Formulasi dan Uji Sediaan Patch Ekstrak Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina L)sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes Penyebab Jerawat

Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 561-576

https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i6.59459

Artikel Penelitian

Leonita Wahyu Kristianti*¹, Evi Nurul Hidayati ², Joko Santoso ³ 

¹Program Studi Farmasi Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
²Program Studi Farmasi Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia


*E-mail : leonitawahyukristianti@gmail.com


(Submit 28/11/2024, Revisi 02/12/2024, Diterima 09/12/2024, Terbit 22/12/2024)

Abstak

Jerawat adalah penyakit kulit inflamasi yang terjadi akibat penyumbatan kelenjar polisebasea dan peradangan yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes. Prevalensi penderita jerawat di Indonesia berkisar antara 80-85%, dengan puncak kejadian pada usia 15-18 tahun dan 12% pada wanita berusia >25 tahun. Tanaman pacar air (Impatiens balsamina l) memiliki kandungan senyawa kuersetin yang merupakan turunan senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri, tanaman ini diformulasikan sebagai sediaan patch. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mutu fisik dan aktivitas antibakteri sediaan patch ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan desain true experimental design yaitu posttest only control group. Hasil penelitian kelompok uji antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes terdiri dari FI (20%) rata-rata zona hambat yaitu 14,8 mm (kuat); uji mutu fisik patch berbentuk solid, berwarna hijau kecoklatan dan memiliki bau yang khas, keseragaman bobot 0,0462, susut pengeringan 9,20%, ketebalan 0,53, ketahanan lipatan (>200), dan pH 6,0. FII (25%) memiliki zona hambat 17,8 mm (kuat), berbentuk solid, berwarna hijau kecoklatan dan memiliki bau yang khas, keseragaman bobot 0,0463, susut pengeringan 9,21%, ketebalan 0,54, ketahanan lipatan (>200), dan pH 5,2. FIII (30%) zona hambat 20,68 mm (kuat) berbentuk solid, berwarna hijau kecoklatan dan memiliki bau yang khas, keseragaman bobot 0,0465, susut pengeringan 9,22%, ketebalan 0,58, ketahanan lipatan (>200), dan pH 5,6. K(-) basis patch dan K(+) patch oxy memiliki zona hambat 0 mm (lemah) dan 31,02 mm (sangat kuat) berturut-turut. FIII (30%) memiliki aktivitas antibakteri paling optimum dan mutu fisik yang baik.

Kata kunci: Sediaan Patch, Daun pacar air, Antibakteri, Propionibacterium acnes, Jerawat

Teks Lengkap:

PDF

Pendahuluan


  Acne vulgaris adalah suatu penyakit yang seringkali dialami kulit yang menyerang semua lapisan masyarakat. Penderita acne vulgaris yang mengalaminya berasal dari semua kalangan usia dengan perbedaan tingkat keparahannya. Ciri-ciri klinis dari acne vulgaris meliputi komedo terbuka, komedo tertutup, produksi minyak berlebih, serta lesi inflamasi seperti pustula dan papula. Acne vulgaris biasanya muncul di wajah, punggung, bahu, dada, dan lengan atas. Secara umum, acne vulgaris disebabkan oleh infeksi bakteri Propionibacterium acnes serta zat kimia lainnya (1).

  Di Asia Tenggara, angka kejadiannya mencapai 40-80% dari total kasus. Sementara itu, data dari dermatologi kosmetik Indonesia menunjukan bahwa insiden jerawat vulgaris terus meningkat setiap tahunnya. Sekitar 80-85% dari keseluruhan penderita jerawat di Indonesia adalah remaja terutama mereka yang berada di kisaran usia 15 hingga 18 tahun yang umumnya sudah mulai Bermunculan tanda pubertas akibat dari berubahnya hormon remaja. Biasanya, pubertas pada remaja perempuan berlangsung lebih cepat daripada remaja laki-laki, sehingga kemunculan jerawat pada remaja perempuan terjadi lebih awal. Sebanyak 12% wanita berusia di atas 25 serta 3% wanita yang berada di kisaran usia 35 hingga 44 tahun juga mengalami jerawat (2).

  Perawatan yang umumnya diterapkan sebagai upaya mengatasi jerawat meliputi perawatan topikal dan antibiotik yang dapat membunuh bakteri penyebab jerawat, seperti klindamisin, eritromisin dan tetrasiklin. Akan tetapi, obat sintetis tersebut jelas memiliki efek samping meliputi resistensi atau bahkan iritasi apabila penggunaannya terus menerus dengan jangka waktu panjang. Maka, perlu adanya opsi untuk mengobati jerawat, yaitu dari sediaan patch (3).

