Daun Kelor (Moringa oleifera) : Aktivitas Tabir Surya Ekstrak dan Formulasi Sediaan Lotion

Majalah Farmasetika, 8 (2) 2023, 133-147

https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v8i2.41779

Artikel Penelitian

Fauzia Azzahra*, Vina Fauziah, Wartini Nurfajriah, Stanly William Emmanuel

Program Studi D3 Farmasi, Politeknik Meta Industri, Jln. Inti 1 Blok C1 no 7 Lippo Cikarang, Jawa Barat, Indonesia

*E-mail: fauzia@politeknimeta.ac.id, fauziazzahra93@gmail.com

(Submit 17/12/2022, Revisi 21/12/2022, Diterima 28/12/2022, Terbit 01/01/2023)

Abstrak

Paparan sinar UV dapat mengakibatkan dampak negatif untuk kulit antara lain kulit terbakar, penuaan dini dan kanker kulit. Salah cara untuk meminimalisir dampak tersebut yaitu penggunaan tabir surya. Tabir surya dengan bahan filter sintetik memiliki efek samping, maka dari itu diperlukan alternatif bahan lain sebagai tabir surya. Daun kelor (Moringa oleifera) mengandung flavonoid seperti kuersetin, memiliki aktivitas antioksidan kuat yang mampu menetralkan radikal bebas, sehingga berpotensi sebagai tabir surya. Formulasi ekstrak etanol daun kelor dalam bentuk lotion dapat mengoptimalkan potensinya sebagai tabir surya. Sebelum di formulasikan dalam sediaan lotion, dilakukan penapisan fitokimia dan penentuan nilai SPF dari ekstrak Moringa oleifera menggunakan metode spektrofotometri. Formulasi sediaan lotion menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 0,075% (F1), 0,15% (F2) dan 0,3% (F3). Evaluasi fisik yang dilakukan adalah organoleptis, daya sebar, pH dan viskositas. Pada penelitian ini didapatkan nilai SPF ekstrak daun kelor pada 250 ppm, 500 ppm dan 750 ppm yaitu 8,54 ± 0,23 (Ekstra), 16,27 ± 0,27 (Ultra) dan 23,34 ± 0,43 (Ultra) secara berturut-turut. Hasil uji daya sebar dari semua formula berada pada rentang 6,2 – 6,3 cm telah memenuhi syarat daya sebar yang baik yaitu berdiameter 5 – 7 cm. Hasil pengukuran pH dari semua formula berada pada rentang 7,29 – 7,30 dan nilai viskositas berada pada rentang 8300 – 8417 mPa.s telah memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 16-4399-1996. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) berpotensi sebagai tabir surya dan dapat diformulasikan dengan baik dalam sebagai lotion.

Kata kunci: Daun Kelor, Lotion, Moringa oleifera, Tabir Surya, SPF

Teks Lengkap:

PDF

Pendahuluan

Indonesia, suatu negara tropis yang berada di daerah ekuator, dimana intensitas dari radiasi sinar UV merupakan yang paling tinggi dan intensitas tersebut semakin menurun dengan meningkatnya garis lintang1. Spektrum matahari terdiri dari radiasi dengan berbagai panjang gelombang yang spesifik yaitu sinar UV, sinar tampak dan sinar inframerah, yang memiliki efek pada kulit2. Sinar UV merupakan spektrum matahari yang paling signifikan menyebabkan penuaan pada kulit dan kanker kulit3. Berdasarkan panjang gelombang, sinar UV terdiri dari UVC (100 – 290 nm), UVB (290 – 320 nm) dan UVA (320 – 400 nm). Sebanyak 90-99% UVA dan 1-10% UVB4 sampai ke bumi, sedangkan UVC di filter oleh lapisan ozon2. Adanya paparan sinar UV berkepanjangan dapat meningkatkan pigmentasi epidermal dan kerusakan DNA yang selanjutnya menyebabkan keriput dan hilangnya elastisitas kulit1.

Salah satu upaya untuk mengurangi paparan sinar UV pada kulit adalah penggunaan tabir surya. Fungsi utama tabir surya yaitu sebagai perlindungan terhadap kerusakan kulit yang disebabkan radiasi UV. Bahan aktif dari tabir surya dapat mengabsorbsi, memantulkan atau menghamburkan radiasi UV5. Beberapa filter sintetik memiliki keterbatasan karena efek samping yang ditimbulkan seperti dermatitis kontak, iritasi dan fotosensitif pada kulit manusia6. Meskipun penggunaan tabir surya tersebut dapat mencegah kulit terbakar, tetapi masih kurang efektif untuk mencegah kanker kulit dan penuaan dini. Selain UV filter, perlu ditambahkan senyawa antioksidan yang berfungsi meningkatkan potensi tabir surya dalam pencegahan kanker kulit dan penuaan7. Untuk itu, perlu adanya alternatif UV filter sintetik seperti penggunaan bahan alam dengan aktivitas antioksidan. Komponen penting seperti senyawa flavonoid, fenolik dan minyak herbal memiliki kapasitas penyerapan sinar UV dan aktivitas antioksidan. Golongan polifenol seperti kuersetin, kurkumin, resveratrol merupakan antioksidan poten serta bersifat fotoprotektif8. Beberapa bahan alam yang memiliki aktivitas antioksidan dan efek fotoprotektif antara lain ekstrak daun teh hijau9, ekstrak rimpang temu mangga10, ekstrak daun dan batang kulit tanaman bangkal11  dan ekstrak daun kelor12,13.

