Review: Potensi Minyak Biji Sacha Inchi (Plukenetia Volubilis) Sebagai Anti-Aging Dalam Formula Kosmetik

Majalah Farmasetika, 7 (5) 2022, 407-423 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v7i5.39510

Artikel Review

Download PDF

Ira Maya, Sriwidodo*

1Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran,

2Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

*Email: ira16001@mail.unpad.ac.id

(Submit 23/05/2022, Revisi 16/06/2022, Diterima 22/06/2022, Terbit 21/07/2022)

Abstrak

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari pengaruh luar seperti polusi, paparan sinar matahari dan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kulit. Proses perusakan kulit oleh radikal bebas ini mengakibatkan kerusakan struktur maupun lapisan kulit pada lapisan dermis sehingga mengakibatkan kulit menjadi kehilangan elastisitas dan akhirnya menjadi keriput, sehingga untuk menahan efek buruk dari radikal bebas tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah merawat kulit dengan menggunakan antioksidan. Antioksidan dapat menginhibisi terjadinya reaksi oksidasi sel sehingga dapat mengurangi kerusakan sel, dan terdapat dalam beberapa bentuk yaitu vitamin, mineral, dan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan aktif antioksidan adalah minyak biji sacha inchi (Plukenetiavolubilis). Tujuan penulisan review artikel ini adalah memberikan informasi dan gambaran mengenai potensi minyak biji sacha inchi sebagai anti-aging dalam formula kosmetik. Review artikel ini menggunakan metode penelitian komparatif dengan mengumpulkan berbagi sumber pustaka primer dari 29 jurnal penelitian dengan kriteria inklusi yaitu jurnal yang membahas tentang potensi minyak biji sacha inchi sebagai kosmetik dengan rentang tahun dari tahun 2012 hingga 2022 dan kriteria ekslusinya adalah jurnal yang membahas tentang minyak biji sacha inchi dengan potensi selain kosmetik. Hasil review mengindikasikan bahwa minyak biji sacha inchi memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan kandungan senyawa kimia yaitu omega-3, omega 6, omega 9, vitamin E, vitamin A, tanin, fitosterol, terpenoid, senyawa fenolik, dan terpenoid. Dengan demikian berdasarkan hasil telaah pustaka yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak sacha inchi memiliki potensi untuk digunakan sebagai anti-aging dalam formula kosmetik.

Kata Kunci

Kulit, Sacha Inchi, Kosmetik, Anti-aging

Pendahuluan

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari pengaruh luar seperti debu, paparan sinar matahari dan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kulit. Proses perusakan kulit oleh radikal bebas ini mengakibatkan kerusakan struktur maupun lapisan kulit pada lapisan dermis yaitu fibroblast dan matriks ekstraseluler seperti kolagen, elastin dan substansi dasar yang mengalami penurunan fungsi sehingga mengakibatkan kulit menjadi kehilangan elastisitas dan akhirnya menjadi keriput [1]. Sebagai upaya untuk menahan efek buruk dari radikal bebas tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah merawat kulit dengan menggunakan antioksidan [2].

Antioksidan ialah senyawa yang dapat memberikan satu atau dua elektron terhadap radikal bebas, sehingga dapat menghambat terjadinya reaksi oksidasi pada sel dan mengurangi kerusakan sel. Antioksidan terdapat dalam beberapa bentuk, diantaranya vitamin, mineral, dan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan [3].

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan aktif antioksidan adalah minyak biji sacha inchi (Plukenetia volubilis). Secara tradisional, minyak biji sacha inchi digunakan sebagai minyak perawatan kulit yang dioleskan secara teratur untuk menjaga kelembutan dan kesehatan kulit di negara Peru [4]. Di dukung oleh penelitian Puangpronpitag et al. (2021) menyatakan bahwa minyak biji sacha inchi memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan nilai IC50 yaitu DPPH= 0,007±0,001 (mg/mL), ABTS = 1,4065±0,0505 (mg/mL), serta FRAP = 74.4960±2,6067 (mg=TE/gExt) dan termasuk kategori kuat. Hadzich et al. (2020) dan Chirinos et al. (2016) juga menyatakan bahwa senyawa bioaktif yang terdapat pada minyak biji sacha inchi adalah senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan diantaranya omega-3, omega 6, omega 9, vitamin E, vitamin A, tanin, fitosterol, terpenoid, senyawa fenolik, dan terpenoid [5, 6, 7].

Saat ini pasar kosmetik natural telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dikarenakan transisi pasar dalam penggunaan kosmetik dari bahan sintesis ke bahan alam [8]. Salah satu bahan alami yang diprediksi akan menjadi tren dalam beberapa tahun ke depan adalah minyak biji sacha inchi karena memiliki keunggulan pada kandungan omega-3 nya yang tinggi yaitu sebesar 48% dari total asam lemak yang terdapat pada minyak biji sacha inchi. Omega-3 ini diketahui efektif dalam regenerasi kulit melalui pengendalian peradangan dan sintesis kolagen sehingga banyak digunakan dalam produk perawatan kulit (terutama sebagai anti-aging) [9]

Sebelum minyak biji sacha inchi digunakan dalam produk perawatan kulit (terutama sebagai anti-aging), harus diketahui terlebih dahulu komponen senyawa kimia, parameter fisikokimia maupun aktivitas biologi pada minyak biji sacha inchi. Hingga saat ini, informasi mengenai komponen senyawa kimia, parameter fisikokimia, aktivitas biologi, serta potensi minyak biji sacha inchi sebagai kosmetik masih sangat terbatas dan belum ada artikel review yang diterbitkan mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, penulisan artikel review ini bertujuan untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai potensi minyak biji sacha inchi sebagai anti-aging dalam formula kosmetik dan diharapkan dapat menjadi referensi dalam menentukkan formulasi kosmetik yang akan dibuat.

Metode

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan review artikel ini adalah metode penulisan komparatif dengan mengumpulkan berbagai sumber yang didapat dari beberapa jurnal penelitian.  Studi literatur dilakukan secara online yang dimulai pada 07 Maret 2022 dengan menggunakan google scholar dan elsevier. Kriteria inklusi yaitu jurnal yang membahas tentang potensi minyak biji sacha inchi sebagai kosmetik dengan rentang tahun dari tahun 2012 hingga 2022 dan kriteria ekslusinya yaitu jurnal yang membahas tentang minyak biji sacha inchi dengan potensi selain kosmetik. Studi literatur selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Bagan Alir Metode Penulisan Review

Hasil

Berikut ini adalah hasil telaah pustaka dari sumber data review yaitu diketahui kandungan senyawa kimia, parameter fisikokimia, aktivitas biologi serta potensi dari tanaman sacha inchi (Plukenetia volubilis) sebagai kosmetik, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 – 4.

Tabel 1. Kandungan Senyawa Kimia Minyak Sacha Inchi

Tabel 2. Karakteristik Fisikokimia Minyak Biji Sacha Inchi

Tabel 3. Aktivitas Antioksidan Minyak Sacha Inchi

Tabel 4. Potensi Minyak Biji Sacha Inchi Sebagai Kosmetik

Pembahasan

Sacha Inchi (Plukenetia volubilis L.)

Tanaman sacha inchi memiliki nama ilmiah (Plukenetia volubilis L.) Tanaman ini termasuk divisi Tracheophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Malpighiales, familia Euphorbiaceae, dan genus Plukenetia L. Tanaman sacha inchi berasal dari Peru dan telah dibudidayakan selama berabad-abad oleh penduduk Peru. Sacha inchi umumnya dikenal dengan nama kacang Inca, kacang liar atau kacang sacha yang termasuk dalam keluarga Euphorbiaceae. Tanaman ini tumbuh luas di hutan dan menghasilkan buah yang berbentuk bintang. Saat matang, biji di dalam buah akan berubah menjadi coklat tua, kemudian dari bijinya diolah sedemikian rupa hingga akhirnya diperoleh minyak biji sacha inchi yang merupakan sumber lipid dan protein. Mengenai kandungan kimia yang terdapat pada biji sacha inchi ini bervariasi tergantung pada biji, kondisi pertumbuhan dan pengolahan biji [10].

Saat ini tanaman sacha inchi juga banyak dibudidayakan secara komersial di Asia Tenggara, terutama di negara Thailand [5]. Secara empiris, biji sacha inchi dikonsumsi oleh masyarakat Peru setelah bijinya dipanggang hal ini bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan mencegah terjadinya gangguan pencernaan [16]. Bagian tanaman lainnya yaitu minyaknya digunakan secara tradisional sebagai minyak perawatan kulit untuk menjaga kelembutan dan kesehatan kulit. Minyak ini diperoleh dari biji sacha inchi yang digiling menjadi tepung kemudian diambil minyaknya, dan dioleskan pada kulit untuk peremajaan kulit [4]. Namun, untuk tujuan komersial cara memperoleh minyak biji sacha inchi adalah dengan mengekstraksi biji dengan metode pengepresan dingin, ekstraksi soxhlet, metode karbon dioksida (CO2) superkritis dan metode enzimatik[31].

Hasil minyak yang diperoleh dengan metode pengepresan dingin adalah minyak mentah, sehingga diperlukan proses pemurnian lebih lanjut yaitu dengan pengendapan kotoran dan filtrasi. Namun, karena pada metode ini dilakukan pemurnian maka minyak yang dihasilkan jauh lebih sedikit daripada dengan proses ekstraksi soxhlet [31]. Kemudian, jika metode yang digunakan adalah ekstraksi dengan menggunakan soxhlet maka hasil minyak yang diperoleh jauh lebih tinggi daripada metode pengepresan dingin, namun kualitas minyak yang dihasilkan lebih rendah karena terpapar suhu tinggi selama proses ekstraksi pelarut. Selanjutnya, terdapat metode ekstraksi karbon dioksida (CO2) superkritis, metode ini merupakan metode yang paling baik untuk mengekstraksi minyak esensial karena dengan metode ini dapat memisahkan zat yang dibutuhkan secara selektif dengan memvariasikan tekanan dan suhu yang mengubah densitas CO2 dan kelarutan zat terlarut dalam CO2. Dibandingkan dengan ekstraksi tradisional, ekstraksi CO2 superkritis adalah teknologi bebas pelarut yang bersih karena tidak perlu memisahkan pelarut organik dari produk akhir. Suhu yang digunakan juga rendah sampai sedang dengan tujuan untuk mencegah reaksi yang tidak diinginkan dan kerusakan pada produk [31]. Waktu ekstraksi optimum yang dengan metode CO2 superkritis adalah 3 jam, sedangkan untuk ekstraksi dengan soxhlet adalah 9 jam sehingga dapat dikatakan bahwa CO2 superkritis membutuhkan waktu ekstraksi yang lebih singkat daripada ekstraksi pelarut dengan soxhlet. Meskipun metode CO2 superkritis menggunakan suhu dan tekanan pada proses ekstraksinya dn dapat mempengaruhi laju ekstraksi serta hasil minyak yang diperoleh, namun hal tersebut tidak mempengaruhi pada komposisi minyak. Sehingga metode CO2 superkritis ini dapat menjadi pilihan utama untuk mengekstraksi minyak biji sacha inchi [32].

Gambar 2. Sacha Inchi (Plukenetia volubilis L.); a) Tanaman sacha inchi; b) Bunga sacha inchi; c) Buah sacha inchi muda; d) Buah sacha inchi tua; e) Buah sacha inchi matang; f) Buah sacha inchi utuh dan yang sudah dikupas [33, 34, 35, 36, 37, 38]

Kandungan Senyawa Kimia Minyak Biji Sacha Inchi

Secara tradisional, minyak biji sacha inchi digunakan di Peru sebagai minyak perawatan kulit untuk menjaga kelembutan dan kesehatan kulit, serta untuk peremajaan kulit [4]. Hal ini dikarenakan kandungan esensial yang dimiliki oleh biji sacha inchi antara lain asam lemak tak jenuh ganda seperti omega-3 (asam α-linolenat), omega- 6 (asam linoleat), asam lemak tak jenuh tunggal seperti omega-9 (asam oleat), vitamin E (α-tokoferol dan δ-tokoferol), vitamin A (karotenoid), flavonoid, tanin, senyawa fenolik dan β-sitosterol [5]. Menariknya, kandungan asam lemak tak jenuh pada minyak sacha inchi memiliki persentase yang sangat besar yaitu omega-3 (40%-50%) dan omega-6 (30%-40%), hal ini yang membedakan antara minyak sacha inchi dengan minyak dari tanaman lain seperti minyak zaitun yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih rendah yaitu omega-3 (1%) dan omega-6 (9%) [39]. Selengkapnya mengenai senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman sacha inchi dapat dilihat pada tabel 1. 

Karakteristik Fisikokimia Minyak Biji Sacha Inchi

Karakteristik fisikokimia dari suatu senyawa atau bahan baku dapat digunakan untuk menilai kualitas senyawa atau bahan baku tersebut, dalam kajian ini secara khusus dapat digunakan untuk menilai kualitas minyak biji sacha inchi, dan sebagai referensi untuk menentukan formula sediaan yang dibuat [22]. Hasil telaah pustaka pada tabel 2. menunjukkan bahwa nilai indeks refraksi berada pada rentang 1.475-1.482, nilai saponifikasi pada rentang 185.20-251.72, indeks peroksida pada rentang 1.50-14.77, nilai iodin pada rentang 192.50-195.05, nilai asam pada re ntang 0.37-2.40, nilai asam lemak bebas pada rentang 0.19-0.36, nilai densitas pada rentang 0.9187-0.930, dan nilai viskositas pada rentang 34.50-44.00. Hasil telaah pustaka karakteristik fisikokimia yang dimiliki oleh minyak biji sacha inchi memiliki rentang nilai yang berdekatan pada setiap parameter meskipun sampel yang diuji merupakan sampel dari negara yang berbeda. Dalam hal ini karakteristik fisikokimia yang telah jelaskan sebelumnya dapat menunjukkan kualitas atau mutu dari minyak biji sacha inchi. Kualitas minyak biji sacha inchi dapat dikatakan baik dikarenakan nilai pada masing-masing parameter memiliki nilai yang tidak berbeda jauh dengan nilai rujukannya yang ditunjukkan pada tabel 2 [40].

Aktivitas Antioksidan Minyak Biji Sacha Inchi

Hasil telaah pustaka mengenai aktivitas antioksidan minyak biji sacha inchi dapat dilihat pada tabel 3. Salah satu yang menarik adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Puangpronpitag et al. (2021). Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH, ABTS dan FRAP. Metode DPPH bekerja dengan cara mengukur kemampuan suatu senyawa yang bereaksi dengan DPPPH, pada pengujiannya larutan DPPH akan berubah menjadi diphenylpycrylhydrazine karena bereaksi dengan antioksidan. Perubahan ini dapat dideteksi dengan turunnya absorbansi larutan DPPH ketika senyawa antioksidan ditambahkan. Semakin besar penurunan absorbansi maka akan semakin besar aktivitas antioksidannya. Metode ABTS adalah salah satu pemeriksaan antioksidan yang melihat kemampuan suatu zat untuk menyumbangkan atom elektron dan hidrogen ke spesies radikal ABTS yang tidak aktif. Metode FRAP adalah metode analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan antioksidan dalam mereduksi Fe(III)-TPTZ menjadi Fe(II)-TPTZ dan terjadi perubahan warna dari kuning ke biru. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa minyak biji sacha inchi memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan nilai IC50 yaitu DPPH= 0,007± 0,001 (mg/mL), ABTS=1,4065±0,0505 (mg/mL), serta FRAP= 74.4960±2,6067 (mg=TE/gExt) dengan kategori kuat [5].

Minyak biji sacha inchi menghasilkan nilai IC50 yang tergolong sangat kuat hal ini disebabkan oleh kandungan kimia yang dimiliki oleh minyak sacha inchi yaitu asam lemak tak jenuh ganda dan tunggal, polifenol, flavonoid, tanin, serta vitamin E yang dibuktikan oleh penelitian Cardenas et al., (2021) [41]. Selain itu, potensi antioksidan dari flavonoid dan tanin pada minyak sacha inchi ini berperan dalam mencegah pembentukan dan penghapusan radikal bebas dengan penghambatan terhadap hidrogen peroksida dan pengurangan aktivitas ion besi menjadi besi, serta vitamin E juga menunjukkan aktivitas antioksidannya dalam sistem biologis dengan melindungi asam lemak tak jenuh dari oksidasi [5, 42]. Selain memiliki aktivitas antioksidan, minyak biji sacha inchi juga memiliki aktivitas antibakteri dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Gonzalez-Aspajoa, et al., (2015) menunjukkan bahwa minyak sacha inchi memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri Staphylococcus aureus [4]. Keamanan dari minyak biji sacha inchi juga telah dilaporkan oleh Herrera-Calderon, et al., (2019), dengan dilakukan pengujian toksisitas subkronik pada ikan mas dan genotoksisitas pada tikus. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa minyak sacha inchi aman, tidak beracun serta tidak menyebabkan genotoksik pada ikan mas maupun pada tikus [10]. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Arroyo-Acevedo, et al., (2018) juga melaporkan hasil pengujian keamanan dari minyak biji sacha inchi menunjukkan bahwa minyak sacha inchi memiliki efek antimutagenik tikus albino BALB/c [43].

Berdasarkan telaah pustaka mengenai aktivitas antioksidan pada minyak biji inchi yang menunjukkan bahwa minyak sacha inchi memiliki efek penghambatan terhadap radikal bebas dan dinyatakan aman berdasarkan hasil pengujian toksisitas dan genotoksisitas. Hal ini mengindikasikan bahwa minyak biji sacha inchi dapat diformulasikan dalam sediaan kosmetik yang memiliki klaim sebagai anti-aging berdasarkan aktivitasnya sebagai antioksidan yang dapat melakukan penghambatan terhadap radikal bebas. Radikal bebas merupakan penyebab paling sering yang menyebabkan kerusakan pada kulit. Kerusakan struktur maupun lapisan kulit yang disebabkan oleh radikal bebas dapat terlihat secara jelas pada lapisan dermis yaitu pada fibroblast dan matriks ekstraseluler seperti kolagen, elastin dan substansi dasar yang mengalami penurunan fungsi sehingga mengakibatkan penuaan kulit, hilangnya elastisitas kulit dan akhirnya menjadi keriput, sehingga untuk menahan efek buruk dari radikal bebas tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah merawat kulit dengan menggunakan antioksidan [1, 2, 44].

Potensi Minyak Biji Sacha Inchi Sebagai Kosmetik

Sacha inchi pada mulanya merupakan tanaman yang berasal dari Peru, Ekuador dan Kolombia tetapi karena popularitas internasionalnya sebagai anti-aging dan kini telah masuk ke dalam daftar proyeksi bahan kosmetik yang menjanjikan di masa depan, akhirnya negara di luar Amerika Selatan pun telah mulai membudidayakan tanaman sacha inchi secara komersial terutama di wilayah Asia Tenggara dan salah satunya adalah negara Indonesia, namun sumber utama budidaya komersial di wilayah Asia Tenggara masih berasal dari negara Thailand.

Berdasarkan hasil pengujian skrining fitokimia, parameter fisikokimia, dan aktivitas biologi dari minyak biji sacha inchi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dikatakan bahwa minyak biji sacha inchi memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku kosmetik sebagai bahan aktif maupun bahan tambahan sehingga untuk memaksimalkan potensi tersebut perlu dilakukan  pengembangan dan inovasi terhadap minyak biji sacha inchi agar dapat dikemas menjadi produk perawatan kulit khususnya sebagai anti-aging. Pada tabel 4. dapat dilihat bahwa minyak biji sacha inchi memiliki potensi untuk digunakan sebagai zat aktif (anti-aging, antioksidan), emolien (melembutkan dan menghaluskan kulit), humektan dan peningkat penetrasi.

Dengan melihat perkembangan pasar kosmetik saat ini, kosmetik dengan bahan natural telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dikarenakan perubahan transisi pasar dari bahan sintesis ke bahan alami. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh CBI terdapat beberapa bahan alami yang saat ini banyak dikembangkan dan digunakan dalam produk perawatan kulit yaitu minyak zaitun, minyak bunga matahari, minyak kelapa, shea butter, kakao butter dan minyak biji sacha inchi.

Salah satu bahan alami yang diprediksi akan menjadi tren dalam beberapa tahun ke depan adalah minyak biji sacha inchi. Minyak biji sacha inchi memiliki keunggulan pada kandungan omega-3 yang tinggi yaitu sebesar 48% dari total asam lemak yang terdapat pada minyak biji sacha inchi.  Omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh ganda yang memiliki banyak manfaat dalam perawatan kulit diantararanya berperan dalam penanganan dermatitis atopik, sebagai fotoprotektif, anti jerawat, anti inflamasi, dan anti-aging [44].  Sehingga untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh minyak biji sacha inchi maka perlu dilakukan pengembangan dan inovasi agar dapat dikemas menjadi produk perawatan kulit khususnya sebagai anti-aging yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Kesimpulan

Hasil review mengindikasikan bahwa minyak sacha inchi memiliki potensi untuk digunakan sebagai anti-aging dengan senyawa aktif yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan yaitu omega-3, omega 6, omega 9, vitamin E, vitamin A, tanin, fitosterol, terpenoid, senyawa fenolik, dan terpenoid. Selain itu, mengenai nilai parameter fisikokimia juga telah diketahui sehingga dapat memberikan informasi mengenai kualitas atau mutu minyak biji sacha inchi dan terkait uji keamanan juga telah dilakukan dengan uji toksisitas dan genotoksisitas. Selain memiliki potensi untuk digunakan sebagai anti-aging, minyak biji sacha inchi juga dapat digunakan emolien, moisturizer, humektan dan peningkat penetrasi.

Daftar Pustaka

  1. Barel A,  Paye M, Maibach H. Handbook of Cosmetic Science and Technology.   Third ed. New York: Informa Healthcare USA Inc; 2009.
  2. Purwaningsih S, Ella S, Tika A. Formula Skin Lotion dengan Penambahan   Karagenan dan Antioksidan Alami Dari Rhizopora mucronata Lamk. Journal   Akuatika. 2014; 5(1): 55-62.
  3. Hernani,  Raharjo M. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar   Swadaya; 2005.
  4. Gonzalez-Aspajo G, Belkhelfa H, Haddioui-Hbabi L, Bourdy G, Deharo E. Sacha   Inchi Oil (Plukenetia volubilis L.), effect on adherence of Staphylococus aureus to   human skin explant and keratinocytes in vitro. Journal of Ethnopharmacology.   2015;171:330-334.
  5. Puangpronpitag D, Tankitjanon P, Sumalee A, Konsue A. Phytochemical   Screening and Antioxidant Activities of the Seedling Extracts from Inca Peanut   Plukenetia volubilis. Pharmacognosy Journal. 2021;13(1):52-58.
  6. Hadzich A, Gross G, Leimbach M, Ispas A, Bund A, Flores S. Characterization of   Plukenetia volubilis L. fatty acid-based alkyd resins. Polymer Testing; 2020.
  7. Chirinos R, Necochea O, Pedreschi R, Campos D. Sacha inchi (Plukenetia   volubilis L.) shell: an alternative source of phenolic compounds and antioxidants.   International Journal of Food Science and Technology. 2016; 51(4): 986-993.
  8. Murargo, Y. Potensi Kosmetik Natural Indonesia dan Persyaratan Berkelanjutan   Sebagai Referensi Pasar di Uni Eropa. Belgia: Atase Keuangan KBRI Brussel;   2021.
  9. Brinckmann J. Market Analysis For Three Peruvian Natural Ingredients. Geneva:   International Trade Center; 2013.
  10. Chirinos R, Zuloeta G, Pedreschi R, Mignolet E, Larondelle Y, Campos D. Sacha   inchi (Plukenetia volubilis): A seed source of polyunsaturated fatty acids,   tocopherols, phytosterols, phenolic compounds and antioxidant capacity. Food   Chemistry. 2013;141(3):1732-1739.
  11. Chirinos R, Pedreschi R, Domínguez G, Campos D. Comparison of the physico-  chemical and phytochemical characteristics of the oil of two Plukenetia species.   Food Chemistry. 2015;173:1203-1206.
  12. Herrera-Calderon O, Arroyo-Acevedo J, Chavez-Asmat R, Rojas-Armas J,   Enciso-Roca E, Cerrate V et al. Effect of Sacha Inchi Oil (Plukenetia volubilis L.)   on Genotoxicity in Mice (Mus musculus) and Subchronic Toxicity in Goldfish   (Carassius auratus). Pharmacognosy Journal. 2019;11(6s):1549-1557.
  13. Bueno-Borges L, Sartim M, Gil C, Sampaio S, Rodrigues P, Regitano-d’Arce M.   Sacha inchi seeds from sub-tropical cultivation: effects of roasting on   antinutrients, antioxidant capacity and oxidative stability. Journal of Food Science   and Technology. 2018;55(10):4159-4166.
  14. Mai H, Nguyen D, Thuong Nhan N, Bach L. Physico-Chemical Properties of   Sacha Inchi (Plukenetia volubilis L.) Seed Oil from Vietnam. Asian Journal of   Chemistry. 2019;32(2):335-338.
  15. Benitez R, Coronell C, Martin J. Chemical Characterizaction Sacha Inchi   (Plukenetia Volubilis) Seed: Oleaginosa Promising From the Colombian Amazon.   International Journal of Current Science Research and Review. 2018; 1(1): 11-  22.
  16. Cisneros F,  Paredes D, Arana A, Cisneros-Zevallos L. Chemical Composition,   Oxidative Stability and Antioxidant Capacity of Oil Extracted from Roasted Seeds   of Sacha-Inchi (Plukenetia volubilis L.). Journal of Agricultural and Food   Chemistry. 2014; 62(22): 5191-5197.
  17. Ramos-Escudero F, Muñoz A, Ramos Escudero M, Viñas-Ospino A, Morales M,   Asuero A. Characterization of commercial Sacha inchi oil according to its   composition: tocopherols, fatty acids, sterols, triterpene and aliphatic alcohols.   Journal of Food Science and Technology. 2019;56(10):4503-4515.
  18. Valencia A, Romero-Orejon F, Vinas-Ospino A, Barriga-Rodriguez D, Munoz A,   Ramos-Escudero F. Sacha Inchi Seed (Plukenetia volubilis L.) Oil: Terpenoids.   Peru: IntechOpen; 2020.
  19. Zanqui A, da Silva C, de Morais D, Santos J, Ribeiro S, Eberlin M et al. Sacha   inchi (Plukenetia volubilis L.) oil composition varies with changes in temperature   and pressure in subcritical extraction with n-propane. Industrial Crops and   Products. 2016;87:64-70.
  20. Chasquibol N, del Aguila C, Yacono J, Guinda A, Moreda W, Gomez-Coca R,  i   Characterization of glyceridic and unsaponifiable compounds of Sacha inchi   (Plukenetia huayllabambana L.) oils. Journal Agricultural Food Chemistry. 2014;   62(41): 10162-10169.
  21. Paucar-Menacho L, Salvador-Reyes R, Guillén-Sánchez J, Capa-Robles J,   Moreno-Rojo C. Comparative study of physical-chemical features of sacha inchi   oil (Plukenetia volubilis l.), olive oil (Olea europaea) and fish oil. Scientia   agropecuaria. 2015;:279-290.
  22. Vicente J, de Carvalho M, Garcia-Rojas E. Fatty acids profile of Sacha Inchi oil   and blends by 1H NMR and GC–FID. Food Chemistry. 2015;181:215-221.
  23. Penagos-Calvete D, Duque V, Marimon C, Parra D, Restrepo-Arango S, Scherf-  Clavel O et al. Glycerolipid Composition and Advanced Physicochemical   Considerations of Sacha Inchi Oil toward Cosmetic Products Formulation.   Cosmetics. 2019;6(4):70.
  24. Liu Q, Xu Y, Zhang P, Na T, Tang T, Shi Y. Chemical composition and oxidative   evolution of Sacha Inchi (Plukentia volubilis L.) oil from Xishuangbanna (China).   Grasas Y Aceites. 2014; 65(1).
  25. Kyaw T,  New T, Khaing  M, San P, Kyaing K, Thet T, Htun E. Studies on   Nutritional Compositions of Sacha Inchi Seed and Physicochemical   Characteristics of Sacha Inchi Oil. International European Extended Enablement   in Science, Engineering & Management (IEEESEM). 2019; 7(8).
  26. Maurer N, Hatta-Sakoda B, Pascual-Chagman G, Rodriguez-Saona L.   Characterization and authentication of a novel vegetable source of omega-3 fatty   acids, sacha inchi (Plukenetia volubilis L.) oil. Food Chemistry.   2012;134(2):1173-1180.
  27. Hidalgo L, Rogel C, Bermeo S. Characterization of Sacha Inchi Seed Oil   (Plukenetia Volubilis) From Canton San Vincente, Manabi, Ecuador Obtained By   Non-thermal Extrusion Processes. La Granja: Revista de Ciencias de la Vida.   2019; 30(2): 70-79..
  28. Poomanee W, Kongin K, Sriputorn  K, Leelapornpisid P. Application of factorial   experimental design for optimization and development of color lipstick containing   antioxidant-rich Sacha inchi oil. Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences.   2021; 34(4): 1437-1444.
  29. Soimee W, Nakyai W, Charoensit P, Grandmottet F, Worasakwutiphong S,   Phimnuan P et al. Evaluation of moisturizing and irritation potential of sacha inchi   oil. Journal of Cosmetic Dermatology. 2019;19(4):915-924
  30. Banov D, A S. Permeation Enhancers For topical Formulation. s.l., WIPO Patent   Application WO2012109151; 2012.
  31. Triana-Maldonado D, Torijano-Gutiérrez S, Giraldo-Estrada C. Supercritical CO 2   extraction of oil and omega-3 concentrate from Sacha inchi (Plukenetia volubilis   L.) from Antioquia, Colombia. Grasas y Aceites. 2017; 68(1).
  32. Jitpinit S, Siraworakun C, Sookklay Y, Nuithitikul K. Enhancement of omega-3   content in sacha inchi seed oil extracted with supercritical carbon dioxide in semi-  continuous process. Heliyon. 2022; 8(1).
  33. GBIF. Plukenetia volubilis L.[diunduh 30 Mei 2022]. Tersedia dari:  https://www.gbif.org/occurrence/3325514677
  34. Solomon J, Stimmel H (2021). Tropicos Specimen Data. Missouri Botanical   Garden. Occurrence dataset https://doi.org/10.15468/hja69f accessed via   GBIF.org on 2022-05-30. https://www.gbif.org/occurrence/1257622032
  35. GBIF. Plukenetia volubilis L.[diunduh 30 Mei 2022]. Tersedia dari:   https://www.gbif.org/occurrence/3321061411
  36. GBIF. Plukenetia volubilis L.[diunduh 30 Mei 2022]. Tersedia dari:   https://www.gbif.org/occurrence/2596327877
  37. GBIF. Plukenetia volubilis L.[diunduh 30 Mei 2022]. Tersedia dari:    https://www.gbif.org/occurrence/1949981386
  38. GBIF. Plukenetia volubilis L.[diunduh 30 Mei 2022]. Tersedia dari:    https://www.gbif.org/occurrence/1949980106
  39. Goyal A, Tanwar B, Kumar Sihag M, Sharma V. Sacha inchi (Plukenetia volubilis   L.): An emerging source of nutrients, omega-3 fatty acid and phytochemicals.   Food Chemistry. 2022; 373:131459.
  40. WHO. Codex Alimentarius Commission: Part II- Amandement/Revision to the   Codex Standard for Named Vegetable Oils (CXS 210-1999) – Inclusion Of Sacha   Inchi Oil. WHO: Food and Agriculture Organization of the United Nations; 2021.
  41. Cárdenas Sierra D, Gómez Rave L, Soto J. Biological Activity of Sacha Inchi   (Plukenetia volubilis Linneo) and Potential Uses in Human Health: A Review.   Food Technology and Biotechnology. 2021;59(3):253-266.
  42. Wang S, Zhu F, Kakuda Y. Sacha inchi (Plukenetia volubilis L.): Nutritional   composition, biological activity, and uses. Food Chemistry. 2018;265:316-328.
  43. Arroyo-Acevedo J, Herrera-Calderon O, Cisneros-Hilario C, Chávez-Asmat R,   Anampa-Guzmán A, Enciso-Roca E et al. Antimutagenic Effect of Plukenetia   volubilis (Sacha inchi) Oil in BALB/c Mice. Annual Research & Review in   Biology. 2018;24(3):1-8.
  44. Baumann L, Shagari S, Weisberg E. Dermatology. New York: McGraw Hill; 2009.
  45. Jung J, Kwon H, Hong J, Yoon J, Park M, Jang M et al. Effect of Dietary   Supplementation with Omega-3 Fatty Acid and Gamma-linolenic Acid on Acne   Vulgaris: A Randomised, Double-blind, Controlled Trial. Acta Dermato   Venereologica. 2014;94(5):521-525.

Cara mengutip artikel ini

About Majalah Farmasetika

Majalah Farmasetika (ISSN : 2686-2506) di situs ini adalah Majalah Farmasetika Edisi Jurnal Ilmiah yang merupakan jurnal farmasi di Indonesia SINTA 3 berbentuk artikel penelitian, artikel review, laporan kasus, komentar, dan komunikasi penelitian singkat di bidang farmasetika. Edisi jurnal ilmiah ini dibuat untuk kepentingan informasi, edukasi dan penelitian kefarmasian.

Check Also

Analisis Kapabilitas Proses Produksi Sediaan Larutan Tetes Oral Menggunakan  Program Statistik Minitab

Majalah Farmasetika, 7 (4) 2022, 325-406 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v7i5.39510Artikel PenelitianDownload PDFNurhayati*1, Aliya NurHasanah,21Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas …

One comment

  1. HAPPY SETIAWAN, M.Psi.

    saya tertarik makalah ini. dapatkah dikirim ke email saya?
    terima kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *