Majalah Farmasetika, 7 (1) 2022, 65-72 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v7i1.36825
Artikel Penelitian
Download PDF
Santi Rukminita Anggraeni1,2*, Qurnia Wulan Sari1, Sanny Tri Utami3,Norisca Aliza Putriana4
1Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
2Pusat Studi Konservasi dan Pengelolaan Kawasan Maritim, Universitas Padjadjaran
3Fisheries Oceanography Department. Ocean University of China.
4Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
*E-mail: santi.rukminita@unpad.ac.id
(Submit 11/11/2021, Revisi 26/11/2021, Diterima 14/12/2021, Terbit 12/2/2022)
Abstrak
Pektin merupakan polisakarida yang berlimpah di alam dan memiliki kegunaan yang menjanjikan dalam bidang farmasi. Pektin tahan terhadap enzim pencernaan namun gel pektin dapat membengkak dalam media berair dan sejumlah kecil senyawa dapat dilepaskan ke saluran gastrointestinal. Masalah ini dapat diatasi dengan mengembangkan komposit pektin yang diperoleh dari penggabungan polimer pektin dengan polimer lain. Artikel ini membahas tentang interaksi pektin dengan polimer lain dalam berbagai sistem penghantaran obat. Metode yang digunakan dalam artikel review adalah dengan meninjau jurnal ilmiah yang diterbitkan secara nasional dan internasional yang diperoleh dari Google, Google Scholar, Pubmed dan Science Direct dengan kata kunci menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris berupa “komposit polimer”, “komposit pektin”, “pektin”, “sistem penghantaran obat”, “pectin”, ”pectin composite”, “polimer composite”, dan “drug delivery system”. Literatur yang digunakan kemudian dilakukan skrining jurnal dengan kriteria inklusi yaitu waktu terbit dengan rentang tahun 2011-2021. Dari beberapa penelitian terkait, sistem penghantaran yang telah dikembangkan dan dilaporkan berupa film, hidrogel, sistem partikulat dan tablet. Polimer lain seperti alginat, protein, kitosan, gelatin dan pati diketahui dapat memperbaiki sifat pektin sehingga komposit pektin dapat digunakan sebagai penghantaran obat terkontrol. Dengan demikian, pengembangan sistem penghantaran obat lainnya dengan komposit pektin menjadi peluang dan tantangan di masa yang akan datang.
Kata Kunci
kosmetika, sunscreen, terumbu karang, pembangunan berkelanjutan
Pendahuluan
Laut merupakan salah satu regulator iklim dan cuaca serta penyedia jasa penting bagi kehidupan di bumi serta . Ia merupakan tempat hidup jutaan organisme yang berperan langsung dan tidak langsung sebagai sumber protein dan bahan alam hayati yang diperlukan manusia. Ekosistem l aut juga menyediakan keindahan dan relaksasi untuk tujuan wisata dan kesehatan. Pada tahun 2015, sebanyak 153 negara menyepakati k elestarian ekosistem laut sebagai salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan global (Sustainable Development Goals/SDG) ke-14 (SDG14) yang tidak terpisahkan dari 16 tujuan lainnya1-2.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menyepakati SDG dan berkewajiban memenuhi target yang ditetapkan SDG14, salah satunya mengurangi dan mencegah segala jenis polusi laut terutama dari aktivitas daratan, termasuk serpihan marine debris dan sisa bahan makanan secara signifikan di tahun 2025 1,3. Polusi laut yang dihasilkan aktivitas antropogenik telah memberikan tekanan terbesar terhadap fungsi ekologi dan kelestarian laut serta kehidupan di dalamnya.
Industri kosmetika dan perawatan kulit merupakan salah satu sektor yang diprediksi berkembang pesat dengan kecepatan 5.6% dalam satu dekade ke depan terutama bagi green product4. Salah satu sumber antropogenik polutan laut berpotensi bahaya berasal dari industri kosmetika. Produk kosmetika menjadi salah satu penyumbang sampah atau limbah plastik kemasan dan mikrobead 5-7. Beberapa bahan aktif produk perawatan kulit ditemukan memberikan efek negatif yang bervariasi terhadap organisme perairan. Efek yang ditimbulkan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran, jenis, genetika organisme, dan kondisi lingkungan perairan diantaranya suhu, pH, intensitas cahaya matahari dan sebagainya8. Sebagai contoh, partikel nano-silver yang umum digunakan sebagai pengawet dalam produk perawatan kulit menurunkan viabilitas sel dan kandungan klorofil serta meningkatkan pembentuk radikal bebas oksigen pada mikroalga tawar Chlorella vulgaris dan mikroalga laut Dunaliella tertiolecta9. Secara in vitro, senyawa aktif untuk UV filter seperti 4-methyl-benzilidine-camphor, 3-benzylidene camphor, oxybenzone memberikan efek estrogenik dan menurunkan daya tetas telur pada ikan10-13.
Dalam satu dekade terakhir, pesatnya peningkatan jumlah pariwisata laut dan pesisir pantai dalam skala global yang menyebabkan meningkatnya mikro polutan baik senyawa organik maupun anorganik dari konsumsi perawatan kosmetik personal seperti penggunaan sunscreen dan sunblock14-17. Secara khusus, produksi produk tabir surya mengalami peningkatan sehingga dapat menyebabkan meningkatnya polutan yang membahayakan ekosistem laut. Dalam beberapa studi, terumbu karang yang merupakan pelindung ekosistem pesisir pantai yang memberikan manfaat penting bagi kehidupan seperti produksi pangan, pariwisata, dan pengembangan bioteknologi rentan mengalami perubahan terutama dikarenakan polutan yang berasal dari sunscreen 13-18.
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai penggunaan bahan aktif kosmetika yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia19. Namun, belum ada regulasi yang jelas mengatur penggunaan kosmetika yang dapat berdampak negatif bagi lingkungan. Penjagaan dan pelestarian ekosistem laut dari ancaman polusi yang membahayakan memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat dan menjadi salah satu indikator pembangunan berkelanjutan (SDG) 14 mengenai life below water3,20
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis level pengetahuan dan mengukur kesadaran masyarakat terhadap keberadaan produk eco-friendly skincare. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk dapat memasifkan kampanye mengenai kosmetik personal yang ramah lingkungan (green cosmetics) dalam rangka mendukung aksi nasional implementasi SDG di Indonesia khususnya SDG14 dan melestarikan kelangsungan kehidupan di laut.
Metode
Penelitian ini bersifat kualitatif yang dilakukan menggunakan metode kuesioner20-21. Pembuatan kuesioner dilakukan menggunakan platform google form. Penyebaran kuesioner secara acak dan terbuka melalui media komunikasi whatsapp dengan jumlah target pengisian lebih dari 100 orang untuk mengetahui level pengetahuan masyarakat tentang ekosistem laut, terumbu karang dan ekolabel produk khususnya produk perawatan kulit. Penyebaran kuesioner dilakukan sejak 5 Mei hingga 24 Juli 2021. Data kuesioner yang diisi kemudian diseleksi lebih lanjut untuk menentukan kelompok responden yang akan digunakan sebagai sampel untuk data analisis. Hasil kuesioner diolah secara deskriptif. Dari 141 responden, dipilih 124 responden yang memenuhi kriteria kelompok responden berdasarkan usia antara 16-50 tahun tanpa membedakan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Kriteria responden berdasarkan usia menggunakan asumsi sebagai kelompok usia pengguna aktif produk perawatan kulit.
Hasil
Pengetahuan tentang terumbu karang
Hasil survei menunjukkan lebih dari 90% responden mengetahui apa itu ekosistem terumbu karang. Dari jumlah tersebut, hanya 89% yang mengetahui bahwa Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman terumbu karang dunia dan hanya 83% yang juga mengetahui bahwa ekosistem terumbu karang memiliki peran penting dalam menjaga iklim dan suplai protein laut (Gambar 1).
Pengetahuan tentang eco-friendly skincare
Hasil survei menunjukkan hanya 48% responden yang mengetahui bahwa ada produk kosmetik dan skincare yang membahayakan organisme perairan (Gambar 2). Responden juga belum mengetahui bahwa produk kosmetik dapat menyebabkan kematian organisme perairan.
Dari hasil survei yang disebarkan kepada seluruh responden mengenai sampah plastik, seluruh responden mengetahui bahwa sampah plastik merupakan salah satu pencemar sungai dan laut. Namun masih ada sebagian kecil (4.8%) yang tidak mengetahui bahwa organisme air yang memakan plastik dapat mengalami kematian. Dari 124 responden, s ebanyak 13% responden belum mengetahui jika sampah plastik dapat menghasilkan cemaran mikroplastik dan masuk ke dalam makanan dan minuman serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Kesadaran untuk mendukung produk eco-friendly
Seluruh responden menyatakan keinginan untuk berpartisipasi aktif menjaga kelestarian lingkungan dan laut dari sampah. Mereka juga memiliki kesadaran untuk mendukung produk eco-friendly. Mayoritas responden mempertimbangkan aspek kehalalan, khasiat produk dan keamanan produk dalam memilih atau menggunakan produk kosmetika dan perawatan kulit (Gambar 3). Namun ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi aksi responden untuk membeli produk yang berekolabel diantaranya; tidak selalu membaca komposisi produk yang dibeli, harga produk dan tidak mengetahui bahwa ada produk kosmetika dan perawatan kulit yang membahayakan organisme perairan.
Pembahasan
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem penting yang ada di laut. Terumbu karang berfungsi sebagai tempat hidup dan pengasuhan berbagai jenis ikan dan organisme laut. Terumbu karang juga berfungsi sebagai barier alam pesisir dari gelombang dan tsunami. Keindahan ekosistem terumbu karang telah lama menjadi pilar ekonomi wisata laut dan bahari22-23.
Indonesia merupakan salah satu negara yang penyumbang biodiversitas terumbu karang dan negara pemangku coral triangle dunia. Coral triangle adalah adalah wilayah laut yang kaya dengan biodiversitas terumbu karang (> 600 spesies) dan menjadi tempat pengasuhan enam dari tujuh jenis penyu di dunia dan lebih dari 2000 spesies ikan karang. Daerah ini menjadi salah satu wilayah kunci populasi tuna bernilai ekonomis penting. Ekosistem terumbu karang merupakan salah ekosistem yang terancam oleh aktivitas antropogenik yang merusak 23-25.
Salah satu ancaman antropogenik terhadap kelestarian terumbu karang dan organisme perairan adalah cemaran bahan aktif produk kosmetik dan skincare26-27. Cemaran tersebut dapat berasal dari buangan air dari aktivitas rumah tangga dan industri kosmetika serta aktivitas renang, snorkeling dan selam saat wisata air. Beberapa hasil penelitian in vitro terhadap beberapa bahan aktif untuk tabir surya sulit diuraikan dan mengendap di dasar sedimen. Beberapa bahan tersebut memberikan efek negatif berupa induksi pemutihan karang, menurunnya daya tetas telur dan efek estrogenik bagi beberapa jenis ikan yang berpotensi menganggu kesetimbangan populasi karena penurunan pembentukan individu jantan10-13. Produk kosmetika juga merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar28.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat telah mengetahui bahwa sampah plastik maupun mikroplastik terbukti sulit diuraikan dan telah mengancam kelestarian kehidupan organisme perairan khususnya pada ekosistem laut.
Namun pengetahuan konsumen tentang sampah plastik merupakan salah satu penyumbang cemaran mikroplastik yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia masih perlu ditingkatkan. Partisipasi masyarakat perlu dikuatkan karena berperan penting dalam meminimalisir polusi plastic dan pengelolaannya. Kesadaran masyarakat yang ditunjang dengan kebijakan menjadi upya mitigasi utama dalam penanganan dan pencegahan polusi plastik29.
Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa akses informasi dan pengetahuan tentang nilai penting ekosistem terumbu karang yang diterima kelompok responden cukup merata dan baik. Hal ini sangat dimungkinkan karena perkembangan teknologi digital yang pesat dan memfasilitasi kemudahan akses terhadap informasi, konten berita kampanye dan edukasi konservasi alam dan lingkungan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan di Turki tentang peran penting dukungan media dalam pendidikan lingkungan30. Aspek pengetahuan berperan penting dalam membangun kesadaran dan rasa tanggung jawab bersama masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan laut5, 31-32. Dukungan masyarakat terhadap keberadaan produk eco-friendly khususnya produk kosmetika perawatan kulit, akan mendorong produsen kosmetika untuk menjadikan isu lingkungan sebagai pertimbangan dalam pengembangan produk5,27.
Kesimpulan
Pektin merupakan polisakarida yang berlimpah di alam dan memiliki kegunaan yang menjanjikan dalam bidang farmasi. Pektin dapat berinteraksi dengan polimer lain sehingga menghasilkan komposit pektin yang dapat digunakan sebagai matriks penghantaran obat terkontrol, dan secara khusus menargetkan usus besar karena kapasitasnya untuk menahan kondisi asam. Sistem penghantaran yang telah dikembangkan dan dilaporkan berupa film, hidrogel, sistem partikulat dan tablet. Oleh karena itu, informasi yang terangkum dalam artikel ini dapat memberikan peluang untuk studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan komposit pektin dalam berbagai sistem penghantaran obat
Daftar Pustaka
1. United Nations (2015), Sustainable Development Goals, 17 Goals to Transform Our World,. https://www.un.org/sustainabledevelopment/. Diakses 16 November 2021.
2. Agapa V., Merdeka, P.H.N., Sari Q.W., Anggraeni S.R. 2021. Pola minat wisata dan pengetahuan dalam pengelolaan sampah di era pandemi. Journal of Berdaya, Vol 1: 39-46.
3. Chapman, A.; Shigetomi, Y. 2018. Developing national frameworks for inclusive sustainable development incorporating lifestyle factor importance. J. Clean. Prod., 200, 39–47.
4. databridgemarketresearch.com. Global Cosmetics Market – Industry Trends and Forecast to 2028. Diakses tanggal 16 November 2021.
5. Piotrowska A., Czerwińska‑Ledwig O.,Serdiuk M., Serdiuk K., Wanda Pilch W. 2020. Composition of scrub‑type cosmetics from the perspective of product ecology and microplastic content. Toxicology and Environmental Health Sciences. DOI: 10.1007/s13530-020-00051-9.
6. Borunda A. 2019. The beauty industry generates a lot of plastic waste. Can it change?. National geographic.com. diakses 2 November 2021.
7. Gallo, F. Fossi C., Weber R., Santillo D., Sousa J., Ingram I., Nadal A., Romano D. 2018. Marine litter plastics and microplastics and their toxic chemicals components: the need for urgent preventive measures. Environ Sci Eur., 30:13.doi:10.1186/s12302-018-0139-z.
8. Fastelli P., Renzi M. 2019. Exposure of key marine species to sunscreens: Changing ecotoxicity as a possible indirect effect of global warming. Mar. Pollut. Bull 149:110517.
9. Oukarroum, A., Bras, S., Perreault, F., Popovic, R. 2012. Inhibitory effects of silver nanoparticles in two green algae, Chlorella vulgaris and Dunaliella tertiolecta. Ecotoxicol. Environ. Saf. 78, 80–85.
10. Kunz, P.Y., Gries, T., Fent, K., 2006a. The ultraviolet filter 3-benzylidene camphor adversely affects reproduction in fathead minnows (Promelas pimephales).Toxicol. Sci. 93, 311.
11. Kunz, P.Y., Galacia, H.F., Fent, K., 2006b. Comparison of in vitro and in vivo estrogenic activity of UV filters in fish. Toxicol. Sci. 2006, 349–361.
12. Fent, K., Kunz, P.Y., Gomez, E., 2008. UV filters in the aquatic environment induce hormonal effects and affect fertility and reproduction in fish. Chimia 62, 368–375.
13. Coronado, M., De Haro, H., Deng, X., Rempel, M.A., Lavado, R., Schlenk, D., 2008. Estrogenic activity and reproductive effects of the UV-filter oxybenzone (2- hydroxy-4-4methoxyphenyl-methanone) in fish. Aquat. Toxicol. 90, 182–187.
14. Danovaro R., Bongiorni L., Corinaldesi C., Giovannelli D., Damiani E., Astolfi P., Greci L., Pusceddu A. 2008. Sunscreens cause coral bleaching by promoting viral infections. Environ. Health Perspect. 116, 441–447.
15. Zirwas MJ, Andrasik W. 2018. Can Sunscreens Harm Coral Reefs? Addressing Environmental Concerns and Offering Practical Recommendations. Skinmed. 2018 Jul 1;16(4):223-229. eCollection 2018. PubMed PMID: 30207523.
16. Sánchez-Quiles, D. & Tovar-Sánchez. 2015. Are sunscreens a new environmental risk associated with coastal tourism? Environ. Int. 83,158–170.
17. Osterwalder, U., Sohn, M,. & Herzog, B. 2014. Global state of sunscreens.Photodermatology, Photoimmunology & Photomedicine. 30, 62–80
18. Badan POM RI. 2011. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.
19. Fauville, G., Strang, C., Cannady, M.A., Chen, Y.F. 2018. Development of the international ocean literacy survey: measuring knowledge across the world. Environ. Educ. Res., 25, 1–26.
20. Pujihastuti, I. 2010. Prinsip penulisan kuesioner penelitian. CEFARS J. Agribisnis Dan Pengemb. Wil. 2: 43–56.
21. Roopa S., Rani M.S. 2012. Questionnaire designing for a survey. JIOS; 46(4):273-277
22. Hadi T.A., Giyanto., Prayudha B., Hafizi M., Budiyanto A., Suharsono. 2018. Status terumbu karang Indonesia 2018. Pusat Penelitian Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 34 hal.
23. Monifa A. 2020. Urgensi Larangan Kosmetik Terhadap Lingkungan Laut Pada Wisata Bahari. Administrative and environmental law review. Vol 1 (1): 1-14.
24. Moeller M, Pawlowski S, Petersen-Thiery M, Miller IB, Nietzer S, Heisel-Sure Y, Kellermann MY and Schupp PJ. 2021. Challenges in Current Coral Reef Protection – Possible Impacts of UV Filters Used in Sunscreens, a Critical Review. Front. Mar. Sci. 8:665548.doi: 10.3389/fmars.2021.665548.
25. Folley A. 2018. Hawaii lawmakers approve ban on sunscreens with chemicals harmful to coral reefs. https://thehill.com/business-a-lobbying/385823. Diakses tanggal 05 Agustus 2021.
26. Juliano C., Magrini G.A. 2017. Cosmetic ingredients as emerging pollutants of environmental and health concern. A Mini-review. Cosmetics, 4, 11; doi:10.3390/cosmetics4020011.
27. Amberg N., Robert M. 2018. Environmental pollution and sustainability or the impact of the environmentally conscious measures of international cosmetic companies on purchasing organic cosmetics. Visegrad Journal on Bioeconomy and Sustainable Development. DOI: 10.2478/vjbsd-2018-0005
28. Leslie H.A. 2014. Review of Microplastics in Cosmetics . Report of Institute for Environmental Studies .University of Amsterdam.
29. Kumar, R., Verma, A., Shome, A., Sinha, R., Sinha, S.;,Jha, P.K., Kumar, R., Kumar, P., Shubham, Das, S. et al. 2021. Impacts of Plastic Pollution on Ecosystem Services, Sustainable Development Goals, and Need to Focus on Circular Economy and Policy Interventions. Sustainability, 13, 9963. doi.org/10.3390/su13179963.
30. Ors, F. 2012. Environmental education and the role of media in environmental education in Turkey. Procedia Soc. Behav. Sci., 46, 1339–1342.
31. Veiga, J.M.; Vlachogianni, T.; Pahl, S.; Thompson, R.C.; Kopke, K.; Doyle, T.K.; Hartley, B.L.; Maes, T.; Orthodoxou, D.L.; Loizidou, X.I.; et al. 2016. Enhancing public awareness and promoting co-responsibility for marine litter in europe: the challenge of MARLISCO. Mar. Pollut. Bull. 102, 309–315.
32. Varela-Candamio, L.; Novo-Corti, I.; García-Álvarez, M.T. 2018. The importance of environmental education in the determinants of green behavior: a meta- analysis approach. J. Clean. Prod., 170, 1565–1578.
Cara mengutip artikel ini