  Sediaan patch telah terbukti efektif secara langsung dalam menghantarkan obat melalui kulit, pengobatan yang inovatif dengan dilapiskannya pada plester atau suatu pita berperekat. Kelebihan utama dari sediaan patch adalah kemudahannya dalam penggunaan dan kenyamanan bagi pasien. Tanaman yang terkandung dalam patch adalah pacar air (Impatiens balsamina l.) yaitu jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai antibakteri. Menurut penelitian Adiaswati tahun 2020 dengan judul Optimasi Formula Patch Kosmetik Ekstrak Metanol Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina L.) Dengan Kombinasi Matriks Hpmc Dan Polietilen Glikol 400 Secara Simplex Lattice Design telah diformulasikan sediaan patch untuk jerawat dan terbukti memiliki kualitas fisik yang baik dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Ekstrak dari daun pacar air telah terbukti menunjukan aktivitas antibakteri yang efektif terhadap berbagai jenis bakteri patogen (4).

  Pada penelitian ini dilakukan pembuatan formulasi sediaan patch ekstrak daun pacar (Impatiens balsamina l.) sebagai antibakteri terhdap bakteri Propionibacterium acnes penyebab jerawat. Pemilihan sediaan patch didasarkan pada kemampuannya menghantarkan obat secara langsung ke permukaan kulit.

Metode

Alat

  Pada penelitian ini alat yang digunakan ini adalah timbangan analitik (Kern), blender (Fomac), oven (Memmert), inkubator (Memmert), waterbath (Faithful), batang pengaduk, bunsen, jarum ose, desikator, mortar dan stamper, sudip, kertas saring, cawan petri (pyrex), toples kaca, erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, jangka sorong, kapas swab steril, mikropipet (Dragon Lab) ayakan no 65, pH meter (Lutron), object glass, degglass, mikroskop serta spektrofotometer UV Vis (Thermo).

Bahan

  Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun pacar air (Impatiens balsamina l), HydroxyPropyl MethylCellulose (HPMC), Polietilen Glikol (PEG) 400, metil paraben, propilenglikol, etanol, akuades, Mueller Hinton Agar (MHA)(himedia), Media Brain Heart Infussion (BHI)(sigma), NaOH 10%, H₂SO₄, kuersetin (sigma), serbuk Mg, HCl pekat, metanol, NaCl dan CH₃COOH. Bakteri Propionibacterium acnes ATCC (11827), dan patch Oxy® yang mengandung bahan aktif chlorhexidine.

Prosedur Kerja

Pengambilan Sampel

  Tanaman daun pacar air (Impatiens balsamina l) didapatkan dari dari wilayah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Determinasi

  Identifikasi sampel tumbuhan dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu Karanganyar, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukan bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman pacar air (Impatiens balsamina l) yang termasuk dalam famili Balsaminaceae.

Pembuatan Serbuk Simplisia

  Sampel daun pacar air (Impatiens balsamina l) diambil dari wilayah Mojogedang, Karanganyar, setelah sampel terkumpul peneliti melakukan proses sortasi basah dan perajangan terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan oven selama 24 jam pada suhu 50°C. Kemudian dilakukan proses penyortiran kembali untuk kemudian dihancurkan menggunakan blender. Setelah itu dilakukan pengayakan menggunakan ayakan no 65 hingga dihasilkan serbuk simplisia yang homogen (5).

Ekstraksi Sampel

  Pembuatan ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l) menerapkan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:3. Sebanyak 1000 gr serbuk sampel daun pacar air dimasukan kedalam wadah maserat, lalu ditambahkan 3000 ml pelarut, kemudian didiamkan selama 3 hari sambil dilakukan pengadukan sesekali agar campuran dapat merata serta ekstraksi senyawa aktif dalam serbuk simplisia semakin cepat. Setelah itu, dipisahkan maserat dengan penyaringan menggunakan kain flanel dan kertas saring dengan bantuan corong untuk memisahkan pelarut dari residu. Residu hasil maserasi dimaserasi ulang dengan setengah bagian pelarut yang digunakan pada maserasi pertama selama 3 hari, kemudian disaring lagi dengan cara yang sama. Maserat diuapkan dengan waterbath untuk memperoleh ekstrak kental (6).

  Rendemen ekstrak daun pacar air dilakukan penghitungan melalui rumus berat ekstrak yang diperoleh (gram)/berat awal simplisia yang ditimbang (gram) kemudian hasil yang diperoleh dinyatakan dalam persen (%) (6). Syarat hasil rendemen dari ekstrak adalah >10%.

Uji Bebas Etanol

Sampel ekstrak daun pacar air ditimbang 0,1 gram. Kemudian, asam sulfat pekat dan asam asetat ditambahkan apabila telah melalui proses pemanasan. Hasil negatif etanol ditandai jika tidak terciumnya bau ester yang khas (7).

Uji Fitokimia

a.    Flavonoid

40 mg ekstrak ditimbang dan dicampur kedalam 100 ml air kemudian direbus dalam kurun waktu 5 menit. Selanjutnya, dilakukan pencampuran filtrat sebanyak 5 ml dengan Serbuk Mg 0,05 mg serta HCl pekat sebanyak 1ml, lalu dilakukan pengocokan kuat. Positif flavonoid ditandai dengan terbentuknya perubahan warna kuning, orange, atau merah (8).

b.   Saponin

  Ekstrak dengan berat 0,5 g dimasukan pada tabung reaksi, kemudian dilakukan penambahan air panas sekitar 10 ml. Didinginkan dan dalam 10 detik dilakukan pengocokan dengan kuat. Apabila selama lebih dari 10 menit busa terbentuk stabil dengan tinggi busa 1 hingga 10 cm dan tidak hilang saat asam klorida ditambahkan sebanyak 2 ml, maka dapat diketahui secara positif adanya saponin (5)

c. Tanin

  Ekstrak dengan berat 0,5g ditambahkan kedalam 10 ml akuades, selanjutnya dilakukan penyaringan filtrat hingga tidak berwarna dengan cara mengencerkan menggunakan akuades serta menambahkan 2-3 tetes FeCl₃. Sampel dinyatakan positif tanin apabila terjadi perubahan menjadi hijau atau hitam kebiruan (5).

d. Steroid

  Ekstrak dengan berat 1 gram dimaserasi dengan n-heksana, selanjutnya dilakukan penambahan 2 tetes anhidrat asetat serta 1 tetes H₂SO₄ pada sisa residu. Jika adanya perubahan menjadi hijau atau biru maka dinyatakan positif terdapat steroid (5).

e. Terpenoid

  Ekstrak yang sudah ditimbang sebanyak 2 gram ditambahkan pada tabung reaksi. Selanjutnya dilakukan penambahan 10 ml etanol dan dipanaskan hingga mendidih, kemudian disaring. 5 ml ekstrak yang dihasilkan dicampurkan dengan kloroform 2 ml serta 3 ml H₂SO₄ diamati perubahan yang terjadi (5).

Uji Kadar Flavonoid Total

  Kandungan flavonoid total dinyatakan sebagai kuersetin. Setelah maserasi 0,2 gram ekstrak dalam etanol selama satu jam, larutan ekstrak disaring dan ditambahkan etanol hingga mencapai volume 25 ml. Seri pengenceran kuersetin, sebagai referensi, disiapkan dengan konsentrasi yang beragam pada kelipatan 5 mulai dari 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm. Pipet hingga 0,5 mL dari setiap ekstrak sampel sebelumnya dan seri pengenceran kuersetin. Kemudian dilakukan penambahan 1,5 mL etanol, 0,1 mL natrium asetat 1 M, 0,1 mL AlCl3 10%, dan 2,8 mL air ke dalam setiap tabung. Larutan diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Penyaringan panjang gelombang maksimum dilakukan pada rentang 300 – 500 nm, dengan 435 nm menjadi panjang gelombang maksimum spesifik yang digunakan dalam penelitian ini. (9). Kandungan flavonoid dihitung menggunakan rumus berikut (10):


Kadar (µg/g)=((C  x V x Fp))/W

Keterangan :

C  : Konsentrasi senyawa larutan sampel uji (µg/ml)

V   : Volume larutan sampel (ml)

Fp   : Faktor pengenceran

W   : Berat Sampel (g)

Formulasi Sediaan Patch Ekstrak Daun Pacar Air (Impatiens balsamina l)

Sebanyak 4 formula patch dibuat dengan variasi penggunaan konsentrasi ekstrak daun pacar air dimana FI (ekstrak 20%), FII (ekstrak 25%), FIII (ekstrak 30%) dan FIV adalah basis patch. Formula sediaan patch ada pada tabel 1.

Tabel 1. Formulasi Sediaan Patch ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l)

HPMC dikembangkan dengan akuades dan dilakukan penggerusan pada mortir. Metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol dalam wadah terpisah (campuran 1). Setelah itu, ditambahkan ekstrak yang sudah dilarutkan menggunakan etanol pada basis HPMC yang sudah mengembang kemudian diaduk sampai homogen. Dilakukan penambahan campuran 1 dan PEG 400. Setelah itu dilakukan penambahan 10 ml akuades kemudian dilakukan pengadukan sampai homogen. Selanjutnya, dikemas menggunakan plastic wrap dan didiamkan selama kurang lebih satu hari agar buih-buih yang terbentuk hilang. Apabila telah melewati satu hari penuh, sediaan dituangkan sekitar 3 g ke dalam cawan petri berdiameter 5,1 cm dan dicetak dengan ukuran patch 1,2 mm. Kemudian dilakukan pengeringan hingga sediaan kering dalam oven pada suhu 60°C, patch yang kering dikeluarkan dari cawan petri menggunakan spatel untuk kemudian dilakukan penyimpanan pada tempat yang tertutup (11).

Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Patch Ekstrak Daun Pacar Air dan Ekstrak Daun Pacar Air Terhadap Propionibacterium acnes

  Dilakukan sterilisasi bahan dan alat sebelum proses pembuatan media Brain Heart Infusion (BHI) dan Mueller Hinton Agar (MHA) yang nantinya akan digunakan dalam pembuatan suspensi bakteri.

Pembuatan Media

a.   Mueller Hinton Agar (MHA)

  Dilakukan penimbangan 3,4 g MHA dan dilarutkan dalam 100 ml akuadest lalu dihomogenkan, selanjutnya dilakukan pensterilan dengan autoklaf pada suhu 121ºC  dalam kurun waktu 15 menit (12).

b.   Brain Heart Infusion (BHI)

  3,7 g BHI ditimbang dan dilarutkan dalam 100 ml akuades lalu diaduk hingga homogen. Selanjutnya dilakukan proses sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC dalam kurun waktu 15 menit (12).

c.   Peremajaan Bakteri Uji

  Setelah media steril, suhu diturunkan dan dituang pada cawan petri yang steril kemudian didiamkan hingga mengeras, selanjutnya, bakteri Propionibacterium acnes diinokulasikan ke dalam cawan petri tersebut, lalu dimasukan kedalam inkubator dengan posisi terbalik di suhu 37ºC dalam kurun waktu 24 jam (5)

Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes

  Dilakukan pengambilan bakteri yang telah dilakukan peremajaan dengan 1 ose, kemudian dilakukan pencampuran dengan NaCl 0,9% dan dilakukan perbandingan kekeruhan standar Mc-Farland 0,5 (>3 x 10⁸ CFU/ml)

Uji aktivitas antibakteri Propionibacterium acnes

  Uji aktivitas antibakteri pada ekstrak daun pacar air dan sediaan patch ekstrak daun pacar air dilakukan dengan metode difusi sumuran. Pertama, dibuat suspensi bakteri Propionibacterium acnes dengan tingkat kekeruhan sesuai standar Mc. Farland, dituangkan kedalam cawan petri masing – masing sebanyak 15 ml, kemudian dibiarkan hingga media agar mengeras, setelah mengeras dilakukan penggoresan di media MHA. Lubang sumuran dibuat dengan alat pelubang sumuran (cork borer) pada media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri Propionibacterium acnes.

  Setiap lubang diperlakukan dengan memasukan DMSO sebagai kontrol negatif, patch oxy sebagai kontrol positif dan ekstrak daun pacar air sebagai kontrol uji dengan tiga dosis berbeda, dosis I (20%), dosis II (25%) serta dosis III (30%). Sedangkan untuk perlakuan antibakteri sediaan patch dengan memasukan sediaan patch kedalam lubang sumuran berdiameter 5 mm dengan dosis sediaan patch ekstrak daun pacar air yang berbeda. Sediaan patch dengan dosis FI (20%), dosis FII (25%) dan dosis FIII (30%), patch tanpa ekstrak sebagai kontrol negatif dan patch oxy sebagai kontrol positif, kemudian media diinkubasi dengan inkubator pada kondisi tertutup pada suhu 37°C dalam waktu 18 hingga 24 jam (15)

  Setelah inkubasi selama 24 jam ditemukan zona bening yang muncul, maka dapat diidentifikasi terjadi Kadar Hambat Minimum (KHM). Diameter zona hambat diukur dengan menggunakan jangka sorong digital dalam satuan milimeter (mm), dan hasilnya kemudian dikategorikan berdasarkan kekuatan aktivitas antibakteri. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali replikasi.

Evaluasi Sediaan Patch Ekstrak Daun Pacar Air

a.    Uji organoleptic

  Tujuan dari uji organoleptik ialah agar dapat mengetahui fisik dari sediaan patch ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l) (13). Setiap patch yang dihasilkan dari tiap formulasi diamati warna, aroma dan kondisi permukaan masing-masing sediaan.

b.   Uji keseragaman bobot

  Tujuan dari pengujian keseragaman bobot adalah untuk menilai konsistensi dalam proses produksi guna memastikan produk yang dihasilkan memiliki keseragaman. Pengujian untuk memastikan keseragaman bobot patch dilakukan dengan cara menimbang patch setiap formula ditimbang dan dilihat variasi beratnya (14).

c.   Uji susut pengeringan (loss on drying)

  Pengujian susut pengeringan dilakukan dengan tujuan memahami tingkat susut pengeringan dan kandungan kelembaban pada sampel setelah disimpan dalam desikator selama 24 jam. Uji susut pengeringan patch dilakukan dengan memasukan 3 buah patch dari tiap formula patch ke dalam desikator selama 1×24 jam (15).

d.   Uji ketebalan

  Uji ketebalan patch dilakukan dengan cara mengukur patch menggunakan jangka sorong yang memiliki ketelitian 0,1 mm. Ketebalan dari setiap patch tidak boleh kurang atau lebih dari 0,5-1,0 mm secara signifikan (16).

e.   Uji ketahanan lipatan

  Patch dilakukan pengujian ketahanan melalui pelipatan berulang di tempat yang sama hingga patch pecah. Syarat nilai ketahanan patch yang dianggap baik adalah lebih dari 200 kali lipatan (>200) (17).

f.    Uji pH

  Uji pH dilakukan dengan mengembangkan patch kedalam cawan porselen yang berisi 5 ml akuades selama 2 jam pada suhu kamar. Kemudian diukur dengan menggunakan pH meter (Lutron) Tujuan penentuan pH adalah mengevaluasi pH dari sediaan patch serta membandingkannya dengan pH kalibrasi yang ditetapkan pada pH 4 dan pH 7. Syarat pH yang baik untuk sediaan patch adalah 4,5-6,5 (17).

Analisis Data

  Hasil uji antibakteri kemudian dilakukan analisis secara statistik dengan IBM SPSS Statistic 25. Tahap pertama dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk agar diketahui bahwa data telah terdistribusi dengan normal tidaknya. Apabila data telah terditribusi secara normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas kemudian dilakukan pengujian menggunakan Anova Satu Arah (One Way Anova) dengan taraf kepercayaan 95% (p<0,05) (12). Metode  harus  dijelaskan  secara  rinci untuk memungkinkan orang lain mereproduksi hasil kajiannya. Kriteria untuk seleksi dan metode statistik harus dinyatakan dengan jelas

Hasil

Determinasi Tanaman

  Determinasi tanaman dilaksanakan di B2P2TOOT Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Dari hasil yang ada, dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan adalah tanaman dari pacar air yaitu dengan spesies Impatiens balsamina l sinonim Balsamina balsamina (L.) Huth dari familia Balsaminaceae.

Ekstraksi

  Penetapan rendemen dilakukan dengan tujuan agar senyawa yang terdapat dalam simplisia dapat diidentifikasi. Dengan demikian, hasil rendemen ekstrak dikatakan memenuhi persyaratan. Syarat rendemen ekstrak yang baik memiliki nilai <10% (10). Dari proses ekstraksi, diperoleh hasil ekstraksi sebanyak 107 gram dengan menggunakan etanol 96% yang menghasilkan rendemen sebesar 10,7%. Sehingga dapat disimpulkan rendemen memenuhi syarat yang ditentukan.

Uji Bebas Etanol Ekstrak Daun Pacar Air Uji ini bertujuan untuk memberi kepastian tidak terdapat etanol pada hasil ekstrak, karena berpotensi membunuh bakteri yang dapat mempengaruhi efektivitas antibakteri (7). Hasil uji bebas etanol menunjukkan positif tidak terdapat etanol dengan ditandai tidak terdapatnya bau ester.Skrining Fitokimia Daun Pacar Air

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia

Keterangan :

( + ) positif : mengandung golongan senyawa
( – ) negatif : tidak mengandung golongan senyawa

Hasil uji yang didapatkan adalah ekstrak daun pacar air terbukti mengandung senyawa flavonoid, tanin, steroid, dan terpenoid. Penelitian yang dilakukan oleh Adiaswati tahun 2020 mengenai skrining fitokimia ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l) menunjukkan bahwa daun ini mengandung senyawa flavonoid, steroid, dan saponin. Hasil yang didapatkan berbeda dengan penelitian ini yang dimana flavonoid, tanin, steroid, dan terpenoid teridetifikasi dalam ekstrak daun pacar air.

Uji Flavonoid Total

Berdasarkan pada kurva kalibrasi terhadap larutan standar yang telah diukur, nilai regresi yang dihasilkan memiliki koefisien korelasi sebesar 0,9881, dengan persamaan regresi linier adalah y = 0,0098x + 0,1698. Dapat dilihat pada gambar 1


Gambar 1.
Kurva baku kuersetin

Hasil uji flavonoid total ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l) terdapat pada tabel 3

Tabel 3. Hasil Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pacar Air


Kadar flavonoid dapat diukur dengan menggunakan nilai absorbansi yang terdeteksi oleh spektrofotometer UV-Vis. Kadar Flavonoid total pada daun pacar air adalah sebesar 26,65 ± 1,33 mg QE/g.

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak daun pacar air dan sediaan patch ekstrak daun pacar air

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun pacar air

  Dalam penelitian ini pemilihan konsentrasi uji mengacu pada penelitian Adiaswati et al., 2020   dengan modifikasi tiga konsetrasi ekstrak yang berbeda masing-masing 20%, 25% dan 30% bersama dua kelompok kontrol. Kelompok kontrol positif menggunakan Oxy® Antibacterial Patch, sedangkan kontrol negatif menggunakan DMSO 1%. Variasi konsentrasi bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes. Diameter zona hambat berfungsi sebagai indikator kepekaan bakteri, bakteri beraktivitas lebih kuat ditunjukkan dengan diameter yang lebih besar (18). Hasil uji terdapat pada gambar 2:

Gambar 2.  Diagram Aktivitas antibakteri Ekstrak Daun Pacar Air (Impatiens balsamina l) (p>0.05)

Keterangan :

E1   : Ekstrak konsentrasi 20%

E2   : Ekstrak konsentrasi 25%

E3   : Ekstrak konsentrasi 30%

F1   : Patch ekstrak daun pacar air 20%

F2   : Patch ekstrak daun pacar air 25%

F3   : Patch ekstrak daun pacar air 30%

(+)   : Oxy® Antibacterial Acne Patch

(-)    : Sediaan Patch tanpa ekstrak


Kesimpulan

Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :

Nilai carbopol yang paling baik yaitu pada formula 2 dengan konsentrasi carbopol 1% karena memiliki mutu fisik yang baik dan memenuhi persyaratan mutu fisik sediaan gel Berdasarkan hasil pengujian stabilitas sebelum dan sesudah freeze-thaw yang meliputi uji organoleptis, homogenitas dan viskositas, sediaan gel ekstrak etanol daun salam dan daun kelor memiliki mutu fisik dan stabilitas yang baik. Kadar flavonoid total ekstrak daun salam dan ekstrak daun kelor berturut-turut sebesar 2,25 ± 2,16 dan 1,88 ± 1,90 % Nilai carbopol yang paling baik yaitu pada formula 2 dengan konsentrasi carbopol 1% karena memiliki mutu fisik yang baik dan memenuhi persyaratan mutu fisik sediaan gel Berdasarkan hasil pengujian stabilitas sebelum dan sesudah freeze-thaw yang meliputi uji organoleptis, homogenitas dan viskositas, sediaan gel ekstrak etanol daun salam dan daun kelor memiliki mutu fisik dan stabilitas yang baik. Kadar flavonoid total ekstrak daun salam dan ekstrak daun kelor berturut-turut sebesar 2,25 ± 2,16 Dari hasil uji, dapat diketahui respon hambat yang signifikan, EI menunjukan zona hambat 14,80 ± 0,74 mm hal ini menunjukan respon hambat kuat, EII menunjukan zona hambat 17,80 ± 0,82 mm, menandakan kuatnya respon hambat, EIII menunjukan zona hambat 20,68 ± 0,63 mm, menandakan kuatnya respon hambat. Sebaliknya kontrol negatif DMSO tidak menunjukan adanya zona hambat terhadap Propionibacterium acnes sedangkan Kontrol positif Oxy® Antibacterial Patch, menunjukan respon hambat yang sangat kuat dengan zona hambat 31,02 ± 0,92 mm. Tidak terbentuk diameter zona hambat dengan DMSO sebagai kontrol negatif, hal ini mengindikasikan bahwa antibakteri beraktivitas tanpa pengaruh faktor pelarut, jadi aktivitas yang dilakukan adalah potensi dari  kuersetin yang terdapat pada ekstrak daun pacar air yang merupakan salah satu turunan flavonoid dengan menunjukkan potensi antibakteri terhadap Propionibacterium acnes dengan mekanisme menghambat aktivitas DNA gyrase, mengganggu integritas dan potensial membran sel, serta menghambat sintesis ATP bakteri (19).

  Analisis statistik menggunakan ANOVA mengkonfirmasi adanya signifikansi yang berbeda (p<0,05) antara kontrol negatif, kontrol positif dan ekstrak pada konsentrasi (20%, 25% dan 30%). Efektivitas antibakteri daun pacar air telah dibuktikan, dengan konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi maka menghasilkan aktivitas antibakteri yang lebih tinggi pula. Aktivitas antibakteri paling optimum ada pada konsentrasi ekstrak 30% (EIII).  

Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan patch ekstrak daun pacar air

Hasil uji antibakteri sediaan patch ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l) terhadap Propionibacterium acnes terdapat pada gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 3. Diagram Aktivitas antibakteri Patch Ekstrak Daun Pacar Air (Impatiens balsamina l) (p>0.05)

Keterangan :

F1   : Patch ekstrak daun pacar air 20%

F2   : Patch ekstrak daun pacar air 25%

F3   : Patch ekstrak daun pacar air 30%

(+)   : Oxy® Antibacterial Acne Patch

(-)    : Sediaan Patch tanpa ekstrak

  Hasil pengujian pada F1 adalah 16,5 ± 0,55 mm hal ini mengindikasi bahwa patch memiliki daya hambat bakteri kuat, F2 adalah 19,9 ± 0,74 mm ini mengindikasikan bahwa patch memiliki daya hambat yang kuat, F3 adalah 22,4 ± 0,78 ini mengindikasikan bahwa daya hambat yang sangat kuat. Zona hambat tidak diberikan oleh kontrol negatif basis patch pada pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Sediaan Oxy® Antibacterial Acne Patch yang digunakan sebagai kontrol positif adalah
dan 1,88 ± 1,90 % 32,7 ± 0,63 ini mengindikasikan bahwa daya hambat sangat kuat. Pemanfaatan kontrol positif bertujuan untuk mengamati zona hambat sebagai gambaran terbunuhnya bakteri uji dan untuk memverifikasi prosedur yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan yang seharusnya, ditunjukkan oleh keberadaan zona hambat di sekitar sumuran (18)

Basis patch merupakan kontrol negatif yang digunakan. Basis patch tidak memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, jadi, zona hambat tidak akan dihasilkan di media bakteri. Tujuan digunakannya kontrol negatif adalah menunjukkan bahwa basis patch tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap bakteri yang diuji (18).

  Hasil analisis menunjukkan bahwa pada sediaan patch nilai signifikansi untuk adalah (0.00<0.05). Dari hal ini, dapat diketahui adanya perbedaan signifikan antara kontrol negatif dengan FI, FII, FIII serta kontrol positif. Sediaan patch ekstrak daun pacar air dapat dibuktikan adanya aktivitas antibakteri. Jika ekstrak yang digunakan makin tinggi, maka hasil aktivitas antibakteri juga makin tinggi. Dosis ekstrak yang menunjukan aktivitas antibakteri paling optimum adalah ekstrak dengan konsentrasi 30% (FIII).

Hasil evaluasi sediaan patch ekstrak daun pacar air

Uji organoleptis

Gambar 4. Sediaan patch F1(a), F2(b), F3(c), F4(d)

Uji organoleptis dilaksanakan agar diketahui apakah penyimpanan mempengaruhi warna, bau serta bentuk sediaan (13). Terdapat pada tabel 4.


Tabel 4.
Hasil uji organoleptic


Dari tabel, dapat diketahui bahwa ekstrak dengan formula FI, FII, serta FIII memiliki bentuk sediaan yang padat (lingkaran) dengan warna hijau kecoklatan serta berbau khas ekstrak.

Pentingnya pengujian ini terletak pada upaya untuk menjamin keseragaman bobot dan memastikan keseragaman konsentrasi zat aktif yang terdapat pada sediaan (8). Hasil uji keseragaman bobot terdapat pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil uji keseragaman bobot

Berdasarkan hasil dari tabel 5 diatas, formula patch pada FI, FII, FII dan FIV menunjukan bahwa sediaan sudah seragam dan nilai Koefisien variasi (CV) dari masing – masing formula telah memenuhi syarat uji keseragaman bobot yaitu nilai CV <5%. (8).

Uji susut pengeringan (loss on drying)

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan memahami tingkat susut pengeringan dan kandungan kelembaban pada sampel setelah dilakukan penyimpanan pada desikator dalam waktu 24 jam. Hasil uji susut pengeringan terdapat pada tabel 6

Tabel 6. Hasil uji susut pengeringan

Hasil uji susut pengeringan dari sediaan patch pada FI, FII, FIII dan FIV sudah memenuhi standar susut pengeringan yang baik yaitu <10% (15).

Uji ketebalan

Tujuan dari uji ini adalah untuk mengidentifikasi apakah patch memiliki ketebalan yang sama, dari ketebalan patch dapat diketahui seragam atau tidaknya larutan yang dituangkan pada saat pencetakan (16). Hasil uji ketebalan patch dapat dilihat pada gambar 5


Gambar 5.
Diagram Hasil uji ketebalan patch

Hasil uji ketebalan dari sediaan patch pada FI, FII, FIII dan FIV telah memenuhi standar uji ketebalan yang baik, yakni berkisar antara 0,5-1,0 mm (16).

Uji ketahanan lipatan

Pengujian ketahanan lipatan bertujuan untuk menilai fleksibilitas dan keelastisan patch apabila dilakukan lipatan di area yang sama. Peningkatan kekuatan lipat menunjukkan patch tersebut mempunyai tingkat konsisten baik, sehingga tidak saat proses penyimpanan tidak akan patah atau sobek dengan mudah. Hasil uji ketahanan lipatan dari sediaan patch pada FI, FII, FIII dan FIV telah memenuhi standar uji ketahanan lipatan yaitu > 200 kali (20).

Uji pH

Pengujian pH dilakukan untuk menilai tingkat keamanan suatu produk. Kadar pH rendah dapat mengakibatkan kulit menjadi iritasi, sementara kadar pH tinggi menjadi penyebab kulit mengelupas. Hasil uji pH dapat dilihat pada gambar 6

Gambar 6. Diagram Hasil uji pH patch

Hasil uji pH dari sediaan patch pada FI, FII, FIII dan FIV dilihat dari parameter pH telah sesuai dengan persyaratan yaitu dengan pH patch yang baik dengan kulit berkisar 4 – 6,5 (15).


Kesimpulan

  Dari hasil serta pembahasan yang diperoleh saat penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak daun pacar air dan patch ekstrak daun pacar air memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Dosis sediaan yang paling efektif dari patch ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l) adalah Formula III dengan dosis ekstrak sebesar 30%. Sediaan formula patch FI, FII, FIII dan FIV memiliki mutu fisik yang baik dimana sediaan memenuhi syarat yaitu uji organoleptis, keseragaman bobot, susut pengeringan (loss on drying), ketebalan, ketahanan lipatan dan pH. Perlu dilakukan uji lebih lanjut tentang stabilitas patch ekstrak daun pacar air agar dapat diketahui stabilitas patch selama penyimpanan.

Daftar Pustaka

1.  Amin NF, Garancang S, Abunawas K. Konsep umum populasi dan sampel dalam   penelitian. J Pilar. 2023;14(1):15–31.

2.  Fadilah AA. Hubungan stres psikologis terhadap timbulnya akne vulgaris. J Ilm   Kesehatan Sandi Husada. 2021;10(2):390–5.

3.  Sibero HT, Putra I, Anggraini DI. Tatalaksana terkini acne vulgaris. JK Unila J   Kedokteran Univ Lampung. 2019;3(2):313–20.

4.  Sapara TU. Efektivitas antibakteri ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina l.)   terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. Journal Pharmacon.   2016;5(4).

5.  Octora DD, Waruwu K. Antibacterial activity of ethanol extract pacar air leaves   (Impatiens balsamina l.) against Propionibacterium acne. Jurnal Farmasimed   (JFM). 2022;4(2):103-9.

6.  Malonda TC. Formulasi sediaan sampo antiketombe ekstrak daun pacar air   (Impatiens balsamina l.) dan uji aktivitasnya terhadap jamur Candida albicans   ATCC 10231 secara in vitro. J Pharmacon. 2017;6(4).

7.  Kurniawati E. Daya antibakteri ekstrak etanol tunas bambu apus terhadap bakteri   Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro. Jurnal Wiyata:   Penelitian Sains dan Kesehatan. 2017;2(2):193-199

8.  Yulianti T, Puspitasari D, Wahyudi D. Optimasi Formula Patch Dan Uji Aktivitas   Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) Dengan Kombinasi   Matriks Hpmc Dan Peg 400 Terhadap Staphylococcus aureus. Jurnal Insan   Farmasi Indonesia. 2021;4(2):256-265.

9.  Hidayati EN, Rahayyu AM, Azzahra F. Physical characterization of chitosan-  based Syzygium polyanthum leaves extract nanoparticles. Pharmacon: Jurnal   Farmasi Indonesia. 2023;20(2):120-128.

10.  Anonim. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian Kesehatan   Republik Indonesia; 2017.

11.  Rifqiani A. Pengaruh Penggunaan PEG 400 Dan Gliserol Sebagai Plasticizer   Terhadap Sifat Fisik Sediaan Patch Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centella   asiatica (L) Urban). Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran Untan.   2019;4(1).

12.  Faizah N. Pengaruh bahan peningkat penetrasi kombinasi propilenglikol dan   gliserin terhadap kestabilan fisik, laju penetrasi dan retensi dari gel ekstrak teh   hijau (Camellia sinensis L.)The influence of penetration enhancer combination of   propilenglycol and glycerine on physical stability, penetration rate and retention of   from green tea (Camellia sinensis L.) extract gel [disertasi doktor]. Makassar:   Universitas Hasanuddin; 2022.

13.  Rahim F, Deviarny C, Yenti R, Ramadani P. Formulasi sediaan patch transdermal   dari rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) untuk pengobatan nyeri sendi   pada tikus putih jantan. Journal Scientia. 2016;6(1):1-6.

14.  Kementerian Kesehatan RI. Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi VI. Vol. IV.   Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2022.

15.  Adiaswati YI, Puspitasari D, Andriani D. Optimasi Formula Patch Kosmetik   Ekstrak Metanol Daun Pacar Air (Impatiens balsamina l.) Dengan Kombinasi   Matriks Hpmc Dan Polietilen Glikol 400 Secara Simplex Lattice Design. J Insan   Farmasi Indonesia. 2020;3(2):413-22.

16.  Buang A. Optimasi Kombinasi HPMC Dan PVP Sebagai Polimer Terhadap Mutu   Fisik Patch Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Var. rubrum). Jurnal   Kesehatan Yamasi Makassar. 2020;4(2).

17.  Viqi KW. Formulasi transdermal patch ekstrak etanol biji pepaya (Carica papaya   L.) dengan basis hydroxypropil metilcellulose (HPMC) [disertasi doktor]. Sekolah   Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional; 2020.

18.  Kumalasari E, Aina A, Ayuchecaria N, Aisyah N. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak   Etanol Daun Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap   Pertumbuhan Propionibacterium acne. Jurnal Insan Farmasi Indonesia.   2020;3(2):261-270.

19.  Usmadi U. Pengujian persyaratan analisis (uji homogenitas dan uji normalitas). J   Inovasi Pendidikan. 2020;7(1).

20.  Fatmawaty A, Nisa M, Irmayani I, Sunarti S. Formulasi patch ekstrak etanol daun   murbei (Morus alba L.) dengan variasi konsentrasi polimer polivinil pirolidon dan   etil selulosa. J Pharm Med Sci. 2017;2(1).


cara mengutip artikel

https://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/rt/captureCite/59459/0

About Majalah Farmasetika

Majalah Farmasetika (ISSN : 2686-2506) di situs ini adalah Majalah Farmasetika Edisi Jurnal Ilmiah yang merupakan jurnal farmasi di Indonesia SINTA 3 berbentuk artikel penelitian, artikel review, laporan kasus, komentar, dan komunikasi penelitian singkat di bidang farmasetika. Edisi jurnal ilmiah ini dibuat untuk kepentingan informasi, edukasi dan penelitian kefarmasian.

Check Also

Aktivitas Formulasi Sediaan Krim Daun Suruhan (Peperomia pellucida L.Kunth)Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes Sebagai Anti Acne

Majalah Farmasetika, 9 (6) 2024, 627-644https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v9i7.59602Artikel PenelitianDita Alfina Merlindasari*1, Joko Santoso2, Ediati Sasmito21Program Studi Farmasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *