pada sediaan delayed release keseragaman bobot tablet didapatkan hasil sebanyak 149,56 ± 2,5 mg sedangkan pada sediaan control release didapatkan sebanyak 300 ± 2,0 mg. Pengujian keseragaman bobot dapat dipengaruhi oleh bahan dan jumlah bahan yang digunakan, sehingga mempengaruhi sifat alir yang dihasilkan. Semakin baik sifat alir serbuk, maka akan semakin baik keseragaman bobot tablet yang dihasilkan [31].
B. Kerapuhan
Kerapuhan adalah metode digunakan dalam menentukan kekuatan suatu fisik tablet kempa. Alat yang digunakan dalam uji kerapuhan adalah friabilator atau friability tester [50]. pengujian ini menggunakan 20 tablet dilakukan pengujian kerapuhan dengan alat selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Sediaan delayed release jurnal satu sebanyak 0,09 ± 0,001 %, jurnal dua 0,17% dan pada jurnal tiga 0,48%. Sedangkan pada sediaan controlled release jurnal satu sebanyak 0,12 %, jurnal dua 0,4 % dan jurnal tiga sebanyak 0,25 %. Hal yang perlu diperhatikan yaitu selisih bobot sebelum dan sesudah perlakuan uji kerapuhan yaitu nilai kompresi konvensional berat tablet secara umum yang kehilangan < 0,5 % – 1 %, berat secara umum dapat diterima [39].
C. Kekerasan
Ketahanan dan kekuatan tablet adalah hal penting untuk memastikan bahwa tablet dapat bertahan terhadap goncangan dan stres selama proses pembuatan, pengemasan, dan transportasi, serta saat ditangani oleh pasien. Pengukuran integritas mekanik tablet adalah kekuatan patahnya, yang merupakan kekuatan yang diperlukan untuk menyebabkan tablet gagal (yaitu, patah) dalam suatu bidang tertentu. Tablet biasanya ditempatkan di antara dua plat, salah satunya bergerak untuk memberikan gaya yang cukup pada tablet untuk menyebabkan keretakan [51]. Persyaratan kekerasan pada tablet kunyah adalah 3 kp. Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan peningkatan jumlah bahan pengikat yang digunakan. Semakin besar tekanan yang diberikan selama pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet. Sedangkan, peningkatan jumlah bahan pengikat akan meningkatkan kekerasan tablet meskipun tekanan kompresinya sama [52].
D. Disolusi
Uji disolusi merupakan suatu marker pengganti untuk uji bioekivalen karena pendekatan praktis dan ekonomis di negara berkembang dimana teknologi dan sumber daya terbatas untuk penelitian in vivo. Studi disolusi, pelepasan bahan aktif farmasi (API) dari produk obat di media disolusi yang sebanding dengan cairan saluran cerna ditentukan. Berdasarkan ini, pelarutan secara in vitro mungkin dapat menilai kinerja penyerapan obat in vivo [53]. Disolusi atau pelepasan secara in vitro, zat aktif dari produk ke dalam media berbasis air, berhubungan dengan pelepasan obat ke dalam tubuh membuat obat dapat diserap, dan memberikan khasiat atau efek klinis [54]. Berdasarkan jurnal menunjukkan bahwa uji disolusi dilakukan pengamatan setiap jam selama 12 jam yang sebagaimana diperoleh % pelepasan zat aktif pada sediaan delayed release dan controlled release berturut-turut sebesar 98,69 ± 0,54% dan 98,6%. Sebagaimana dari hasil pada jurnal dapat diketahui bahwa pada sediaan delayed release pelepasan zat aktif yang signifikan seperti pada jam ke-3 di peroleh persentase pelepasan zat aktif sebesar 35,89 ± 0,65 yang kemudian pada jam ke-4 mengalami peningkatan yang besar yaitu 21,52 ± 0,21. Hasil ini berbeda dengan sediaan controlled release yang sebagaimana pada jam ke-3 dan ke-4 mengalami peningkatan pelepasan zat aktif yang sangat minimal yaitu dari 36,52 sampai 39,48.
Kesimpulan
Tablet lepas lambat (delayed release) adalah obat yang dilepaskan pada waktu yang lebih lambat setelah pemberian dengan tujuan untuk mencegah efek samping yang terkait dengan keberadaan obat di lambung, melindungi obat dari degradasi dalam pH asam tinggi dari cairan lambung. Tablet lepas terkendali (controlled release) adalah pelepasan senyawa yang dapat disesuaikan pada tingkat yang efektif sebagai respon terhadap waktu dan rangsangan dengan tujuan untuk melepaskan bahan aktif secara konstan. Berdasarkan jurnal sediaan delayed release dan controlled release, hal yang membedakan dalam formulasi ini yaitu tablet dengan pelepasan controlled release terdapat eksipien zat penyalut atau coating agent. Untuk terjaminnya suatu mutu dari sediaan obat perlu dilakukan evaluasi. Dalam hal ini, evaluasi sediaan solid terdiri dari keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan disolusi.
Daftar Pustaka
1. Ramadhan, Lantika. Kajian Sediaan Orally Dissolving Film (ODF). J Ris Farm 2022:89–96. https://doi.org/10.29313/jrf.v2i2.1270.
2. Puja Buwade, Shailendra.J TSD. N. Adventages Of Immediate Release Tablets Over The Other Tablet Forms. SJIF J 2015;2:1685–703.
3. Nabila Nur Latifa, Lanny Mulqie, Siti Hazar. Penetapan Kadar Sari Larut Air dan Kadar Sari Larut Etanol Simplisia Buah Tin (Ficus carica L.). Bandung Conf Ser Pharm 2022;3:2722–9467. https://doi.org/10.29313/bcsp.v2i2.4575.
4. Kementrian Kesehatan RI. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta: 2020.
5. BPOM. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 10 Tahun 2021. Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Obat Dan Makanan. 2021:9–56.
6. Wandira A, Rosmayati J, Frida Anandari R, Anbar Naurah S, Yuniarsih N, Buana Perjuangan Karawang Abstract U. Evaluasi Eksipient Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Tablet Paracetamol. J Ilm Wahana Pendidik 2023;9:76–96.
7. Nikunja B Pati, Tukar Velivela, Vinyas Mayasa BRB. Formulation and Evaluation of Delayed Release Enteric Coated Tablets of Tenatoprazole, by Optimizing the Plymers. Trends Pharm Sci 2020;6:21–8.
8. Niazi SK. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations, Thrid Edition. New York: CRC Press Taylor & Francis Group; 2021. https://doi.org/10.1201/b14437.
9. Shajahan Abdul S. P. A flexible technology for modified release of drugs: multi layered tablets. J Control Release, 2004;97:393–405.
10. Shinde CS, Nehe PT, Mahale N., Chaudhari SR. Formulation development and evaluation of sustained release matrix tablets of quetiapine fumarate. J Chem Pharm Res 2015;6:628–32.
11. Yuniarsih N, Syalomita D, Apriani IP, Puspawati I, Febriyanti M. Evaluasi Uji Sifat Fisik Pada Kaplet Salut Gula Asam Askorbat Dengan Metode Penyalutan. J Soc Sci Res 2023;3:11593–601.
12. Rori WM, Paulina VYY, Sudewi S. Formulasi Sediaan Evaluasi Sediaan Tablet Ekstrak Daun Gedi Hijau dengan Metode Granulasi Basah. Another Song Eur 2016;5:47–72.
13. Sudarsanam P, Sireesha V, Prasad PV, Saritha K. Formulation and Evaluation of Piroxicam Delayed Release Tablets. Int J Pharm Drug Anal 2016;4:318–28.
14. Bhavani K. and Matsyagiri L. Formulation and in vitro evaluation of Raberprazole Sodium Delayed Release Tablets. Int J Chem Sci 2018;10:1–8. https://doi.org/10.20959/wjpr20191-13950.
15. Kavugoli N, Ravikumar, Narayanaswamy V. Formulation and Evaluation of Controlled Release Matrix Tablets of Labetalol HCl. Asian J Pharm Res 2016;6:107. https://doi.org/10.5958/2231-5691.2016.00018.6.
16. R. Vydana, Chandra S. Preparation and Evaluation of Captopril Oral Floating Controlled Release Formulations. J Pharm Res Int 2021;33:442–52. https://doi.org/10.9734/jpri/2021/v33i44b32696.
17. Reddy YK, Asha C. Formulation and Evaluation of Oral Controlled Release Matrix Tablets of Propranolol Hydrochloride. Asian J Pharm Res 2020;10:81. https://doi.org/10.5958/2231-5691.2020.00015.5.
18. Huynh CT, Lee DS, Macromolecules T. Encyclopedia of Polymeric Nanomaterials. Encycl Polym Nanomater 2014:1–12. https://doi.org/10.1007/978-3-642-36199-9.
19. Ummadi S, B S, N. G RR, M SR, B S, Nayak. Overview on Controlled Release Dosage Form. Int J Pharma Sci 2013;3:13.
20. Gaber DA, Radwan MA, Alzughaibi DA, Alail JA, Aljumah RS, Aloqla RM, et al. Formulation and evaluation of Piroxicam nanosponge for improved internal solubility and analgesic activity. Drug Deliv 2023;30. https://doi.org/10.1080/10717544.2023.2174208.
21. Le TK, Park YJ, Cha GS, Oktavia FARH, Kim DH, Yun CH. Roles of Human Liver Cytochrome P450 Enzymes in Tenatoprazole Metabolism. Pharmaceutics 2023;15:1–14. https://doi.org/10.3390/pharmaceutics15010023.
22. Silvia Mareli FP. Rabeprazole for the treatment of acid-related disorders. Expert Rev Gastroenterol Hepatol 2012;6:423–35. https://doi.org/https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22928894/.
23. Abdullah A. Pharmacophore LABETALOL : A BRIEF CURRENT REVIEW Azman Abdullah *, Mohd Kamil Md Yusof 2019;10:50–6.
24. Gan Z, Huang D, Jiang J, Li Y, Li H, Ke Y. Captopril alleviates hypertension-induced renal damage, inflammation, and NF-κB activation. Brazilian J Med Biol Res 2018;51:1–9. https://doi.org/10.1590/1414-431X20187338.
25. Al-Majed AA, Bakheit AHH, Aziz HAA, Alajmi FM, Rabiah H AL. Propranolol. Profiles Drug Subst Excip Relat Methodol 2017;6:287–338. https://doi.org/10.1016/bs.podrm.2017.02.006.
26. Huba K, Antal I. Drug Excipients. Curr Med Chem 2006;13:2535–63. https://doi.org/https://doi.org/10.2174/092986706778201648.
27. Hidayati N, Meilany N, Andasari SD. Formulasi Tablet Kunyah Asetosal Dengan Variasi Konsentrasi PVP Sebagai Bahan Pengikat. CERATA J Ilmu Farm 2020;11:7–14. https://doi.org/10.61902/cerata.v11i1.89.
28. Dianita PS, Kusuma TM. Formulasi Tablet Ekstrak Buah Pare dengan Variasi Konsentrasi Avicel sebagai Bahan Pengikat. J Farm Sains Dan Prakt 2016;2:41–5.
29. Cikra INHS, Panji RS, Fatwa MA. Pengaruh Variasi Konsentrasahan Pengikat PVP (Polyvinyl Pyrrolidone) Terhadap Mutu Fisik Tablet Kunyit (Curcuma domestica Val.) Kombinasi Brotowali (Tinospora crispa L.). J Farm IKIFA 2021;1:10–20.
30. Pratama R, Pahlevi MR, Santoso R, Rafli TM. Formulasi dan Evaluasi Granul Instan Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus) sebagai Antioksidan. Maj Farmasetika 2024;9:276. https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i3.53782.
31. P. Hati M, Syukri Y, Hernawan Nugroho B. Pengaruh Kombinasi Matriks terhadap Karakter Tablet Metformin HCl Lepas Lambat Sistem Floating Effervescent. Pharm J Indones 2022;7:89–96. https://doi.org/10.21776/ub.pji.2022.007.02.3.
32. Rahayu S, Azhari N, Ruslinawati I. Penggunaan Amylum Manihot Sebagai Bahan Penghancur Dalam Formulasi Tablet Ibuprofen Secara Kombinasi Intragranular-Ekstragranular. J Curr Pharm Sci 2017;1:6–11.
33. Edge S, Steele DF, Chen A, Tobyn MJ, Staniforth JN. The mechanical properties of compacts of microcrystalline cellulose and silicified microcrystalline cellulose. Int J Pharm 2000;200:67–72. https://doi.org/https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0378517300003434.
34. Chaudhari SP, Patil PS. Pharmaceutical Excipients : A review. Int J Adv Pharmacy, Biol Chem 2012;1:21–34.
35. Ubhe ST, Gedam P. A Brief Overview on Tablet and It’s Types. J Adv Pharmacol 2020;1:21–31.
36. Pratama R, Saputro MR, Sani AR, Robiatul RS. Pengaruh eksipien terhadap sifat fisik granul effervescent : Review. An-Najat 2024;2:137–54. https://doi.org/https://doi.org/10.59841/an-najat.v2i1.1071.
37. Lestari, P. I. Y, Chasanah U, Kusumo, W. B. D, Bethasari M, Falya Y. Isolasi α- Selulosa, Pembuatan dan Karakterisasi Mikrokristalin Selulosa (MCC) dari Limbah Kulit Jeruk Baby (Citrus Sinensis). Orig Artic MFF 2022;26:119–23. https://doi.org/10.20956/mff.v26i3.22070.
38. Nawangsari D. Pengaruh Bahan Pengisi Terhadap Massa Cetak Tablet Vitamin C. Viva Med J Kesehatan, Kebidanan Dan Keperawatan 2019;11:37–42. https://doi.org/10.35960/vm.v11i02.464.
39. Chavan H, Chhabra G, Gujarathi N, Jadhav A. Comparative study of In-process and finished products quality control test for tablet and capsules according to pharmacopoeias. Asian J Pharm Res Dev 2018;6:60–8. https://doi.org/10.22270/ajprd.v6i3.370.
40. Puckhaber D, Kwade A, Finke JH. Investigation of Dispersion Kinetics of Particulate Lubricants and their Effect on the Mechanical Strength of MCC Tablets. Pharm Res 2023;40:2479–92. https://doi.org/10.1007/s11095-023-03602-0.
41. Puspadina V, Budi Legowo D, Fitriany E, Priyoherianto A, Damayanti W. Effect of Variation of Lubricant Concentration (Magnesium Stearate) on The Physical Quality of Metoclopramid HCl Tablets with Direct Printing Method. Indones J Pharm Educ 2021;1:67–75. https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i2.10567.
42. Morin G, Briens L. The effect of lubricants on powder flowability for pharmaceutical application. AAPS PharmSciTech 2013;14:1158–68. https://doi.org/10.1208/s12249-013-0007-5.
43. Ono T, Ishikawa A, Yonemochi E. Selection of Small Amounts of Glidant Capable of Improving the Tensile Strength of Ibuprofen Tablets. Chem Pharm Bull (Tokyo) 2021;69:374–82. https://doi.org/10.1248/cpb.c20-00924.
44. Jadhav NR, Paradkar AR, Salunkhe NH, Karade RS, Mane GG. Talc : a Versatile Pharmaceutical Excipient. World J Pharm Pharm Sci 2013;2:4639–60.
45. Seo KS, Bajracharya R, Lee SH, Han HK. Pharmaceutical application of tablet film coating. Pharmaceutics 2020;12:1–20. https://doi.org/10.3390/pharmaceutics12090853.
46. Chao A, Li PC, Agatha S, Foissner W. A statistical approach to estimate soil ciliate diversity and distribution based on data from five continents. Oikos 2006;114:479–93. https://doi.org/10.1111/j.2006.0030-1299.14814.x.
47. Aloenida YP, Jafar G, Fatmawati F. Artikel Review : Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Efervesen Herbal Sebagai Antioksidan Review Article : Formulation and Evaluation Herbal Effervescent Dosage Form As Antioxidant. Indones Nat Res Pharm J 2021;6:76–87.
48. Albadry AA, Ali WK, Al-saady FA. Formulation and Evaluation of Prochlorperazine Maleate Sustained Release Floating Tablet. Int J Pharm Pharm Sci 2017;9:89. https://doi.org/10.22159/ijpps.2017v9i2.15665.
49. Kholidah S, Khumaidi A. Formulasi Tablet Effervescent Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) dengan Variasi Konsentrasi Sumber Asam dan Basa Effervescent Tablet Formulation Ginger (Zingiber officinale Roscoe) with Concentration Variation Sources Acid and Bases. Online J Nat Sci 2014;3:216–29.
50. Saleem M, Shahin M, Srinivas B, Begum A. Evaluation of Tablets by Friability Apparatus. Int J Res Pharm Chem 2014;4:837–40.
51. Pharmaceutical EJ. Post-Compression Evaluation Parameters for Tablets-an 2022;4:526–30.
52. Azizah N, Noval N, Sudarsono PV. Optimasi Formulasi Tablet Lepas Lambat Ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) Menggunakan Polimer Xanthan Gum dan Lubrikan Magnesium Stearat dengan Metode Simplex Lattice Design (SLD). J Surya Med 2023;9:180–94. https://doi.org/10.33084/jsm.v9i1.5165.
53. Susanti I. Pengaruh Medium Disolusi dan Upaya Peningkatan Permeabilitas Metformin. Farmaka 2019;17:4.
54. Gray VA, Rosanske TW. Dissolution. Specif Drug Subst Prod Dev Valid Anal Methods, Second Ed 2020:481–503. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102824-7.00018-X.
cara mengutip artikel
https://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/rt/captureCite/56260/23740