Secara tradisional, kelor (Moringa oleifera) digunakan secara luas karena memiliki nilai nutrisi dan dapat digunakan sebagai obat14, antara lain aktivitas antioksidan, imunomodulator, antikanker, antibakteri, antidiabetes dan efek fotoprotektif15 pada beberapa bagian tanamannya. Maka dari itu, kelor disebut juga pohon kehidupan14. Bagian daun dari Moringa oleifera kaya akan asam fenolat, flavonoid, glukosinolat dan isotiosianat16. Kelompok senyawa fenolik dan flavonoid merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan sebagai respon dari kondisi lingkungan, salah satu fungsi dari kelompok senyawa tersebut yaitu sebagai filter UV15. Flavonoid pada daun kelor mengabsorbsi radiasi UV dan menjaga senyawa yang fotosentitif pada daun17. Kuersetin yang terkandung pada daun kelor memiliki satu gugus karbonil pada posisi 4, ikatan rangkap antara karbon 2 dan 3 dan 5 gugus hidroksil di 3.5.7.3’,4 khususnya tiga gugus hidroksil pada posisi 3, 3’, dan 4’. Gugus fenolik inilah yang berperan sebagai donor hidrogen untuk radikal bebas dan menetralkannya12, hal ini menyebabkan daun kelor memiliki potensi fotoprotektif.

Terdapat beberapa formulasi dari tabir surya antara lain produk berbasis minyak (stik, salep, minyak, semprot), produk berbasis air (gel), produk berbasis etanol/minyak (gel, semprot) dan produk berbasis emulsi (krim dan lotion)5. Tabir surya dalam formulasi lotion merupakan sediaan yang sering ditemukan dan mendominasi pasar18. Lotion merupakan sediaan topikal dengan basis emulsi yang bersifat lebih cair dibanding krim19. Sistem emulsi terdiri dari fase polar dan non polar yang dapat diformulasikan untuk filter yang larut atau tidak larut dalam air. Emulsi minyak dalam air lebih disukai oleh konsumen, karena fase luar berupa air dan memberikan rasa sejuk ketika digunakan20. Formulasi tabir surya dalam bentuk lotion dapat ditemukan pada beberapa penelitian seperti lotion ekstrak bekatul padi21, lotion ekstrak daun cempedak22, lotion kulit buah nanas23 dan lotion ekstrak beras merah24.

Adanya potensi daun kelor (Moringa oleifera) sebagai tabir surya, maka dalam penelitian ini dilakukan formulasi sediaan lotion ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera). Penelitian bertujuan untuk menentukan potensi tabir surya dengan menghitung nilai SPF dari ekstrak dan formulasi dalam sediaan lotion yang memiliki parameter daya sebar, nilai pH dan viskositas yang masuk persyaratan SNI 16-4399-1996 terkait sediaan tabir surya. Selain itu, dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu kefarmasian khusunya eksplorasi potensi bahan alam seperti daun kelor sebagai tabir surya alami.

Metode

Alat

Penelitian ini menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis (Optizen POP, Korea), pH meter (Lovibond SensoDirect pH 110, Jerman), Viskometer (NDJ – 8S Digital Rotary Viscometer, China), Mikropipet 100 – 1000 µL (Dragonlab, China), Timbangan analitik (Ohaus, USA), Waterbath (Memmert, Jerman), Mixer (Phillips, Indonesia).

Bahan

Penelitian ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera (PT. Borobudur Industri Jamu), Metanol p.a (SmartLab), Aquades, HCl (Merck), H2SO4 (Merck), CH3COOH (Merck), n-Heksana (Merck), FeCl3.6H2O (merck), NaOH (Merck), serbuk Mg, Parafin cair (Fagron), asam stearat (Fengchen Group Co., Ltd), Setil alkohol (Akoma), BHT (Hangzou Better Chemctech, Ltd), TEA (Sigma-aldrich), Gliserin (ThermoFisher ), Metil paraben, Moringa fragrance oil (Happy Green).

Prosedur Rinci

  1. Penapisan Fitokimia     Metode penapisan fitokimia untuk identifikasi metabolit sekunder seperti Alkaloid25,  Flavonoid26, Fenol27, Kuinon28, Saponin25, Steroid dan Triterpenoid25 sebagai berikut

2. Alkaloid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditimbang, lalu ditambah 1 mL HCl 2N dan 9 mL aqua demineralisata. Dilanjutkan dengan pemanasan di waterbath selama 2 menit, dan disaring.

a. Pereaksi Mayer Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan reagen Meyer sebanyak 2 tetes. Terbentuknya endapan putih atau kuning menunjukkan ekstrak mengandung alkaloid

b. Perekasi Dragendroff Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan reagen Dragendorff 2 tetes. Terbentuknya endapan merah bata menunjukkan ekstrak mengandung alkaloid

3. Flavonoid

Sebanyak 1 gram ekstrak dilarutkan ke dalam 10 mL aqua demineralisata, kemudian didihkan selama 15 menit. Pada kondisi panas, larutan ekstrak disaring dan filtrat digunakan untuk pengujian flavonoid, tannin, kuinon dan saponin.

a. Pereaksi Wilstater Sebanyak 2,5 mL filtrat ditambahkan beberapa tetes HCl pekat dan serbuk Mg. Adanya perubahan warna menjadi kuning, merah bata, merah menunjukkan ekstrak mengandung flavonoid.

b. Pereaksi NaOH 10% Beberapa tetes NaOH 10% ditambahkan ke filtrat. Adanya perubahan warna menjadi oranye atau jingga menunjukkan ekstrak mengandung flavonoid.

4. Fenol

Sebanyak 5 mL filtrat dipanaskan selama 10 menit, kemudian ditambahkan beberapa tetes FeCl3 5%. Perubahan warna menjadi biru, biru kehitaman, hijau dan biru hijau menunjukkan adanya kandungan fenol.

5. Kuinon

Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan beberapa tetes NaOH 1N kemudian dikocok. Perubahan warna menjadi merah intensif menunjukkan ekstrak mengandung kuinon.

6. Saponin

Sebanyak 10 mL filtrat dilakukan pengocokan kuat secara vertikal dalam waktu 10 detik hingga terbentuk busa yang stabil selama 10 menit. Busa tetap stabil dengan penambahan beberapa tetes HCl 2N.

7. Steroid dan Triterpenoid

Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan 20 mL n-heksana dan didiamkan selama 2 jam dilanjutkan penyaringan. Kemudian diambil 5 mL dan diuapkan pada cawan porselen sampai kering. Lalu, diberikan 2 tetes CH3COOH dan 1 tetes H2SO4 pekat. Adanya perubahan warna menjadi biru safir menunjukkan positif steroid, sedangkan perubahan menjadi ungu, merah muda, merah menunjukkan positif kandungan triterpenoid.

9. Pengujian Sun Protecting Factor (SPF)  Ekstrak

Penentuan nilai SPF ekstrak etanol daun (Moringa oleifera) menggunakan metode spektrofotometri12 dengan sedikit modifikasi, dilakukan untuk mengetahui aktivitas ekstrak sebagai sunscreen. Ekstrak dilarutkan dalam metanol p.a dengan seri pengenceran 250 ppm, 500 ppm dan 750 ppm dengan metanol p.a sebagai blanko. Nilai SPF dihitung dengan metode Mansur, dengan persamaan:

Spektrofotometri SPF =

EEλ  = Efek eritema

Iλ  = Intensitas solar

Absλ  = Absorbansi sunscreen

CF  = Faktor koreksi (10)

Nilai EE x I bersifat konstan sesuai pada Tabel 1. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali replikasi dan triplo.

Tabel 1 Fungsi Normal untuk Menghitung Nilai SPF

10. Formulasi Lotion Ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera

Sediaan lotion dibuat dengan variasi komponen ekstrak sebanyak 0,075%, 0,15% dan 0,3% dengan bahan komposisi tambahan sesuai dengan Tabel 2. Tahap awal dimulai dengan pemanasan masing-masing fase minyak dan fase air sampai suhu ± 70ﹾC. Pemanasan fase minyak yang terdiri dari setil alkohol, parafin cair, BHT dan asam stearat di atas waterbath dilakukan sampai semua bahan padat meleleh dan homogen. Fase air terdiri dari gliserin, TEA dan metil paraben, dipanaskan dan diaduk sampai bahan terlarut. Setelah suhu mencapai 70ﹾC, fase minyak ditambahkan sedikit demi ke dalam fase air sambil diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan rendah selama 3 menit, dilanjutkan dengan penambahan ekstrak etanol daun Moringa oleifera yang sudah dilarutkan dalam air dan diaduk lagi selama 2 menit. Pada tahap akhir ditambahkan Moringa fragrance oil dan air sampai volume yang dikehendaki.

Tabel 2 Formula Lotion Ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera

11. Evaluasi Fisik Lotion Ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera

a. Uji Organoleptis Sediaan

lotion dilakukan pengujian organoleptis yang meliputi aspek warna, tekstur dan aroma sediaan29.

b. Uji Daya Sebar

Sediaan lotion dilakukan penimbangan sebesar 0,5 gram dan diletakkan diantara 2 kaca. Lalu ditambahkan beban 100 gram dan ditunggu selama 1 menit. Daya sebar diamati dengan mengukur diameter dari penyebaran lotion29. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

c. Uji pH

Dilakukan penimbangan lotion sebanyak 1 gram, dilanjutkan pengenceran dengan aquades sampai volume 10 mL. pH meter yang telah dikalibrasi digunakan untuk pengukuran pH sediaan29 dan dilakukan dengan 3 kali replikasi.

d. Uji Viskositas

Pengujian viskositas dilakukan sebanyak 3 kali replikasi dengan menggunakan Viscometer Digital Rotary, rotor 4 dan kecepatan 12 rpm.

e. Analisa Data

Data hasil uji daya sebar dan pH dianalisa dengan statistika non paramterik dengan uji Kruskal Wallis, nilai signifikansi < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan hasil parameter dari masing-masing formula. Analisa data menggunakan statistika non parametrik dapat dilakukan bila data berdistribusi tidak normal30. Data hasil uji viskositas dianalisa menggunakan ANOVA satu arah menggunakan SPSS Statistic 22.0, nilai signifikansi < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata antar formula.

Hasil

Penapisan Fitokimia

Hasil penapisan fitokimia sesuai pada Tabel 3. Ekstrak etanol daun Moringa oleifera memiliki kandungan Flavonoid, Fenol, Kuinon, Saponin dan Steroid.

Tabel 3 Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera

Nilai SPF Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera)

Absorbansi ekstrak pada panjang gelombang 290 – 320 nm dapat dilihat pada Gambar 1. Penentuan nilai SPF dilakukan dengan metode Spektrofotometri dengan hasil dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil dinyatakan dalam bentuk rata-rata ± standar deviasi. Kategori perlindungan Tabir Surya menurut US FDA29 yaitu minimal ( SPF : 2-4), Sedang (SPF 4 – 6), Ekstra (6 – 8), Maksimal (8 – 15); dan Ultra (SPF > 15).

Gambar 1 Nilai Absorbansi Ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera

Tabel 4 Nilai SPF Ekstrak Etanol Daun Moringa oleifera

Organoleptis Sediaan Lotion Sediaan lotion ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) yang ditelah dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak dilakukan pengamatan organoleptis dengan hasil sesuai pada Tabel 5. Ekstrak memiliki warna hijau kecoklatan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak pada formula, semakin coklat warna dari sediaan lotion.

Tabel 5 Pengamatan Organoleptis Lotion

Daya Sebar Sediaan Lotion

Hasil pengukuran daya sebar lotion dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan analisa uji Kruskal Wallis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan diameter daya sebar dari setiap formula (sig > 0,05).

Gambar 2 Diameter Daya Sebar Lotion

pH Sediaan Lotion

Berdasarkan hasil pengukuran pH sediaan lotion menggunakan pH meter didapatkan hasil seperti pada Gambar 3. Uji analisa Kruskal Wallis dilakukan karena sampel tidak berdistribusi normal. Dari hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa nilai pH semua formula tidak berbeda secara bermakna (sig > 0,05).

Gambar 3 Nilai pH Lotion

Viskositas Lotion

Hasil pengukuran viskositas lotion dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas dari masing-masing formula, sebelum dilakukan pengujian ANOVA satu arah, perlu pengujian normalitas dan homogenitas data, didapatkan hasil bahwa data memiliki distribusi normal dan homogen. Dari hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedan nilai viskositas yang bermakna dari masing-masing formula (sig > 0,05).

Gambar 4 Viskositas Lotion

Pembahasan

Kandungan metabolit sekunder pada ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dapat diketahui dengan melakukan penapisan fitokimia. Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) yang didapatkan dari PT. Borobudur Industri Jamu merupakan ekstrak alkohol 70% dengan bahan tambahan maltodekstrin. Komponen bioaktif penting yang terkandung pada Moringa oleifera antara lain karotenoid, senyawa fenolik, alkaloid, glukosinolat, isothiosianat, folat, tannin, saponin dan asam lemak31. Berdasarkan hasil skrining, didapatkan bahwa ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) secara kualitatif mengandung Flavonoid, Fenol, Kuinon, Saponin dan Steroid. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian32 bahwa ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) secara kualitatif positif flavonoid, saponin, tannin dan steroid. Faktor lingkungan seperti air, cahaya, temperatur, tanah dan kandungan kimia dapat mempengaruhi produksi dari metabolit sekunder suatu tanaman33. Perbedaan kandungan alkaloid dapat diamati dari ekstrak etanol daun kelor yang diperoleh dari dua daerah yang berbeda32. Pada proses ekstraksi, jenis pelarut berpengaruh pada kandungan metabolit sekunder yang didapatkan. Variasi kandungan fenolik dan flavonoid dari pelarut ekstraksi yang berbeda dapat disebabkan oleh perbedaan polaritas dan difusi, kompleksitas dari struktur atau kelarutan selektif senyawa fitokimia pada pelarut tertentu. Ekstraksi dari daun kelor (Moringa oleifera) segar menunjukkan bahwa pelarut etanol adalah pelarut yang paling efisien untuk produksi ekstrak dengan kandungan flavonoid yang tinggi, sedangkan metanol lebih efisien untuk produksi ektrak yang kaya akan polifenol34. Pada proses ekstraksi, filler dapat ditambahkan sebagai lapisan pelindung dari bagian terluar ekstrak yang dikeringkan, sehingga dapat melindungi dari menguapnya senyawa volatile dan proses denaturasi. Salah satu filler yang dapat digunakan untuk mengeringkan ekstrak adalah maltodekstrin35. Maltodekstrin digunakan sebagai filler karena dapat mengurangi lengket namun meningkatkan waktu disolusi pada ekstrak yang dikeringkan dengan spray dryer. Selain itu, peningkatan konsentrasi maltodekstrin pada serbuk yang dikeringkan dengan freeze dryer menunjukkan peningkatan sifat alir dan kohesifitas yang lebih rendah36. Penelitian lain menunjukkan bahwa, semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin (sampai 9%) yang ditambahkan, semakin tinggi level flavonoid yang ada pada ekstrak.  Peningkatan kadar alkaloid juga terlihat dengan semakin tingginya konsentrasi maltodektrin sampai 6%, namun penambahan sebanyak 9% menunjukkan penurunan senyawa alkaloid, sehingga penambahan maltodekstrin tidak lagi efektif pada konsentrasi yang lebih tinggi37.

Penentuan aktivitas tabir surya dari ektrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) perlu dipastikan sebelum diformulasi menjadi sediaan lotion tabir surya. Berdasarkan hasil penentuan SPF dari ektrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) didapatkan nilai SPF pada konsentrasi 250 ppm, 500 ppm dan 750 ppm adalah 8,54 ± 0,23; 16,27 ± 0,27; dan 23,34 ± 0,43 secara berurutan. Aktivitas tabir surya pada ekstrak yang dilakukan pada penelitian ini, sejalan dengan penelitian lain38 bahwa ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) pada 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm mempunyai nilai SPF 7,31 ; 14,35; 21,47; 28,98; dan 36,71. Ekstrak tanaman mengandung senyawa aktif yang dapat menangkal radikal bebas, sehingga melindungi matriks kulit terhadap degradasi enzimatis. Selayaknya UV filter kimia, senyawa flavonoid dan fenolik dalam ekstrak memiliki struktur yang dapat mengabsorbsi proton dan mengembalikan ke ground state, salah satu flavonoid yang memiliki aktivitas fotoprotektif adalah kuersetin14. Cincin aromatik yang yang ada pada struktur molekul flavonoid membuatnya memiliki kemampuan untuk mengabsorbsi radiasi UV antara 200 – 400 nm39.

Tabir surya dalam sediaan lotion dan krim merupakan bentuk yang paling umum di pasaran. Basis emulsi memungkinkan untuk formulasi bahan aktif dengan berbagai polaritas. Komponen utama air dapat meningkatkan rasa nyaman pada kulit. Adanya fase air dan minyak memungkinkan penambahan emolien, moisturizer dan bahan lainnya. Komposisi dan struktur dari basis ini memudahkan untuk mengontrol reologi, fase kontinyu air pada basis minyak dalam air cenderung memiliki kompatibilitas yang baik dengan material bahan kemas5. Sediaan tabir surya yang baik memiliki SPF minimum 15 karena dapat memberikan perlindungan dari 93% paparan sinar UV dan bertahan selama 150 menit40. Berdasarkan hasil penentuan SPF ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dengan pada 500 ppm (0,05%) dan 750 ppm (0,075%) memiliki nilai SPF di atas 15. Maka dari itu, konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam pembuatan sediaan lotion dimulai dari 0,075%, 0,15% dan 0,3%. Komposisi fase air dalam sediaan lotion ini adalah TEA, gliserin, metal paraben dan ekstrak daun kelor. Sedangkan fase minyak pada formula ini adalah asam stearat, setil alkohol, parafin cair, BHT dan Moringa fragrance oil.

Lotion yang telah dibuat perlu dilakukan evaluasi, seperti organoleptis, daya sebar, pH dan viskositas. Hasil pengamatan organoleptis lotion menunjukkan bahwa semua formula lotion memiliki tekstur yang lembut dan aroma harum dari Moringa fragrance oil. Perbedaan dari masing-masing formula adalah warna lotion, semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin coklat warna dari lotion. Evaluasi daya sebar dilakukan untuk melihat kemampuan menyebar dari suatu sediaan. Daya sebar yang baik untuk sediaan topikal adalah 5 – 7 cm41. Berdasarkan hasil evaluasi lotion ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) menunjukkan bahwa semua formula memenuhi syarat daya sebar yang baik yaitu memiliki rata-rata diameter daya sebar antara 6,2 – 6,3 cm. Berdasarkan pengujian statistika, perbedaan konsentrasi dari ekstrak tidak mempengaruhi daya sebar dari sediaan. Daya sebar yang baik akan memudahkan penggunaan pada kulit.

Evaluasi berikutnya yaitu penentuan pH lotion. Nilai pH dari sediaan topikal idealnya masuk pada rentang pH kulit untuk mencegah adanya iritasi pada kulit42 . Persyaratan nilai pH yang baik untuk sediaan tabir surya berdasarkan SNI 16-4399-1996 adalah 4,5 – 8,0. Berdasarkan penentuan nilai pH menunjukkan bahwa basis lotion memiliki pH 7,29 ± 0,01, sedangkan F1, F2 dan F3 dengan konsentrasi ekstrak 0,075%; 0,15% dan 0,3% menunjukkan nilai pH sebesar 7,29 ± 0,01; 7,29 ± 0,01 dan 7,30 ± 0,01 secara berurutan. Nilai rata-rata pH antara 7,29 – 7,30, nilai ini masuk dalam persyaratan pH dari sediaan tabir surya. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak pada sediaan, dilakukan juga pengukuran pH dari ekstrak yang dilarutkan dalam air. Nilai pH ekstrak etanol daun kelor pada konsentrasi 0,075%; 0,15% dan 0,3% adalah 5,41 ± 0,01; 5,35 ± 0,01 dan 5,31 ± 0,01 secara berturut-turut. Berdasarkan hasil skrining, ekstrak daun kelor mengandung flavonoid. Flavonoid yang merupakan golongan terbesar fenol, memiliki sifat cenderung asam43. Meskipun nilai pH ekstrak lebih rendah dibanding sediaan, namun tidak mempengaruhi pH dari sediaan ketika digunakan dalam konsentrasi 0,075%; 0,15% dan 0,3%. Hal ini dapat dilihat dengan nilai pH basis yang tidak berbeda bermakna dengan F1, F2 dan F3 berdasarkan analisa statistika. Salah satu eksipien yang digunakan adalah TEA yang bersifat basa. Penggunaan TEA dengan asam stearat akan membentuk kombinasi emulgator44.

Viskositas digunakan untuk menentukan kekentalan dari suatu bahan. Hasil pengukuran rata-rata viskositas dari lotion ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) dari basis, F1, F2 dan F3 adalah 8.300, 8.317, 8.417 dan 8.300 mPa.s. Analisa statistik menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ekstrak tidak menunjukkan adanya perbedaan nilai viskositas yang bermakna. Nilai viskositas sediaan tabir surya berdasarkan SNI 16-4399-1996 adalah 2.000 – 50.000 cPs, yang mana 1 mPa.s setara dengan 1 cPs. Berdasarkan hasil tersebut, semua formula lotion baik basis maupun yang mengandung ekstrak etanol daun kelor sesuai dengan kriteria SNI 16-4399-1996. Semakin tinggi nilai viskositas, maka semakin rendah kecepatan pemisahan sehingga lotion menjadi lebih stabil45.

Kesimpulan

Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) berpotensi sebagai tabir surya dengan nilai SPF kategori ekstra pada 250 ppm dan ultra pada konsentrasi 500 ppm dan 750 ppm. Formulasi sediaan lotion dari ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) memiliki parameter fisik daya sebar, pH dan viskositas yang baik.

Daftar Pustaka

[1] Bae SH, Park JJ, Song EJ, Lee JA, Byun KS, Kim NS, et al. The comparison of the melanin content and UV exposure affecting aging process: seven countries in Asia. J Cosmet Dermatol. 2016;15(4):335-42.

[2] Dupont E, Gomez J, Bilodeau D. Beyond UV radiation: A skin under challenge. Int J Cosmet Sci. 2013;35:224-32.

[3] Narayanan DL, Saladi RN, Fox JL. Ultraviolet radiation and skin cancer. Int J Dermat. 101;49:978-86.

[4] Rasheed A, Shama SN, Mohanalakshmi S, Ravichandran V. Formulation, characterization and in vitro evaluation of herbal sunscreen lotion. Orient Pharm Exp Med. 2012;12:241-46.

[5] Tanner PR. Sunscreen product formulation. Dermatol Clin. 2006;24:53-62.

[6] Hettiwa SK, Opatha SAT. Development of herbal sunscreen cream enriched with antioxidant from Canna (red) flowers and evaluation of in vitro sunscreening and antioxidant activity. Int J Chem Sci. 2020;18(2):1-10.

[7] Ahmady A, Amini MH, Zhakfar AM, Babak G, Sediqi MN. Sun protective potential and physical stability of herbal sunscreen develop from Afghan medicinal plants. Turk J Pharm Sci. 2020;17(3):285-92.

[8] Donglikar MM, Seore SL. Development and evaluation of herbal sunscreen. Pharmacogn J. 2017;9(1):83-97

[9] Bhattacharya S, Sherje AP. Development of resveratrol and green tea sunscreen formulation for combined photoprotective and antioxidant properties. J Drug Deliv Sci Tech. 2020;60:102000.  

[10] Arizona M, Zulkarnain AK. Optimasi formula dan uji aktivitas secara in vitro lotion o/w ekstrak etanolik rimpang temu manga (Curcuma manga val. dan van Zijp) sebagai tabir surya. Maj Farm. 2018;14(1):29-41.

[11] Ariessanty RR, Wardhani AK, Pardede A, Prasiska E. Penentuan nilai sun protection factor (SPF) dan uji antibakteri Staphylococcus aureus ekstrak daun dan kulit batang tanaman bangkal (Naucleasubdita). H-JKK. 2020;8(2):47-57.

[12] Indrayani AW, Artini IGA, Widhiartini AA, Tianing NW, Jawi IM. The potential of sunscreen preparation containing ethanol extract of Moringa oleifera leaves in nanoemulgel formulation. Bali Med J. 2020;9(3):893-02.

[13] Gimenis JM, Gomes AC, Cantos VHM, Ferreira PC, Oliveira CA, Baby AR, et al. Antioxidant and photoprotective potential of Moringa oleifera LAM (Moringaceae). Biosci J. 2018;34(5):1365-78.

[14] Baldisserotto A, Buso P, Radice M, Dissette V, Lampronti H, Gambari R, et al. Moringa oleifera leaf extracts as multifunctional ingredients for natural and organic sunscreens and photoprotective preparation. Mol. 2018;23:664

[15] Idris A, Linatoc AC, Muhammad SM, Takai ZI. En effect of light intensity on the total flavonoid and phenolic content of moringa oleifera. J of Tom Sys and Sens App. 2019;2(1):19-24

[16] Cuellar-Nunez ML, Luzardo-Ocampo I, Campos-Vega R, Gallegos-Corona MA, Meija EG, Loarca-Pina G. Physicochemical and  nutraceutical properties of moringa (Moringa oleifera) leaves and their effect in an in vivo AOM/DDS-induced colorectal carcinogenesis model. Foord Res Int. 2018;105:159-68.

[17] Varsha G, Pooja B, Pournima S. Anti-solar study of ethanolic extract of leaves moringa oleifera. IJACM. 2018;1(3):08-10.

[18] Teplitz RW, Glazer AM, Svoboda RM, Sigel DS. Trends in US sunscreen formulations: impact of increasing spray usage. J Am Acad Dermatol. 2018;78(1):187-89.

[19] Mayba JN, Gooderham MJ. A guide to topical vehicle formulations. J Cutan Med Sur. 2017;00(0):1-6.

[20] Romanhole RC, Fava ALM, Tundisi LL, de Macedo LM, dos Santos EM, Ataide JA, et al. Unplanned absorption of sunscreen ingredients: impact of formulation and evaluation methods. Int J Pharm. 2020;591:120013.

[21] Safitri DK, Safitri CIKNH. Uji aktivitas formulasi lotion tabir surya ekstrak bekatul padi  (Oryza sativa L.). Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek (SNPBS) ke-V; 2020 Juli 11; Surakarta, Indonesia. Indonesia: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2020.

[22] Damayanti RH, Meylina L, Rusli R. Formulasi sediaan lotion tabir surya ekstrak daun cempedak (Artocarpus champeden Spreng). Prosiding of 6th Mulawarman Pharmaceuticals Conferences; 2017 November 7-8; Samarinda, Indonesia. Indonesia: Universitas Mulawarman;2017.

[23] Gurning HET, Wullur AC, Lolo WA. Formulasi sediaan losio dari ekstrak kulit buah nanas (Ananas comosus L. (Merr)) sebagai tabir surya. Jurn Ilm Farm. 2016;5(3):2302-493

[24] Daud NS, Al Hajri LO, Ervianingsih. Formulasi lotion tabir surya ektrak etanol beras merah (Oryza nivara). Jurn Ilm Ibn Sina. 2016;1(2):143-50.

[25] Syahputra RA, Sutiani A, Silitonga PM, Rani Z, Kudadiri A. Extraction and phytochemical screening of ethanol extract and simplicia of moringa leaf (Moringa oleifera Lam.) from sidikalang, north sumatera. Int J Sci Tech Man. 2021:2072-76.

[26] Ikalinus R, Widyastuti SK, Setiasih NLE. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang kelor (Moringa oleifera). Ind Med Vet. 2015;4(1):71-9.

[27] Ramadhan H, Rezky DP, Susiani EF. Penetapan kandungn total fenolik-flavonoid pada fraksi etil asetat kulit batang Kasturi (Mangifera casturi Kosterman). J Farm Ilm Kefarm Ind. 2021;8(1):58-67.

[28] Djamil R, Anelia T. Penapisan fitokimia, uji BSLT, dan uji antioksidan ekstrak methanol beberapa spesies papilionaceae. J Ilm Kefarm Ind. 2009;7(2):65-71

[29] Indarto, Isnanto T, Muyassaroh F, Putri I. Efektivitas kombinasi ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmannii) dan mikroalga (Haematococcuspluvialis) sebagai krim tabir surya: formulasi, uji in vitro, dan in vivo. JKI. 2022;12(1):11-24.

[30] Santoso S. Statistik parametrik konsep dan aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo; 2010.

[31] Pop OL, Kerezsi AD, Ciont C. A comprehensive review of Moringa oleifera bioactive compounds-cytotoxicity evaluation and their encapsulation. Foods. 2022;11:3787

[32] Yulia, Idris M, Rahmadina. Skrining fitokimia dan penentuan kadar flavonoid daun kelor (Moringa oleifera L.) desa dolok sinumbah dan raja maligas kecamatan hutabayu raja. Klorofil. 2022;6(1):49-56.

[33] Li Y, Kong D, Fu Y, Sussman MR, Wu H. The effect of development and environmental factors on secondary metabolites in medicinal plants. Plant Phys Biochem. 2020;148:80-9.

[34] Nobosse P, Fombang EN, Mbofung CM. Effects of age and extraction solvent on  phytochemical content and antioxidant activity of fresh Moringa oleifera L. leaves. Food Sci Nutr. 2018;6:2188-98.

[35] Setyadjit, Sukasih E. Effect of addition of filler on the production of shallot (Allium cepa var. ascalonicum L.) powder with drum dryer. Proc Food Sci. 2015;3:396-408.

[36] Caliskan G, Dirim SN. The effect of different drying process and the amounts of maltodextrin addition on the powder properties of sumac extract powders. Powd Tech. 2016;287:308-14.

[37] Triyono A, Luthfiyanti R, Rahman T, Pamungkas NY. The effects of solvent and maltodextrin on the characteristic of Physalis angulate L. leaf extract. IOP Conf Ser Earth Environ. 2019;251:012030.

[38] Sagala Z, Juniasti A. Uji penetapan kadar total fenolik dan nilai SPF (sun protection factor) ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.). Ind Nat Res Pharm J. 2021;6(2):43-50.

[39] Cefali LC, Ataide JA, Moriel P, Foglio MA, Mazzola PG. Plant-based active photoprotectans for sunscreens. Int J Cosmec Sci. 2016;38:346-53.

[40] Sulistiyowati A, Yushardi, Sudarti. Potensi keberagaman SPF (Sun Protection Factor) sunscreen terhadap perlindungan paparan sinar ultraviolet berdasarkan iklim Indonesia. J Bid Ilm Kes. 2022;12(3):261-69.

[41] Genatrika E, Nurkhikmah I, Hapsari I. Formulasi sediaan krim minyak jintan hitam (Nigella sativa L.) sebagai antijerawat terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Pharm. 2016;13(3):192-201.

[42] Danimayostu AA, Shofiana NM, Permatasari D. Pengaruh penggunaan pati kentang (Solanum tuberosum) termodifikasi asetilasi-oksidasi sebagai gelling agent terhadap stabilitas gel natrium diklofenak. Phar J Ind. 2017;3(1):25-32.

[43]  Alvianti N, Fitri K. Formulasi sediaan krim anti jerawat ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) J Dunia Farm. 2018;3(1):24-31.

[44] Meila O, Pontoan J, Uun W, Pratiwi A. Formulasi krim ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less dan uji kestabilan fisiknya. Ind Nat Res Pharm J. 2016;1(2):95-106.

[45] Wulanwati A, Epriyani C, Sutanto E. Analisis stabilitas lotion menggunakan emulsifier hasil penyabunan minyak dengan alkali. J Farm. 2019;4(1):23-8

cara mengutip artike ini

https://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/rt/captureCite/43662/0

About Majalah Farmasetika

Majalah Farmasetika (ISSN : 2686-2506) di situs ini adalah Majalah Farmasetika Edisi Jurnal Ilmiah yang merupakan jurnal farmasi di Indonesia SINTA 3 berbentuk artikel penelitian, artikel review, laporan kasus, komentar, dan komunikasi penelitian singkat di bidang farmasetika. Edisi jurnal ilmiah ini dibuat untuk kepentingan informasi, edukasi dan penelitian kefarmasian.

Check Also

Narrative Review: Herbal Nanospray Sebagai Anti-Aging

Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 289-304 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v8i3.38841 Artikel Review Mulyawati Widya Pratiwi, Triyadi Hendra Wijaya, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *